Bom Bunuh Diri Solo
Keluarga:Hayat tak Bisa Main Komputer Tapi Dituduh Rakit Bom
Sejak kasus meledaknya Mapolres Cirebon, pada 15 April lalu, Pino atau hayat (31) sudah menghilang dari rumah.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejak kasus meledaknya Mapolres Cirebon, pada 15 April lalu, Pino Damayanto (31), yang oleh keluarga dipanggil Ahmad itu sudah menghilang dari keluarga.
Imron Masyo (40), paman Hayat atau Pino saat ditemui di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Pondok Rangon, Jakarta Timur, Selasa (27/09/2011), mengatakan bahwa ia terakhir kali bertemu dengan Hayat ketika ia menyambangi kediaman orangtuanya yang merupakan nenek dari Hayat, di Cirebon, Jawa Barat, di hari yang sama Muchamad Syarif meledakan diri di mesjid Mapolres Cirebon.
"Saya lagi (masuk) DPO (Daftar Pencarian Orang)," katanya mengulangi perkataan Hayat.
Keluarga pun tidak sempat berpikir bahwa Hayat atau Pino terkait jaringan terorisme. Namun keluarga sadar bahwa anak itu sempat berurusan dengan polisi setelah bersama-sama melakukan perusakan terhadap Alfamart.
Setelah itu Hayat pun tidak pernah menunjukan batang hidungnya lagi. Keluarga pun urung mencari karena takut akan terseret kasus tersebut.
Imron baru tahu jika Hayat terkait jaringan terorisme ketika polisi banyak menyebarkan selebaran berisi buronan kasus pemboman Mapolres Cirebon, dan nama Pino disebut salah satunya.
"Kita ya bingung, dia dituduh perakit bom, padahal main komputer saja tidak bisa," katanya.
Lama keluarga tidak mendengar kabar dari Hayat, hingga pada Minggu malam, foto dan namanya diumumkan Polisi sebagai pelaku bom di Gereja Bethel Injil Sepenuh, Solo, Jawa Tengah.
"Waktu lihat foto pelaku bom bunuh diri, saya langsung yakin itu memang dia (Hayat)," tambahnya.
Ia semakin yakin ketika kemarin salah seorang keluarganya menghubunginya, dan menyarankan pria yang tinggal di Bogor itu untuk menyambangi jenazah Hayat di Rumah Sakit Polri. Ia pun sempat terkejut.