Kamis, 2 Oktober 2025

Kasus First Travel

Bos First Travel Ajukan Permohonan Penjualan Aset untuk Kepentingan Jamaah

Sidang lanjutan kasus dugaan penipuan dan penggelapan oleh PT. First Travel digelar di Pengadilan Negeri Depok, Jawa Barat, Senin (26/2).

Editor: Nurmulia Rekso Purnomo

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda

TRIBUN-VIDEO.COM - Sidang lanjutan kasus dugaan penipuan dan penggelapan oleh PT. First Travel digelar di Pengadilan Negeri Depok, Jawa Barat, Senin (26/2/2018).

Sidang yang beragendakan mendengar keterangan pihak penasihat hukum terdakwa terkait apakah akan mengajukan eksepsi atau nota keberatan.

Namun, ketiga terdakwa Direktur Utama First Travel Andika Surachman, Direktur First Travel Anniesa Hasibuan, dan Direktur Keuangan First Travel Siti Nuraidah Hasibuan alias Kiki, rupanya tidak mengajukan eksepsi.

"Kami tim penasihat hukum tidak mengajukan eksepsi," kata salah satu penasehat hukum terdakwa, Puji Wijayanto, di ruang sidang PN Depok.

Namun pihak terdakwa mengajukan surat untuk menjual aset klien mereka.

Hal itu disampaikan Puji usai mengatakan bahwa terdakwa tidak mengajukan eksepsi.

Pihaknya ingin dari penjualan aset-aset milik klien mereka itu hasilnya bisa diberikan kepada jemaah.

Dalam kesempatan itu pula, Puji merinci aset yang dimiliki kliennya berupa 10 unit mobil mewah, tiga unit rumah, dan empat unit ruko.

Para terdakwa disebut telah menyetujui aset mereka dijual untuk kepentingan jemaah.

"Kami mohon ke Pak Kajari dan Ketua Pengadilan Majelis Hakim perkara ini untuk dapat demi kepentingan para jemaah, untuk dapat menjual aset-aset milik para terdakwa," kata Puji.

Hakim juga sempat bertanya apakah surat tersebut sudah diajukan sebelumnya kepada pihak Kejaksaan.

Puji mengatakan akan menyampaikan hal tersebut dalam persidangan.

Ia lalu memberikan salinan surat permohonan penjualan aset milik terdakwa kepada Hakim Subandi dan Jaksa.

Hakim Subandi, kemudian meminta pendapat jaksa soal hal ini.

Namun, jaksa tidak dapat langsung memberikan persetujuan.

Sebab, sebagian aset ada yang merupakan barang bukti.


Kemudian, ada beberapa aset lain terdakwa yang dimiliki atas nama orang lain.

Sehingga, aset-aset milik terdakwa tidak dapat langsung dijual.

"Oleh karena itu kami harus menunggu proses pemeriksaan saksi yang terkait barang bukti itu. Demikian Yang Mulia," ujar jaksa.

Sementara itu, Hakim Ketua Subandi menyatakan bahwa pihaknya tidak dapat menyikapi soal penjualan aset ini dan menyerahkan ke kejaksaan.

"Silahkan kejaksaan menyikapi surat dari PH terdakwa ini," kata Subandi.

Hakim kemudian memutuskan menunda sidang pada Senin 5 Maret 2018 atau pekan depan.

Sidang akan dilanjutkan dengan pemeriksaan saksi dan barang bukti.

Hakim juga memutuskan sidang ke depan akan berlangsung dua kali dalam seminggu yakni setiap Senin dan Rabu.

Hal tersebut dikarenakan jumlah saksi yang cukup banyak. (*)

Baca: Setidaknya 1.200 Ekor Anjing Dipotong Setiap Hari di Kota Solo

Baca: Ponpes di Kalimantan Selatan Disambangi Drone Tiga Hari Berturut-Turut

Simak videonya di atas!

Tonton juga:

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved