Kamis, 2 Oktober 2025

Tawuran Pelajar Hanya Demi Gengsi Tanpa Manfaat

Tawuran dua kelompok pelajar di fly over Pasar Rebo, Kelurahan Susukan, Ciracas, Jakarta Timur pada 14 Februari

Editor: Hendra Gunawan
Warta Kota/Budi Sam Law Malau
Ilustrasi 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Tawuran dua kelompok pelajar di fly over Pasar Rebo, Kelurahan Susukan, Ciracas, Jakarta Timur pada 14 Februari lalu menjadi aksi kesekian kalinya di kawasan tersebut.

Kriminolog Universitas Indonesia, Kisnu Widagso menyebut, tindakan pelajar yang terlibat dalam tawuran masuk dalam kategori kenakalan remaja. Ia menyebut, tindakan seperti muncul karena adanya perubahan sosial dalam lingkungan masyarakat.

“Telah terjadi tekanan sosial, gengsi sosial, yang menyebabkan remaja melampiaskannya dengan hal-hal negatif seperti tawuran. Ini berawal dari lingkungan sosial mereka,” jelasnya ketika dihubungi.

Kisnu yang meminta agar masyarakat memperhatikan bagaimana tumbuh kembang anak hingga remaja, baik di dalam lingkungan keluarga, masyarakat juga di sekolah.

Kisnu menilai dalam hal ini ada sebuah sub sistem yang salah pada tumbuh kembang anak.

“Kita bertanya dulu kepada diri sendiri, apakah lingkungan keluarga sudah memberikan perlindungan yang baik kepada anak? Apakah sekolah sudah menjalankan fungsinya dengan baik dan apakah lingkungan masyarakatnya mendidiknya untuk menjadi pribadi yang baik? perlu diingat bahwa nilai akademis yang baik sekalipun tidak menjamin seorang anak bisa berperilaku baik,” papar Kisnu.

Solusinya, Wisnu meminta kepada para orang tua konsep terhadap tumbuh kembang anak-anak mereka hingga remaja.

“Penuhi hak-hak anak. Tanamkan pendidikan karakter dari dasar supaya saat mulai besar anak-anak itu jauh dari tindakan pidana,” katanya.

Sementara itu, Kapolrestro Jakarta Timur Kombes Pol Agung Budijono menyebut aksi itu spontan dilakukan dua kelompok pelajar dari tiga sekolah berbeda.

"Awalnya, ada sekumpulan pelajar dari SMK Adi Luhur 2 berkumpul di sekitar Kalisari, Pasar Rebo. Saat mereka dalam perjalanan menuju ke Cililitan dan melewati fly over Pasar Rebo, mereka melihat kelompok lain yakni dari SMK Budi Murni 4 dan SMK Bunda kandung di sana tepatnya di dekat RS Harapan Bunda," jelasnya di Mapolres Jakarta Timur, Senin (27/2/2017).

Kedua kelompok yang bertemu kemudian saling mengejek dan saling menantang. Sama-sama tersulut emosi, keduanya saling mendekat. Perkelahian massal pun tidak terelakkan. Masing-masing kelompok mempersenjatai diri dengan senjata tajam.

Saat itu, seorang siswa dari SMK Bunda kandung bernama Ahmad Andika Baskara (17) tersungkur dan langsung menjadi bulan-bulanan siswa dari SMK Adi Luhur 2. Tubuh Bagas dibacok, diinjak dan dicambuk dengan ikat pinggang berkepala besi. Darah bercucuran di lokasi. Tak lama, Bagas tewas.

"Tewasnya Bagas mengakhiri tawuran. Kedua kelompok langsung membubarkan diri," imbuh Kombes Agung.

Pada saat terjadi tawuran, puluhan orang hanya bisa menonton dan merekamnya menggunakan telepon pintar.

Video tawuran berdarah itu pun kemudian viral.

Tak terima anaknya menjadi korban, Akmal, orang tua Bagas yang beralamat di Lenteng Agung, Jakarta Selatan, melaporkannya ke pihak kepolisian.

Polisi mulai memburu para pelaku.

Aksi perburuan sempat terkendala karena para pelaku dari SMK Adi Luhur 2 tak masuk sekolah.

Sejak kejadian itu, mereka juga kabur dari rumah.

Polisi kemudian bisa menangkap empat pelaku utama yang kedapatan melalukan kekerasan hingga sebabkan Bagas tewas yaitu AN(16), FK (16), HR (16), dan DF (16).

Mereka ditangkap di sekitar Pasar Kramat Jati.

Polisi menyebut, keempatnya selama pelarian tidur di lokasi pasar.

Kini, mereka diamankan di Mapolrestro Jakarta Timur.

"Mereka kami ciduk saat sedang berada di sekitar pasar. Mereka memang bersembunyi di sana berhari-hari. Tidak pulang ke rumah," imbuh Kasat Reskrim Polrestro Jakarta Timur AKBP Sapta Maulana Marpaung.

Empat pelaku dikenakan Pasal 170 KUHP dan atau Pasal 80 Undang-undang RI Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU RI Nomor 23 Tahun 2002.

Kawasan Pasar Rebo selama ini memang menjadi lokasi favorit tawuran pelajar.

Dermawan (42), warga Susukan, menyebut, rombongan pelajar kerap melintas atau berkumpul di kawasan itu untuk mencari musuh. Jika terdapat dua kelompok besar, tawuran sulit dicegah.

“Jam pulang sekolah hingga sore, sering rombongan pelajar ada di kawasan fly over ini. Mereka konvoi sepeda motor atau naik metromini dan turun di simpang Pasar Rebo. Kalau melihat ada rombongan lain, sudah itu, tawuran langsung pecah,” katanya.

Dermawan juga herap melihat besarnya nyali para pelajar.

Ia kerap melihat, saat tawuran, para pelajar menggunakan senjata tajam seperti clurit, golok dan senjata lain yang bisa melukai, bahkan membunuh musuhnya.

Ia juga tidak habis pikir kawasan itu menjadi lokasi favorit tawuran, padahal, tak tauh dari lokasi terdapat Pos Polisi Gedong, Kecamatan Pasar Rebo, yang berbatasan langsung dengan wilayah Kecamatan Ciracas.

“Mereka baru bubar kalau jumlah polisinya banyak,” kata Dermawan.

Sementara itu, Nurhaedi selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMK Adi Luhur 2 saat ditemui di kantornya menyebut dari hasil investigasi ke sejumlah siswa yang terlibat tawuran, mereka mengaku, tidak memiliki masalah dengan pelajar dari SMK Budi Murni maupun SMK Bunda Kandung, yang menjadi lawan mereka kala itu.

Nur menyebut, siswa itu hanya mengaku tidak terima mendapat tantangan saat dua kelompok mereka bertemu kelompok pelajar lain di fly over Pasar Rebo.

“Di sana, memang jadi lahannya tawuran dari sekolah mana saja. Siswa kami mengaku tindakan tawuran hanya dilakukan secara spontan saat bertemu kelompok lain,” ujarnya. Nur juga tidak tahu bagaimana para siswa itu membawa berbagai senjata tajam untuk menghadapi musuh dalam aksi tawuran.

Nurhaedi bilang sejumlah siswa yang terlibat tawuran pada hari valentine, membolos sekolah sejak peristiwa itu.

Tetapi, pihaknya mencoba menggali informasi dari para siswa lain yang turut dalam aksi tawuran.

Ia juga membenarkan kepolisian sebelumnya telah meminta keterangan terhadap pihak sekolah maupun siswa yang terlibat tawuran, sebelum polisi membekuk empat elaku yang bersembunyi di Pasar Kramat Jati.

Nur memastikan, pihak sekolah akan memberikan sanksi tegas kepada para pelaku tawuran.

Bentuk sanksi yang diberikan terklasifikasi menjadi tiga macam, yakni hukuman berat dengan memecat siswa, hukuman sedang dengan memberikan skorsing selama dua minggu dan surat peringatan terakhir, serta sanksi ringan dengan skorsing selama satu minggu dan surat pernyataan terakhir.

“Ada lima siswa yang terlibat langsung penganiayaan yang kami berhentikan. Sebelumnya kami memanggil orang tua mereka dan mereka paham soal sanksi ini. Empat orang di antaranya kini sudah menjadi tersangka di Polres Jakarta Timur. Sisanya kami berikan sanksi sedang dan ringan dengan melakukan skorsing dan peringatan terakhir. Sekali lagi mereka buat ulah, mereka akan kami keluarkan. Mereka ini yang hanya ikut tawuran tapi tidak sempat melakukan penganiayaan. Mereka juga mengaku hanya diajak saja,” katanya.

Atas tindakan para siswanya, Nur bilang pihak sekolah sudah dipanggil oleh Dinas Pendidikan DKI Jakarta melalui Suku Dinas Pendidikan Jakarta Timur.

“Instruksi dari dinas jelas. Cabut KJP bagi siswa yang terlibat tawuran,” imbuh Nur.

Semenjak peristiwa tawuran itu, keluarga besar Yayasan Pendidikan Islam Adi Luhur yang membahi tiga sekolah yakni SMK Pariwisata Adi Luhur, SMA Adi Luhur dan SMK Adi Luhur 2 dirisaukan dengan beredarnya kabar akan adanya serangan balasan dari pihak-pihak lawan ke sekolah yang berada di Jalan Condet Raya, Balekambang, Kramat Jati itu. Informasi itu berkembang di media sosial dan membuat keluarga besar sekolah itu.

Akibatnya, pihak kepolisian pun setiap hari menjaga sekolah itu untuk mengantisipasi kemungkinan serangan balasan seperti informasi yang beredar di sosial media. Pantauan Warta Kota pada Senin, dua orang polisi dari Polsektro Kramat Jati berjaga di gerbang komplek sekolah itu.

“Itu hanya berita hoax namun sangat meresahkan. Kami minta untuk masyarakat jangan ikut menyebarkan berita-berita tidak benar itu. Sejauh ini kami aman-aman saja meskipun sempat merasa kuatir,” ujarnya.

“Kami juga sudah lakukan pertemuan dengan pihak SMK Budi Murni 4 dan SMK Bunda Kandung dan mereka juga berkomitmen menjaga para siswanya agar kejadian seperti ini tidak terulang,” Nur menambahkan.

Nur menyebut, selama ini pihak sekolah selalu melakukan pembinaan kepada para siswanya, selain kegiatan belajar mengajar yang rutin dilaksanakan.

“Di sekolah kami, ada pembangunan karakter yakni dengan kegiatan-kegiatan keagamaan, misalnya imbauan shalat dhuha setiap hari, \\istighasah dan sebagainya. Cuma sebenarnya kejadiaan tawuran kan berada di luar jam sekolah, jam lima sore, itu mungkin karena pengaruh sosial mereka di luar sekolah,” ujarnya.

“Selain itu, kami juga punya namanya Tim Pemantau Siswa yang tugasnya menegakkan disiplin siswa. Tidak hanya di lingkungan sekolah, tim ini juga setiap hari memantau lingkungan mencari siswa-siswa kami yang membolos atau nongkrong bahkan tim juga kerap menyambangi wilayah Pasar Rebo untuk memastikan siswa kami tidak berkumpul di sana. Kami benar-benar kecolongan atas peristiwa ini,” katanya.

Nur juga menyebut, para siswa yang terlibat tawuran saat di sekolah menunjukkan prilaku yang baik. bahkan, seorang siswa yang kini menjadi tersangka berinisial DF, memiliki nilai akademis yang bagus.

“Saya juga sangat shock. Si DF ini pintar, kalem dan selalu nurut. Setelah saya dilihatkan video tawuran saya kaget dia ikut di barisan depan,” katanya

Nur menjelaskan siswa yang terlibat tawuran adalah kelas satu dan dua SMK Adi Luhur 2 dan berjumlah 18 orang.

Pihak sekolah kini telah menyerahkan urusan itu sepenuhnya kepada pihak kepolisian.

Sekretaris Dinas Pendidikan DKI Jakarta Susi Nurhati mengatakan pihaknya meninjau ulang izin operasional SMK Budi Murni 4, SMK Adi Luhur 2, dan SMK Bunda Kandung usai sejumlah siswanya terlibat tawuran yang menewaskan satu orang di flyover Pasar Rebo, Selasa (14/2/2017).

"Pihak Dinas Pendidikan akan meninjau ulang terhadap Izin Operasional sekolah," kata Susi.

Selain meninjau izin operasional sekolah, Susi mengatakan, pihaknya juga akan berkoordinasi dengan Badan Akresitasi Provinsi untuk meninjau ulang akreditasi sekolah.

Sebab, bukan kali ini saja siswa-siswa sekolah yang disebutkan itu terlibat dalam tawuran.

Dalam tawuran 14 Februari 2017 kemarin, seorang siswa Teknik Mesin kelas IX, Ahmad Andika Bagaskara, tewas di tempat.

Susi mengatakan, ada 17 siswa SMK Budi Murni 4 dan 6 siswa SMK Bunda Kandung yang siang itu berkelahi melawan 18 siswa SMK Adi Luhur 2.

Siswa yang terlibat langsung sudah dikeluarkan, sementara yang tidak terlibat langsung dicabut Kartu Jakarta Pintar (KJP)-nya.  (Feryanto Hadi)

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved