Papua Memanas
6.000 Karyawan PT Freeport Masih Mogok Kerja
Sekitar 6.000 lebih karyawan PT Freeport hingga kini masih bertahan, melakukan aksi mogok kerja menuntut kenaikan upah kepada pihak
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rahmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekitar 6.000 lebih karyawan PT Freeport hingga kini masih bertahan, melakukan aksi mogok kerja menuntut kenaikan upah kepada pihak manajemen.
Hal ini dikatakan Airan Kobur, seorang Serikat Pekerja Kimia, Energi, dan Pertambangan Serikat Pekerja Seluruh Indonesian (KEPSPSI) PT Freeport saat menggelar jumpa pers di DPR, Kamis (23/11/2011).
"Kami bekerja di ketinggian 4.200 meter dari permukaan laut, dengan iklim cuaca yang berbeda, kadang bekerja di bawah salju. Kerja penuh dengan risiko, suhu di bawah tujuh derajat celcius, sehingga wajar kalau kami meminta tuntutan upah yang layak," ujarnya.
Airan kemudian mengungkap, sampai kemarin, masih terjadi aksi penembakan di sekitar PT Freeport, Timika, Papua.
Kasus penembakan yang terjadi tersebut, kata Airan, membuat para pekerja menjadi tidak nyaman.
"Kami jelas merasa tidak nyaman untuk kembali bekerja. Penembakan sudah berulang kali terjadi, sampai kemarin siang terjadi lagi. Kejadiannya di tempat yang sama. Padahal, dari awal sampai hari ini, yang kita perjuangkan adalah soal upah bagi para pekerja yang tidak layak," Airan menegaskan.
Dijelaskan, hingga kini perundingan antara manajemen PT Freeport dengan karyawan masih terus berlangsung. Pihak manajemen PT Freeport, menginginkan kenaikan gaji sebesar 2,1 dolar Amerika per jam, sementara karyawan menginginkan gaji 7 dolar Amerika per jam dengan cara bertahap.
"Padahal, PT Freeport di Indonesia di antara 13 perusahaan PT Freeport yang ada di beberapa negara adalah yang paling terbesar, dengan tambang emas terbesar," ujarnya.
Kini, aksi mogok yang dilakukan sudah berlangsung selama 69 hari kerja, atau terhitung sejak 15 September.
"Secara jujur, sebetulnya kami sudah capek berbicara kepada semua pihak, kepada semua pemangku kepentingan di negeri ini untuk selesaikan kasus pekerja PT Freeport. Dari sekian lama waktu yang berjalan, ternyata belum ada penyelesaian antara kami dengan PT Freeport. Kami berharap, kepada pemangku kepentingan untuk membantu menyelesaikan masalah kami," Airan berharap.
"Kami ingin selesaikan masalah tanpa ada masalah. Upaya yang paling efektif, adalah dengan dialog, bukan dengan konflik. Upaya penekanan aparat, tak akan selesaikan masalah.
Kami dipojokkan, selalu dianggap yang bermasalah. Selau disalahkan," demikian Airan Koibur.