Senin, 6 Oktober 2025

Pembangunan Trotoar DKI Jakarta Disyukuri Mantan Gubernur Djarot, Dana Rp 1,2 T Dipertanyakan DPRD

Mantan Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat, bersyukur Anies Baswedan melanjutkan program pembangunan trotoar di DKI Jakarta.

TRIBUN/IQBAL FIRDAUS
Proyek revitalisasi trotoar di Jalan Salemba Raya, Jakarta Pusat, Minggu (3/11/2019). Proyek ini mengakibatkan sulitnya pejalan kaki untuk melewati Jalan Salemba Raya sehingga harus berjalan berdampingan dengan kendaran bermotor tanpa pembatas. TRIBUNNEWS.COM/IQBAL FIRDAUS 

TRIBUNNEWS.COM - Mantan Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat, bersyukur Anies Baswedan melanjutkan program pembangunan trotoar di DKI Jakarta.

Hal tersebut diungkapkan Djarot dalam acara Indonesia Lawyers Club yang dikutip dari Youtube, Selasa (12/11/2019) malam.

"Misalnya kita mau bikin trotoar, ini program kita. Dulu kita berpikir kalau bikin trotoar sekalian bawahnya digali untuk utilitas, ducting," ucapnya.

Diketahui, ducting merupakan saluran atau media tempat menyalurkan bahan produksi.

"Sehingga kalau trotoar sudah bagus, tidak boleh lagi ada galian di situ, misalnya untuk penanaman kabel PLN maupun fiber optic," jelasnya.

Djarot menyebut pembangunan trotoar sudah direncanakan di periode kepemimpinan sebelum Anies Baswedan.

"Ini sudah kita mulai pada saat itu. dan saya bersyukur alhamdulillah sekarang dilanjutkan oleh Pak Anis, dan saya sangat senang," ungkap Djarot.

Namun Djarot juga menyebutkan hal yang tidak disepakati dalam proyek pelebaran trotoar.

"Cuman saya kurang sepakat kalau dalam pelebaran trotoar harus menebangi pohon-pohon tua," ungkapnya.

Ia menilai cukup memotong ranting apabila mengganggu.

"Kalau misal membahayakan ya ranting-rantingnya saja. Kecuali kalau sudah tidak sehat bisa dipotong," ucapnya.

Rencana Pembangunan Dipertanyakan DPRD

Rencana pembangunan trotoar di DKI Jakarta dipertanyakan DPRD DKI Jakarta.

Pasalnya, anggaran yang dicanangkan untuk pembangunan trotoar tahun 2020 berada pada angka Rp 1,2 triliun.

Ketua Komisi D, Idah Mahmudah, Senin (11/11/2019) di Balai Kota Jakarta, dilansir melalui Kompas.com.

“Ini coba bapak jelaskan apa aja konsepnya pembangunan trotoar ini dengan anggaran Rp 1,2 Triliun,” ujarnya.

Anggaran Rp 1,2 triliun tersebut direncanakan untuk membangun trotoar sepanjang 103 km.

Sedangkan pada 2019, pembangunan trotoar dilakukan sepanjang 67 km.

Sementara itu anggota DPRD lainnya, Matnoor Tindoang mempertanyakan urgensi dibangunnya trotoat tersebut.

Dinas Bina Marga DKI Jakarta diminta mengkaji seberapa besar dimanfaatkannya trotoar tersebut oleh masyarakat.

“Bapak kaji dulu seberapa besar masyarakat Jakarta memanfaatkan trotoar, kalau pembangunan trotoar itu mengambil badan jalan,” kata Matnoor.

Empat Tipe Trotoar

Kepala Dinas Bina Marga Pemrov DKI Jakarta, Hari Nugroho, mengungkapkan keseluruhan anggaran tersebut tidak hanya digunakan untuk pembangunan trotoar semata.

Namun, ia mengungkapkan anggaran tersebut untuk pelengkapnya, atau disebut complete street.

“Kalau bicara soal complete street artinya kelengkapan yang lengkap, dimulai peningkatan jalannya, pembuatan trotoarnya, kekuatan jaringan utilitasnya pembangunan amenitiesnya, lampunya, itu merupakan kelengkapan jalan seluruhnya. Jadi tidak hanya trotoar, itemnya ada di situ,” ujar Hari.

Ia mengatakan, tipe pembangunan trotoar itu juga terbagi empat tipe tiap wilayah.

Tipe pertama memiiki desain dengan lebar lebih dari 5,5 meter.

“Tipe pertama itu ada menhole utilitas, saluran, buffer, dan jalur sepeda. Ini seperti di Jalan MT Haryono, Gatot Soebroto,” ungkap Hari.

Tipe kedua memiliki lebar 3,5 meter hingga 5,5 meter.

Terdapat jalur sepeda, buffer, saluran, dan menhole utilitas pada tipe ini.

“Lalu yang tipe ketiga itu didesain dengan lebar 2 hingga 3,5 meter. Sementara yang keempat dibangun dengan lebar 1,5 meter hingga 2 meter,” tutur Hari.

Dikutip dari Warta Kota, tipe keempat memiliki lebar 1,5 meter hingga 2 meter yang berupa trotoar saja.

Di antaranya pola pergerakan pejalan kaki, integrasi transportasi massal, kondisi lingkungan hingga penciptaan ruang interaksi seperti taman sebagai ruang ketiga.

“Skala prioritas pembangunan trotoar yakni kawasan sekitar terminal bus, stasiun MRT, LRT dan KRL serta sekitar Halte Transjakarta. Termasuk kawasan komersial dan perkantoran juga menjadi pertimbangan,” jelasnya. 

Dianggap Mampu Atasi Kemacetan

Sementara itu Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan mengungkapkan tujuan pelebaran trotoar.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di Balai Kota DKI, Jakarta Pusat, Senin (11/11/2019)
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di Balai Kota DKI, Jakarta Pusat, Senin (11/11/2019) (Tribunnews.com/ Danang Triatmojo)

Ia mengungkapkan satu di antara tujuannya adalah menyamakan jumlah lajur di ruas jalan.

Ia berujar jika terdapat perbedaan jumlah lajur dari banyak ke sedikit, hal tersebut memicu dan menimbulkan kemacetan.

"Yang penting konsistensi lajur karena salah satu sebab mengapa terjadi kemacetan karena lajurnya tidak konsisten, dua lajur, berubah jadi tiga, berubah jadi dua lagi, akhirnya menyebabkan justru kemacetan," ujar Anies, Kamis (24/10/2019) dikutip dari Kompas.com.

Pemprov DKI Jakarta berencana membuat lajur pada sebuah ruas jalan sama.

Menurut Anies, kemacetan karena lajur yang tidak konsisten bisa diatasi.Senada dengan Aneis, Hari juga mengungkapkan akan dikonsistenkannya lajur jalan.

Ia mencontohkan, ada ruas jalan yang memiliki tiga lajur pada satu segmen dan empat lajur pada segmen yang lain.

Pada segmen yang memiliki empat lajur, satu lajur paling kiri akan dijadikan trotoar.

Dengan demikian, ruas jalan tersebut memiliki lajur yang konsisten, yakni tiga lajur.

"Kan kadang ada di sananya tiga (lajur), kemudian di sininya empat, makanya kita konsistensi lajurnya dulu. Yang empat kita ambil satu (menjadi trotoar)," kata Hari.

(TRIBUNNEWS.COM/Wahyu Gilang Putranto) (Kompas.com/Cynthia Lova/Nursita Sari)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved