Jumat, 3 Oktober 2025

Gas Bumi untuk Rumah Tangga

Nenek Saniah Bebas dari Takut Ledakan Elpiji

SEKARANG saya merasa aman. Tidak merasa waswas atau takut kalau-kalau kompor elpiji mleduk seperti yang sudah-sudah

Penulis: Domu D. Ambarita
Editor: Prawira
zoom-inlihat foto Nenek Saniah Bebas dari Takut Ledakan Elpiji
TRIBUNNEWS.COM/DOMU AMBARITA
Nenek Sainah menunjukan struk pembayaran gas alam rumah tangganya.

"SEKARANG saya merasa aman. Tidak merasa waswas atau takut kalau-kalau kompor elpiji mleduk seperti yang sudah-sudah. Kalau pas masak tiba-tiba gas habis, tidak perlu repot ke warung nenteng tabung. Pokoknya dengan gas alam ini lebih nyamanlah."

Demikian penuturan nenek Saniah, 70 tahun. Saat ditemui suatu siang, nenek berperawakan sedang ini dalam kedaan kurang sehat. Dia mengenakan jaket, menambah tebal daster yang menutupi tubuhnya. Dia terduduk di bangku kayu depan rumahnya yang terletak di Jalan Nangka RT 06 RW 15 Kelurahan Beji, Depok, Jawa Barat.

Di depan, tepatnya di samping bagian kanan rumahnya, terdapat pipa, mirip saluran leding atau Pam. Bedanya, pipa ini dicat warna kuning, dan terdapat meteran yang letaknya tinggi, sekitiar 1 meter dari tanah, jauh lebih tinggi daripada pipa air ledeng pada umumnya. "Ini pipa gas alam, sudah terpasang hampir setahun," ujar nenek Saniah saat ditemui Tribunnews.com.

Sesaat setelah berbincang dengan Tribunnews.com, tetangga Saniah berdatangan. Ada Aminah, didampingi suaminya, Dul Halim. Keluarga ini mengontrak rumah milik Saniah. Kemudian Rojali, juga warga Jalan Nangka, serta putri Saniah, yang menyodorkan secangkir teh manis panas.

Ibu dari 12 anak, dua di antaranya meninggal, 30 cucu, dan 10 cicit itu menuturkan kenangan pahitnya tentang kompor gas. Sekali waktu, katanya, kala bulan Ramadhan, dia terkendala dalam memasak penganan untuk sahur. "Dulu, sewaktu bulan puasa, pas mau masak makanan sahur, tiba-tiba gas habis. Padahal waktu zuhur sudah dekat, akhirnya saya buru-buru ketok-ketok warung untuk beli gas."

Tidak ingin pengalaman pahit itu terulang, belakangan Saniah bersiasat dengan menyediakan kompor serap, berupa kompor berbahan bakar minyak tanah. "Tapi setelah masuk gas alam, saya tidak pakai kompor minyak tanah lagi. Sekarang kapan pun mau masak bisa, mau tengah malam atau subuh tidak soal," kata Saniah.

Nenek Saniah kemudian menunjukkan kompornya di dapur. Satu kompor dua tungku terletak di atas meja masak terbuat semen. Dia memantik kompor, sembari menunjukkan cara menyalakan kompor berbahan gas alam, sama seperti gas elpiji. "Kompor ini dulu saya pakai waktu gas elpiji. Boleh dipakai untuk gas alam, tinggal mengubah sedikit perkakasanya," kata dia, menunjuk lidah biru api.

Di Depok, tepatnya Kelurahan Beji Timur dan Kelurahan Beji, ada 4.000 rumah tangga yang menikmati saluran gas alam. Gas diambil dari saluran pipa Pertamina yang mengalir dari Cirebon, Jawa Barat hingga Cilegon, Banten.

Penuturan senada nenek Saniah dikemukakan Uda Ujang, pemilik Rumah Makan Minang Maimbau di Jalan Asmawi 121 C, Beji, Depok. Ia mengaku menggunakan gas alam sejak pertama kali ditawarkan, April silam.

"Kelebihan gas alam, konsumen tidak perlu angkat tabung kau elpiji habis. Biasanya kan repot tuh, kita harus buru-buru mengganti kalau elpiji tiba-tiba habis, dan masakan bisa-bisa bermasalah, sehingga rasa nasi kurang enak," ujar Uda Ujang.

Dengan gas alam, 24 jam nyala, artinya pasokan gas tidak putus-putus. "Dulu pernah terjadi, stop sekitar 5 jam, tapi itu karena ada gangguan kebocoran pipa di tempat lain. Baru itu aja, selain itu lancar, 24 jam sehari," kata Ujang.

Ujang menggunakan 1 kompor gas alam untuk memasak nasi rata-rata 42 sampai 56 liter per hari. Sekali memasak dia menanak 8 liter beras, dalam sehari rata-rata 6 sampai 7 kali. Sehari- hari dia mengoperasikan 8 kompor, selebihnya memasak lauk-pauk.

"Saya pakai 1 kompor, dari 8 kompor. Dipakai terus setiap hari. Saya pakai untuk nasi, karena tidak putusnya. Kompor menyala rata-rata, sekali masak nasi, 1 jam dan rata-rata masak 6-7 kali. Jadi kompor menyala 6-7 jam sehari," katanya.

Dia menandaskan penggunaan gas alam sama sekali tidak mengkhawatirkan. "Dulu, sempat dites orang instalator. Ia coba membuka keran lalu memantik korek. Lihat, uad! Tidak apa-apa kan, walaupun bocor tidak akan meledak," kata Ujang menirukan ucapan sang pemasang saluran gas alam ke rumahnya.

"Saya sih, puas menggunakan gas alam," kata Ujang yang bermaksud menambah sambungan gas ke rumahnya seandainya ada kesemapatan menambah. "Kalau ada yang bertanya, apakah manfaat menggunakan gas alam, saya akan rekomendasikan. Ada tetangga yang semula takut, tidak mau pakai. Sekarang, setelah melihat enak, dia mau berlangganan, tetapi sudah pakai biaya, padahal dulu pemasangan gratis."

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved