Markus Pajak
Alwis Tak Gentar 'Lawan' Bahasyim dan Orang Kepercayaannya
KAMPUNG
KAMPUNG Kebayunan yang terletak di sudut Kota Depok, Jawa Barat, memang terlihat sebagaimana kampung-kampung di pojok Kota Depok. Namun, jika ditelisik, kampung itu rupanya sudah menjadi kekuasaan sang juragan tanah, mantan petinggi Ditjen Pajak, Bahasyim Assifie.
Tanah di Kampung Kebayunan, lebih separuhnya adalah milik pria asal Sidoarjo tersebut. Karena, satu persatu warga Kp Kebayunan menjual tanah dan rumahnya kepada sang tuan tanah, Bahasyim, sejak 1977.
Dengan uangnya, Bahasyim bergerak hampir ke seluruh penjuru Kebayunan. Salah satu tanah yang menandakannya sebagai orang kaya raya ada di RT 01/20 Kelurahan Tapos, Kecamatan Tapos, Depok. Tanah itu dibeli dari warga asli setempat pada 2000.
Menelisik sudut demi sudut tanah seluas 10 hektare itu, rupanya masih ada dua rumah yang terapit di antara tanah milik Bahasyim. Salah satu rumah itu milik, Alwis (45).
Wanita asal Kebumen ini mengaku sengaja tidak mau menjual tanahnya kepada Bahasyim, meski dipatok harga tinggi. Tak merasa takut ataupun gentar dalam mempertahankan rumah satu-satunya itu. Meski, hampir setiap hari tangan kanan Bahasyim, Halimi, mendatanginya dan merayunya agar dijual.
"Saya tidak takut sama sekali dengan Pak Bahasyim. Dia sering nyuruh si Limi tanyain tanah sama rumah saya, kapan mau dijual. Kalau dijual, saya mau tinggal di mana lagi. Kasihan orangtua saya sudah tua," ujar Alwis.
Dengan perginya para tetangga, Alwis kini merasa kesepian. Hal yang membuat Alwis sakit hati, yakni Bahasyim membuat tembok pembatas setinggi 2 meter, yang makin membuat rumah terapit. Dari jalan Jl Tapos menuju rumahnya, Alwis hanya disisakan jalan setapak selebar kurang 1 meter.
Kepada sang suami tercinta, Ismanto (48), wanita ini pun sontak emosi, "Pak, ayo bareng-bareng kita bongkar tembok itu," ujar Alwis sembari menunjuk tembok nan kokoh di depan matanya.
"Sudahlah. Dia sekarang sudah kena getahnya," jawab Ismanto sembari mengusap punggung Alwis, untuk menenangkan emosionalnya.
Meski sakit hati, seiring waktu Alwis bisa menerima kenyataan, bahwa sang penguasa dengan uangnya bisa membeli apapun yang diinginkan. "Saya pasrah. Tak merasa dendam, walau rumah saya terapit begini," ucap Alwis dengan lirih.
*Ancam Balik Buka Borok Bahasyim
Pernah sang tangan kanan Bahasyim, Halimi minta jalan setapak dengan pintu besi itu digembok. Namun, Alwis melawan.
"Bu Agung yang disamping rumah saya, diminta Limi untuk gembok pintu masuk depan. Saya langsung teriakin si Limi. Saya bilang ke dia, kalau digembok saya akan lawan Bahasyim. Saya akan teriak ke wartawan. Saya akan buka boroknya dia. Saya sudah curiga kalau dia korupsi. Mana ada PNS bisa beli tanah berpuluhan hektare. Gaji menteri saja enggak sampai segitu," cetus Alwis dengan suara bergetar.
Meski, punya gertakan untuk membuka borok Bahasyim, Alwis kini bernafas lega. Pasalnya, ia juga tahu kalau orang kaya raya itu kini diperiksa dan ditahan Polda Metro Jaya. "Jadi, saya tidak perlu susah-susah lagi buka borok dia. Tuhan Maha Adil. " ujarnya.
Alwis tahu bahwa Tuhan Maha Adil. Kerutan di wajahnya, menandakan matangnya pribadi wanita tersebut. Ia sadar, hidup hanya sementara. Meski Bahasyim belum mendapat status terdakwa, Alwis sudah berani bertutur, "Biar pengadilan yang akan menghukum dia."