Ujian Nasional 2011
Enggan Nyontek UN, Siswa Abrary Sambangi Balai Kota
Aksi tekanan psikis terhadap siswa dalam menjalani Ujian Nasional, bukan hanya terjadi di Surabaya. Di Jakarta, peristiwa serupa juga terjadi.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Danang Setiaji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Aksi tekanan psikis terhadap siswa dalam menjalani Ujian Nasional, bukan hanya terjadi di Surabaya. Di Jakarta, peristiwa serupa juga terjadi.
Peristiwa ini dialami Muhammad Abrary Pulungan (12) saat menjalani Ujian Nasional di SDN 06 Pesanggrahan, Jakarta Selatan.
Uniknya, Abrary pun serupa dengan Alifah Ahmad Maulana saat mengikuti Ujian Nasional di SD Negeri Gadel 2, Surabaya. Abrary enggan menyontek, meski nantinya hasil UN yang diperoleh bakal jeblok.
Abrary mengatakan hal tersebut saat ditemui di gedung Balai Kota dalam rangka audiensi Komnas Anak terhadap kecurangan UN tingkat SD, Kamis (16/6/2011). Abrary menjelaskan selama kelas satu sampai kelas empat dirinya selalu masuk dalam 10 besar, namun saat kelas lima dan kelas enam dirinya tidak masuk dalam 10 besar.
"Kalau saat try out UN sih ranking dua. Tetapi kalau di rapor kemarin ranking 17. Kalaupun ada nilai jeblok, semuanya hasil kerja sendiri, ngapain nyontek," ujar Abrary.
Lebih lanjut Abang, sapaan akrab Abrary, mengatakan saat dirinya tidak mau menyebarkan jawaban dirinya memang ditakut-takuti gurunya bisa tidak lulus dan mendapat hukuman berat. Namun apa konkritnya hukuman berat yang dimaksud, Abrary mengaku tidak mengetahuinya. Setelah pelaporan dugaan kecurangan UN tersebut, ujar Abrary, guru-guru memang tidak ada yang mengucilkan tetapi banyak yang berbisik-bisik bila bertemu dengannya.
"Hari kedua dan ketiga sudah tidak ada yang menyebar jawaban di kelas karena direkam sama ibu. Kalau aku maunya UN diulang, biar SMP percaya sama nilai-nilainya," imbuh Abrary.