Teror Bom Buku
Alwiyatun Pingsan Mengira Wartegnya akan Dibom
Almiyatun, pemilik warteg di Jalan Lontar, Rt 003/03 Lenteng Agung, terlihat lemas.
"Saya panik mas," kata Almiyatun sambil duduk lemas.
Beberapa warganya berusaha menenangkan dirinya yang mengira Warteg miliknya menjadi target bom. Apalagi, suaminya, Abidin sedang tidak berada di rumah.
"Saya pingsan lihat polisi angkat buku itu. Pikiran saya, rumah saya meledak di bom," ujarnya polos.
Sambil menghela nafas panjang, Alwiyatun kemudian menceritakan rinci perihal sebuah buku tua berjudul Di Bawah Bendera Revolusi Soekarno tahun 1964 ini, dilihatnya, persis di teras rumahnya.
Kebetulan, Wartegnya ditutup karena mendapat giliran pengajian di rumahnya. Begitu selesai acara pengajian, Almiyatun saat ingin mengangkat bangku, melihat buku tebal berukuran kurang lebih 20 kali 25 sentimeter ini.
"Pas saya mau ambil, tetangga saya kemudian bilang jangan diambil takutnya bom," aku Alwiyatun.
Sebelum buku itu ia lihat, wanita Tegal, Jawa Tengah ini sempat melihat seseorang mengendarai motor memperhatikan rumahnya. Tak lama, pria yang ia lihat, sempat foto rumahnya dari depan.
"Saya tak curiga apa-apa sebelumnya. Pas ada buku, baru saya fikir, jangan-jangan itu paket bom, makanya saya pingsan. Pingsan juga karena kurang tidur dan kecapean, ngga sempat makan," tuturnya.
Polsek Jagakarsa, tiba sekitar lima belas menit begitu salah seorang tetanggga Alwiyatun melaporkan buku mencurigakan itu. Tak lama kemudian, sekitar pukul 19.00 WIB, tim gegana datang untuk mendeteksi, apakah buku yang diletakkan itu memang benar bom.
Setelah dipastikan, hanyalah sebuah buku, tak ada bom seperti yang diduga Alwiyatun maupun oleh warga sekitar.
"Negatif buku itu berupa paket bom. Mungkin ada orang iseng yang manaruh buku begitu saja. Apalagi, yang menaruh buku itu tidak tahu siapa. Mungkin ada yang ketinggalan buku," kata Kapolres Jakarta Selatan Kombes Pol Gatot Edi.
Meski masih terlihat lemas, wajah Almiyatun, sudah bisa memperlihatkan senyum sumringah begitu buku yang ia kira berisikan bom itu, kemudian dibawa oleh tim Gegana. Namun, wajahnya tiba-tiba pucat, begitu pihak Polsek Jagakarsa memintanya ikut untuk dimintai keterangan.
"Saya nggak diapa-apain kan pa? Nanti kalau udah selesai anterin pulang ya," kata Alwiyatun kepada salah seorang polisi.
Polisi lain yang berdiri di sebelah Alwiyatun, kemudian tertawa kecil mendengar permintaan pemilik warteg yang masih memancarkan wajah takut, meski sesekali umbar senyum ini.