Virus Corona
Cerita Para Jurnalis yang Masih Bekerja di Lapangan Saat Wabah Corona Melanda
"Sekalipun ingat, kita akan sulit mengatur jarak karena begitu wawancara tak mungkin kita berjarak satu meter."
"Alhamdulillah sekarang jauh lebih tenang dari dulu. Tapi kita tetap berupaya sampaikan informasi yang valid buat masyarakat," ungkapnya.
Kurangi baca berita hoax
Sejumlah tantangan memang kerap hadir selama wartawan bekerja.
Di kala mereka berupaya menyampaikan informasi yang valid, rupanya ada sejumlah oknum yang memanfaatkan momen untuk menyampaikan berita hoax atau berita bohong.
Bukan hanya netizen dan masyarakat saja yang kesal akan hal tersebut, wartawan pun demikian.
Ilham, Stringer Metro TV di Jakarta Timur mengatakan banyak menerima berita hoax semenjak pandemik corona.
Sejumlah rekannya pun banyak yang bertanya padanya perihal kebenaran berita tersebut.
"Sebenarnya males juga kalau dapat berita hoax yang biasanya lewat broadcast. Tapi kita kan dituntut untuk tangkal berita tersebut. Jadi paling saya kasih tahu untuk cari informasi pada sumber terpercaya ketika ada yang tanya. Bahkan saya berikan link resmi kalau memang ada," katanya.
Senada dengan Ilham, Firda pun demikian. Berita hoax yang kerap di dengarnya semakin membuat dirinya dirundung rasa panik.
Rasa panik tersebut terkadang mengalahkan rasa kesalnya karena ulah oknum yang tak bertanggung jawab.
"Pas pertama-tama wabah ini merebak itu banyak hoax. Sekarang pun sama. Makanya kalau ada berita hoax yang bikin saya panik, saya menghindari. Saya juga manusia biasa, saya memilih menghindari membaca berita negatif. Apalagi sekarang kalau batuk dikit kita dibilang corona, ya sekalipun konotasinya bercanda tapi tetap bikin panik," katanya.
Sering lupa social distancing
Satu diantara social disatancing ialah perihal menjaga jarak minimal satu meter.
Meskipun mengetahui hal tersebut, terkadang keadaan di lapangan tak bisa diperkirakan.
Sebagai contoh ialah saat melakukan wawancara kepada narasumber di lapangan.