Kamis, 2 Oktober 2025

Banjir di Jakarta

Nenek Kelaparan di Atas Genteng, Bajunya Basah Kuyup, Celengannya Hanyut Diseret Banjir

Bahkan, di lokasi pengungsian sejak Senin malam, ia juga tidak makan. Padahal, ia harus menyusui sang buah hati.

Editor: Hasanudin Aco
Warta Kota
Petugas DPKP sedang mengevakuasi warga yang sakit di Jalan Masjid Al-Makmur RT 17 RW 07, Gang Buntu, Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Banjir menjadi momok yang menjengkelkan bagi warga di bantaran Sungai Ciliwung kawasan Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Sejak Senin (5/2/2018) pagi, kawasan itu telah tergenang. Ribuan warga panik menyelamatkan harta benda.

Namun, sebagian lainnya kurang beruntung, lantaran saat terjadi luapan besar sungai, mereka tengah bekerja.

Seorang warga bernama Neneng (60) punya kisah pilu saat banjir melanda kampungnya.

Genangan air menenggelamkan rumahnya pada Senin malam.

Baca: Keseruan Anak-anak Kampung Pulo Berenang Dalam Genangan Banjir Bagaikan di Wahana Bermain

Tidak ada barang apa pun yang bisa Neneng selamatkan, selain sepasang baju yang ia kenakan dan beberapa potong baju yang sebelumnya berada di jemuran.

"Semuanya habis. Sampai celengan saya juga hanyut entah ke mana. Cuma baju ini saja yang tersisa," kata Neneng kepada Warta Kota di lokasi pengungsian, Selasa (6/2/2018) siang.

Neneng bercerita seraya menangis getir.

Ketika baru pulang kerja memunguti sampah pada Senin petang, air Ciliwung sudah meluap dan masuk ke rumahnya.

Saat hendak menyelamatkan barangnya, semuanya sudah hanyut.

Dalam kondisi terpuruk, hingga Senin malam Neneng masih berada di areal rumah.

Ia berkeluh kesah ke sana ke mari, namun nasib malang juga menimpa para tetangganya.

Tidak ada yang bisa mereka lakukan malam itu, selain menumpahkan kesedihan bersama.

Jelang tengah malam, Neneng dan para tetangga dikejutkan dengan teriakan bahwa permukaan Ciliwung kembali naik. Tumpahan air makin membuat kampung Neneng tenggelam.

Berada di gang buntu, tak mungkin bagi Neneng dan tetangganya menyelamatkan diri melawan arus yang deras.

Mereka memutuskan naik ke atas genteng. Selama berjam-jam mereka menahan dingin di sana.

"Sampai akhirnya ada tim yang datang bawa perahu. Kami sembilan orang turun satu per satu dibawa ke lokasi pengungsian," ungkap Neneng.

Derita Neneng tak habis di sana. Janda satu anak ini bersama sejumlah pengungsi lain ternyata tidak kebagian jatah makan di pengungsian.

Baca: Cerita Warga Srengseng Sawah Detik-Detik Air Banjir Genangi Rumah

Neneng bilang, saat meminta makanan, seorang petugas malah menyalahkan dia kenapa tidak mengungsi lebih awal. Neneng pun menahan lapar hingga Selasa pagi.

"Seharian saya tidak makan. Lapar sekali. Apalagi baju yang saya pakai basah, ini sampai kering lagi. Baru tadi pagi dapat makanan," terangnya.

"Yang paling sedih, uang tabungan saya hanyut kebawa banjir. Saya tidak punya uang lagi sekarang," imbuhnya.

Banjir yang melanda kawasan Pejaten Timur menggenangi sejumlah wilayah di RT 16, 17/07, RT 05/08 dan RT 11/06. Ketinggian air pada puncaknya sampai hampir tiga meter.

Ratusan warga masih bertahan di lokasi pengungsian, yakni di Masjid Al Makmur, Pejaten Timur, Pasar Minggu, hingga Selasa siang, lantaran perkampungan mereka masih tergenang luapan Sungai Ciliwung.

Di lokasi pengungsian itu, seorang perempuan tampak murung. Ia duduk bersandar dengan memangku seorang bayi lelaki.

Ia mengaku bernama Dahlia (33), tetangga Neneng. Rupaya semalam ia juga ikut naik ke genteng bersama buah hatinya, saat arus deras tiba-tiba menerjang perkampungan.

"Ya susah dijelaskan. Semalam perjuangannya mati-matian. Yang saya pikirkan ini anak saya. Kalau harta benda biarin pada hilang," katanya lesu.

Sama dengan Neneng, Dahlia juga tidak sempat menyelamatkan barang apa pun di rumah sempitnya.

Bahkan, di lokasi pengungsian sejak Senin malam, ia juga tidak makan. Padahal, ia harus menyusui sang buah hati.

"Ini anak saya badannya panas. Tapi tadi sudah diperiksakan ke posko kesehatan," ujarnya.

Dahlia bersama suaminya pada Selasa pagi sudah mengecek rumah mereka. Kata dia, rumahnya kini penuh lumpur.

Ia dan suami belum ingin membersihkan, karena kemungkinan banjir susulan masih akan datang.

Tercatat 24 warga yang telah melakukan pemeriksaan di posko kesehatan Dokpol Polres Jakarta Selatan. dr Reni Setiawati, tenaga medis dari kepolisian mengatakan, rata-rata para pengungsi menderita demam.

"Mereka kecapekan dan demam, karena mungkin hujan-hujanan sejak kemarin. Satu orang mengalami sesak napas, diduga ada riwayat penyakit jantung. Tapi sudah kami tangani," jelasnya. (*)

Penulis: Feryanto Hadi

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved