Jumat, 3 Oktober 2025

Widya Artini Wiyogo Dikukuhkan Sebagai Guru Besar Tetap Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Hasil survei Rapid Assesment of Avoidable Blindness (RAAB) pada 15 propinsi di Indonesia periode 2014-2016 mendapatkan perkiraan rerata angka kebutaan

Editor: Toni Bramantoro
dok pribadi
Widya Artini Wiyogo (tengah) saat dikukuhkan sebagai Guru Besar Tetap Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Universitas Indonesia (UI) menggelar acara pengukuhan dua guru besar tetap Fakultas Kedokteran UI di Aula IMERI (Indonesian Medical Education and Research Institute) FKUI di bilangan Salemba, Jakarta Pusat, Sabtu (29/2/2020).

Salah satu Guru Besar Tetap yang dikukuhkan adalah Prof. Dr. dr. Widya Artini Wiyogo, Sp.M(K)–staf pengajar di FKUI Departemen Mata dan juga dokter spesialis mata yang berpraktek di JEC Eye Hospitals and Clinics.

Dalam acara yang berlangsung secara terbuka ini, Prof. Dr. dr. Widya Artini Wiyogo, Sp.M(K) menyampaikan pidato bertajuk “Mengatasi Tantangan Masa Depan Layanan Glaukoma di Indonesia: Optimalisasi Intervensi Bedah Glaukoma.”

Hasil survei Rapid Assesment of Avoidable Blindness (RAAB) pada 15 propinsi di Indonesia periode 2014-2016 mendapatkan perkiraan rerata angka kebutaan sebesar 3% pada populasi penduduk yang berusia di atas 50 tahun.

Glaukoma merupakan salah satu dari lima penyebab kebutaan terbesar, baik di dunia maupun di Indonesia. Glaukoma masuk dalam kategori penyakit yang bersifat kronik dan 

Hari ini Universitas Indonesia (UI) menggelar acara pengukuhan dua guru besar tetap Fakultas Kedokteran UI di Aula IMERI (Indonesian Medical Education and Research Institute) FKUI di bilangan Salemba, Jakarta Pusat.

Salah satu Guru Besar Tetap yang dikukuhkan adalah Prof. Dr. dr. Widya Artini Wiyogo, Sp.M(K), staf pengajar di FKUI Departemen Mata dan juga dokter spesialis mata yang berpraktek di JEC Eye Hospitals and Clinics.

Dalam acara yang berlangsung secara terbuka ini, Prof. Dr. dr. Widya Artini Wiyogo, Sp.M(K) menyampaikan pidato bertajuk “Mengatasi Tantangan Masa Depan Layanan Glaukoma di Indonesia: Optimalisasi Intervensi Bedah Glaukoma.”

Hasil survei Rapid Assesment of Avoidable Blindness (RAAB) pada 15 propinsi di Indonesia periode 2014-2016 mendapatkan perkiraan rerata angka kebutaan sebesar 3% pada populasi penduduk yang berusia di atas 50 tahun.

Glaukoma merupakan salah satu dari lima penyebab kebutaan terbesar, baik di dunia maupun di Indonesia. Glaukoma masuk dalam kategori penyakit yang bersifat kronik dan 

Sampai saat ini belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan glaukoma secara total, namun dengan pemeriksaan yang menyeluruh dapat ditentukan terapi yang tepat untuk mengontrol progresivitas penyakit.

Pasien harus menjalani pemeriksaan dan kontrol seumur hidup, juga penyesuaian obat atau tindakan tambahan tergantung pada kondisi glaukoma. Pengobatan glaukoma dapat meliputi tatalaksana dengan obat-obatan, terapi laser dan operasi glaukoma.

Berangkat dari permasalahan glaukoma di Indonesia dan tantangan dalam penatalaksanaan pasien glaukoma yang dihadapi para dokter spesialis mata, Prof. Dr. dr. Widya Artini Wiyogo, Sp.M(K) melakukan penelitian terkait hal tersebut.

Beliau melihat bahwa salah satu solusi kunci untuk mengatasi tantangan glaukoma di Indonesia adalah melalui pengembangan sumber daya yang sudah ada, mencakup peningkatan keterampilan dokter mata umum dalam melakukan pembedahan primer glaukoma serta peningkatan keterampilan dokter umum sebagai ujung tombak layanan kesehatan untuk melakukan skrining dan diagnosis glaukoma dengan tepat sejak stadium awal penyakit.

Selain itu, untuk menjawab tantangan glaukoma dalam sifatnya sebagai penyakit degeneratif yang terus meningkat dan menurunkan beban finansial kesehatan makro atas glaukoma, dunia kesehatan mata di Indonesia harus melakukan integrasi revolusi industri 4.0 melalui pemanfaatan teknologi, modernisasi sistem akses, dan pengelolaan data digital (cyber physical systems) ke dalam solusinya.

Prof. Dr. dr. Widya Artini Wiyogo, Sp.M(K) merupakan salah satu dokter spesialis mata senior di JEC yang memiliki spesialisasi dalam bidang glaukoma. JEC telah membuka Glaukoma Service, yang mengkhususkan dalam penyediaan perawatan komprehensif bagi pasien 

glaukoma, dengan dukungan 12 dokter spesialis glaukoma dan tenaga medis yang mumpuni, serta penggunaan perangkat berteknologi terkini. Mulai dari pemeriksaan tekanan bola mata dengan akurasi yang sangat tinggi (Goldmann Applanation Tonometry), evaluasi struktur saraf mata (Optical Coherence Tomography dan Heidelberg Retinal Tomography), pemeriksaan luas lapang pandang (Humphrey Visual Field Perimetry), pemeriksaan sudut bilik mata depan (gonioscopy), hingga pemeriksaan ketebalan kornea mata (pachymetry).

Pada pasien yang memerlukan tindakan operasi, pasien dapat menjalani tindakan operasi dengan implant dan iStent (metode bedah terbaru dengan minimal invasive menggunakan small titanium implant). Pada terapi obat, JEC menyediakan obat-obatan khusus bagi pasien glaukoma yang hanya tersedia di JEC.

Selain itu JEC juga memberi kemudahan dengan membuat Member Glaukoma JEC, sehingga memudahkan pasien dalam menjalani terapi, baik dari sisi pengobatan maupun jadwal pemeriksaan.

Pengukuhan Prof. Dr. dr. Widya Artini Wiyogo, Sp.M(K) sebagai guru besar tetap di FKUI ini, menambah deretan dokter spesialis mata dari JEC yang menjadi Guru Besar Ilmu Penyakit Mata di FKUI. Gelar tersebut juga pernah diberikan kepada Prof. Dr. Istiantoro Sukardi, SpM(K) Almarhum, guru dan praktisi bidang bedah katarak dan kornea, yang pernah menjabat sebagai Direktur di JEC dan merupakan salah satu pendiri JEC; dan Prof. Dr. Tjahjono D. Gondhowiarjo, SpM(K), PhD, guru dan praktisi bidang katarak dan kornea.

Sejak berdiri pada 1 Februari 1984, JEC terus berupaya menjadi pusat layanan dan kesehatan mata paling modern dan terlengkap di Indonesia. Dalam hal pengembangan sumber daya manusia, JEC melakukan beragam kegiatan edukasi dan pelatihan.

Salah satunya adalah menyelenggarakan acara tahunan JEC International Meeting (JECIM) yang berlangsung pada 6 – 7 Februari 2020 di Hotel Pullman, Central Park Jakarta. JECIM 2020 menghadirkan sekitar 140 pembicara di bidang ilmu kesehatan mata baik dari dalam dan luar negeri dengan total ± 1.300 peserta yang tidak hanya dari kalangan dokter spesialis mata saja, namun juga dari praktisi di bidang pelayanan kesehatan mata, termasuk tim medis dan jajaran manajemen rumah sakit yang menyediakan layanan spesialis kesehatan mata, serta lembaga atau institusi yang terkait kesehatan mata, baik dari dalam maupun luar negeri. 

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved