Markus Pajak
Harta Bahasyim di Depok Berkisar Rp 500 Miliar
Harta kekayaan mantan Kepala Kantor Pemeriksaan Jakarta Tujuh Direktorat Jenderal Pajak (Ditjen) Bahasyim Assifie yang bernilai miliaran rupiah, rupanya bukan isapan jempol belaka.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harta kekayaan mantan Kepala Kantor Pemeriksaan Jakarta Tujuh Direktorat Jenderal Pajak (Ditjen) Bahasyim Assifie yang bernilai miliaran rupiah, rupanya bukan isapan jempol belaka.
Hasil penelusuran Tribunnews, selain memiliki rumah mewah seharga Rp 5 miliar di Jalan Cemara Raya No 27, RT 01/RW 06, Perumahan Jaka Sampurna, Kota Bekasi, Jawa Barat, rupanya Bahasyim juga memiliki kekayaan tersembunyi di sudut Kota Depok.
Dari data yang kami himpun di lapangan, Bahasyim memiliki tanah lebih dari enam titik seluas 50 hektar di Kp Kebayunan, Tapos, Kota Depok.
Tahun demi tahun, tanah seluas puluhan hektaran itu Bahasyim beli dari warga Kebayunan sejak 1977. Sekarang, harga pasaran tanah di kampung itu berkisar Rp 1 juta permeter.
Jika dikalikan 50 hektare, maka total tanah Bahasyim di Kebayunan mencapai Rp 500 miliar. "Kalau dia (Bahasyim) di Kebayunan saja ada lebih dari lima lokasi. Yang di sini luasnya 10 hektar," ungkap Khaidir, seorang warga yang tinggal tepat di samping areal tanah Bahasyim, Depok, Jum'at (9/4).
"Dia memang dari sejak di sini, sudah sering beli tanah. Bohong, kalau dibilang dia jual beli tanah. Yang sering, dia beli terus, enggak pernah jual tanah," ungkapnya.
Khaidir mengungkapkan bahwa transaksi pembelian tanah oleh Bahasyim sangat mencurigakan. Setiap Bahasyim beli selalu dengan uang tunai. Bahkan, pernah ia membeli dan langsung membayar menggunakan wadah kardus untuk membawa uang miliaran rupiah. "Teman saya bilang, belinya bawa kardus," ujarnya.
Kami telusuri satu lokasi tanah milik pria berperawakan tambun itu ada di pinggir Jl Raya Tapos, Kp Kebayunan. Tanah Bahasyim di situ seluas 10 hektare. Di tanah seluas itu, Bahasyim mendirikan sejumlah bangunan, di antaranya villa dengan tiga lantai, musholla pribadi, perusahaan yang bergerak di bidang jual beli ikan bernama PT Tridharma Perkasa, serta bangunan mess pegawai.
Kami coba masuk area tanah yang dikepung tembok setinggi 3 meter itu. Seorang kepala sekuriti bernama Pardede, langsung mengusir kami. Rupanya, pria berusia 30 tahun itu sudah mencium latar bekakang kami sebagai pemburu berita.
"Mas, silahkan tinggalkan tempat ini," pinta Pardede.
Hasil pantauan kami, bisnis jual beli ikan laut Bahasyim masih beroperasi. Namun, tingkat mobilitasnya terbilang menurun setelah kasus Gayus terungkap.
Sejumlah truk berukuran jumbo masih berseliweran, hilir mudik masuk ke dalam kompleks tersebut. "Sudah semenjak seminggu ini, mobil truk sudah jarang ke dalam. Truk yang masuk bisa 20 mobil setiap hari," ujarnya.
Ketua RT setempat, Jumadi, menuturkan Bahasyim memang sejak awal terkenal sebagai juragan tanah. Meski transaksi ada di wilayahnya, Bahasyim tidak pernah melibatkannya. "Saya memang baru setahun di sini, tapi setiap dia beli tanah enggak pernah tanya-tanya saya," ungkap Jumadi.