Jumat, 3 Oktober 2025

Banjir di Jakarta

Bendungan Katulampa Siaga 3, Warga Kampung Arus di Cawang Kebanjiran

"Memang sebelumnya sudah ada peringatan dari RW kalau di Katulampa dan Depok siaga 3. Jadi pas air naik ya enggak kaget," kata Fatiah

TribunJakarta.com/Bima Putra
Banjir yang merendam permukiman warga RW 02, Kampung Arus, Kramat Jati, Jakarta Timur, Senin (24/2/2020) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Luapan air Kali Ciliwung kembali merendam permukiman warga RW 02, Kampung Arus, Kelurahan Cawang, Kecamatan Kramat Jati, Senin (24/2/2020).

Warga setempat, Fatiah (50) mengatakan air mulai menjamah permukiman warga sekira pukul 11.30 WIB dan hingga kini ketinggian terus naik.

Meski pagi hari tadi banjir yang merendam permukiman warga surut, tak sampai 3 jam Ciliwung meluap air mencapai ketinggian 50 sentimeter.

Ketinggian tersebut dipastikan terus bertambah karena debit air kiriman dari Bogor dan Depok belum sepenuhnya tiba di Jakarta.

"Semakin naik airnya, enggak tahu nanti sampai berapa tinggi. Tergantung di Bogor sama Depok hujan lagi atau enggak," ujarnya.

Banjir yang merendam permukiman warga RW 02, Kampung Arus, Kramat Jati, Jakarta Timur, Senin (24/2/2020)
Banjir yang merendam permukiman warga RW 02, Kampung Arus, Kramat Jati, Jakarta Timur, Senin (24/2/2020) (TRIBUNJAKARTA.COM/BIMA PUTRA)

Untuk sekarang Fatiah menuturkan belum ada warga RW 02 yang mengungsi karena Kali Ciliwung kembali meluap.

Namun warga sudah bersiap memindahkan kendaraan bermotor dan perabot rumahnya ke tempat lebih tinggi agar terendam.

"Makin sore ya air makin naik, kalau di rumah warga yang agak lebih dekat kali bisa 70 sentimeter tingginya. Tapi enggak ada warga yang mengungsi," tuturnya.

Pantauan wartawan TribunJakarta.com pukul 15.45 WIB ketinggian air yang merendam permukiman warga sudah berkisar 70 sentimeter.

Warga yang tadinya memindahkan motor ke depan gang kembali harus memindahkan kendaraannya ke tempat lebih tinggi.

10 ribu warga terdampak banjir di Jakarta

Warga menggunakan perahu karet melintasi banjir yang menggenangi Jalan Ahmad Yani, Jakarta Timur, Minggu (23/2/2020). Hujan deras yang mengguyur sejak Minggu 23 Februari dini hari menyebabkan banjir di sejumlah wilayah Ibu Kota Jakarta. Tribunnews/Irwan Rismawan
Warga menggunakan perahu karet melintasi banjir yang menggenangi Jalan Ahmad Yani, Jakarta Timur, Minggu (23/2/2020). Hujan deras yang mengguyur sejak Minggu 23 Februari dini hari menyebabkan banjir di sejumlah wilayah Ibu Kota Jakarta. Tribunnews/Irwan Rismawan (Tribunnews/Irwan Rismawan)

DKI Jakarta dan sekitarnya diguyur hujan dengan curah hujan cukup tinggi pada Minggu (23/2/2020) malam hingga Senin (24/2/2020) dini hari.

Curah hujan tinggi mengakibatkan beberapa wilayah tergenang.

Setidaknya, berdasarkan data banjir Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) BPBD DKI pada Senin (24/2/2020) pukul 6.00 WIB, 2.393 dari 682 kelompok keluarga terpaksa tinggal sementara di 25 lokasi pengungsian.

Jakarta Utara dan Jakarta Timur jadi dua wilayah yang paling besar terdampak.

Kedua wilayah tergenang air hingga 100 cm.

Adapun di Jakarta Utara sebanyak 26 RW dan 29 RT, kena dampak genangan air.

Ada 1.807 jiwa dari 533 KK harus pergi ke lokasi pengungsian.

Baca: Anies Disemprot Yunarto Wijaya Soal Banjir Jakarta : Lanjutkan TikToknya, Ditunggu Kata Ajaibnya

Jakarta Utara jadi wilayah yang paling besar terkena dampak dari sisi jumlah pengungsi.

Sedangkan terbesar kedua di Jakarta Timur.

Ada 471 jiwa dari 121 KK mengungsi.

Mereka berasal dari 44 RT dan 9 RW yang turut kena imbas hujan lebat.

Secara total ada 73 RT dan 35 RW, serta 10.647 jiwa dari 3.397 KK terdampak genangan air.

"Penyebabnya curah hujan tinggi, luapan Kali Ciliwung, Kali Sunter dan Kali Mati," ungkap Kapusdatin BPBD DKI M. Insaf dalam keterangannya, Senin (24/2/2020).

Saat ini penanganan pengungsi dilakukan oleh BPBD DKI dan kelurahan masing-masing.

Di Jakarta Utara, PPSU bersama Dinas SDA melakukan penanganan dan perbaikan Turap pembatas kali.

Sejumlah bantuan sudah diberikan kepada warga yang mengungsi, seperti pasokan air mineral, matras alas tidur, selimut, beras, mie instan hingga makanan siap saji. 

Anies dikritik DPRD DKI

Sejumlah wilayah di Jakarta kembali direndam banjir setelah diguyur hujan lebat pada Minggu (23/2/2020) kemarin.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pun kembali menuai kritik lantaran program antisipasi banjirnya belum terlihat maksimal.

Baca: Kurang Antisipasi Sebabkan Jakarta Banjir, DPRD: Penyakit Datang Baru Gerak, Nggak Selesai Bos

“Pak Anies sudah menjadi gubernur hampir 2,5 tahun, tapi program antisipasi banjir hanya jalan di tempat. Pada tahun 2018 sampai 2020, Kementerian PUPR tidak bisa menjalankan normalisasi karena Pemprov DKI tidak mau membebaskan lahan. 3 tahun terbuang percuma,” kata Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta, Justin Adrian dalam keterangannya, Minggu.

Menurut data Badan Meteorologi, Kilmatologi, dan Geofisika (BMKG), hujan lebat terjadi di wilayah Jakarta dan Bekasi.

Sementara itu, daerah Bogor dan Depok hanya hujan ringan, sehingga ketinggian pintu air Depok dan Katulampa Bogor berstatus siaga 4 (normal).

“Dari data curah hujan dan ketinggian pintu air, jelas sekali bahwa banjir hari ini adalah karena hujan lokal. Wilayah-wilayah seperti Menteng, Tebet, dan Kuningan yang biasanya aman tapi hari ini justru mengalami banjir. Oleh karena itu, Pak Gubernur tidak punya alasan untuk menyalahkan hujan di Bogor dan tidak bisa melempar masalah ke pemerintah pusat,” ucap anggota DPRD DKI dari Fraksi PSI ini.

Lebih lanjut, Justin menjelaskan, Gubernur Anies Baswedan mewarisi anggaran yang sangat besar.

Dari tahun 2018 sampai 2020, total APBD mencapai Rp 258 triliun.

“Sayangnya, Pak Gubernur tidak memiliki kemauan dan keberanian untuk mengatasi banjir. Bahkan, karena Pemprov DKI lambat membebaskan lahan, masih belum jelas apakah Kementerian PUPR bisa melakukan normalisasi sungai pada 2021,” tutur Justin.

Lebih lanjut, Justin menjelaskan, anggaran penanganan banjir pada APBD 2020 senilai Rp 2,5 triliun.

Angka tersebut masih kurang Rp 1 triliun jika dibandingkan yang tertera pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) sebesar Rp 3,5 triliun.

Baca: FAKTA RSCM Jakarta Pusat Kebanjiran: Penyebab hingga Sejumlah Alat Medis Rusak setelah Terendam

Sementara itu, anggaran untuk Formula E di APBD 2020 mencapai Rp 1,2 triliun.

“Menurut pengamatan kami, Pemprov DKI ogah-ogahan bekerja untuk menangani banjir. Selalu banyak alasan dan pembenaran mengapa banjir masih terjadi. Sedangkan untuk event balapan Formula E, semua SKPD digerakkan begitu cepat sampai banyak aturan dan mekanisme dilompati,” pungkasnya.

Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul: Katulampa Siaga 3, Warga Kampung Arus Cawang Kebanjiran 70 Cm

Sumber: TribunJakarta
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved