Cover Story Tribun Jakarta
Mahasiswa Daerah Kepung Jakarta
Seorang lelaki berjaket kuning tengah asyik menyibak-nyibakkan spanduk di depan kampus Universitas Indonesia

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Seorang lelaki berjaket kuning tengah asyik menyibak-nyibakkan spanduk di depan kampus Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya, Jakarta Pusat, Rabu (28/3/2012). Di hadapannya, Orator yang terhimpun dalam wadah Konsolidasi Nasional Mahasiswa Indonesia (Konami), berapi-api menolak rencana kenaikan bahan bakar minyak.
Syaiful Bahri, itulah nama pria berjaket kuning. Ia mengaku sebagai mahasiswa asal Universitas Darul 'Ulum (Undar), Jombang, Jawa Timur. Pria berusia 19 tahun ini bergabung dengan ratusan mahasiswa yang bermarkas di kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta.
"Saya bersama lima kawan dari Undar akan bertahan sampai SBY turun," kata Syaiful.
Syaiful merupakan satu dari ratusan mahasiswa yang terlibat bentrok dengan aparat kepolisian di Jalan Medan Merdeka Timur, sekitar Stasiun Kereta Api Gambir, Jakarta Pusat, Selasa kemarin (27/3/2012). Beruntung, Ia tak dicokok aparat kepolisian.
Personel Konami memang tak melulu berasal dari Jakarta. Massa yang sebagian besar mahasiswa ini tersebar di 128 kampus dari 21 provinsi.
"Saya prihatin dengan nasib rakyat saat ini," ujar Syaiful membeberkan alasan kedatangannya ke Jakarta.
Di mata Syaiful, pemerintahan SBY-Boediono tak lagi layak dipertahankan. Sebabnya, hidup wong cilik saat ini semakin tertekan. "Apalagi kalau harga BBM dinaikan," jelasnya.
Berbekal hal itu, Ipul -panggilan Syaiful- mengaku, nekat datang ke Jakarta. Walau kocek di saku tak banyak, Ia bersama kelima rekannya tetap menuju Jakarta.
Semula mereka berencana memulai perjalanan dari stasiun Jombang. Namun nahas, tiket kereta sudah habis.
"Kami akhirnya nekat naik kereta tanpa tiket," jelasnya. Mereka menumpang kereta api Gayabaru.
Tanpa tiket di tangan membuat mereka harus berhadapan dengan petugas kereta api. Mereka lalu diturunkan di Stasiun Kertosono.
Kendati demikian, niat menyambangi Jakarta tak padam. Mereka memilih melanjutkan perjalanan ke Solo dari Stasiun Kertasono. Dari Solo, perjalanan berlanjut menuju Cirebon dengan menaiki bus. "Setelah itu, kami nyambung bus lagi menuju Jakarta," terangnya seraya mengamini dana minim menuju Jakarta tak lepas dari tak adanya sokongan orangtua. Orangtua tak memberi izin Ipul ke Jakarta karena khawatir menjadi korban.
Ipul pun tak mengantongi izin dari kampus untuk menuju Jakarta. Ia mengaku ke Jakarta untuk mengikuti acara seminar.
"Kami awalnya minta persetujuan universitas untuk memberikan izin mengikuti seminar di Jakarta," terangnya.
Setali tiga uang dengan Ipul, Wa Ode Nurlansi, mahasiswa Universitas Haluolea asal Sulawesi Tenggara memiliki nasib yang tak jauh berbeda dari Ipul.
Lansi menuju Jakarta bersama 70 rekannya. Niatnya hanya satu, tumbangkan SBY-Boediono.
Niat Lansi dan rekan-rekan ini diakui terendus aparat intelijen gabungan Polisi dan TNI setempat.
"Kami sempat tertahan di Kendari karena ada sweeping gabungan dari Polisi dan TNI yang mengetahui keberangkatan kami," ujar Lansi.
Tak ingin gagal. Lansi menggunakan strategi pecah kelompok. 70 mahasiswa yang akan ke Jakarta dibagi tiga gelombong.
Gelombong pertama dan kedua terdiri dari mahasiswa angkatan 2006 hingga 2010. Mereka berangkat melalui jalur laut. Sementara sisanya berangkat melalui jalur udara.
"Dananya berasal dari dana sendiri. Tidak ada yang membiayai kami," ungkapnya.
Lansi dan Ipul akan kembali turun ke Jalan pada Kamis (29/3/2012). Mereka tetap menolak kenaikan harga BBM.
Aksi penolakan kenaikan BBM ini bakal mendapat sokongan dari mahasiswa asal Bandung.
Mahasiswa ITB direncanakan akan ikut bergabung melakukan aksi. Sekitar 100 mahasiswa akan bergabung dengan mahasiswa lain dari seluruh perwakilan Perguruan Tinggi (PT) dalam aksi tersebut.
"Iya, kami besok akan bergabung dengan rekan-rekan mahasiswa dari perguruan tinggi lain. Dari ITB, sekitar 100 mahasiswa yang akan ikut," kata Laksito Hedi, Kadiv Humas Keluarga Mahasiswa ITB, disela-sela kegiatan mimbar bebas di depan kampus ITB Jalan Ganeca, Selasa (27/3/2012) malam.
*Silakan baca edisi selengkapnya dengan klik Tribun Jakarta Digital Newspaper