Temuan Sisa Fondasi Pintu Air Kuno di Kali Besar Akan Dilestarikan
Sisa fondasi pintu air abad ke-18 di area proyek revitalisasi Kali Krukut ruas Kota Tua, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat, bakal dipertahankan.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sisa fondasi pintu air abad ke-18 di area proyek revitalisasi Kali Krukut ruas Kota Tua, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat, bakal dipertahankan.
Fondasi pintu air itu berupa cerucuk kayu-kayu balok besar dengan penampang.
Fonda tersebut ditemukan saat pengerukan yang dilakukan kontraktor di area proyek, 9 Februari 2017.
Chandrian Attahiyat, arkeolog senior di Tim Ahli Cagar Budaya Pemprov DKI Jakarta mengatakan, pihaknya sudah menggelar rapat dengan konsultan proyek revitalisasi Kali Besar, PT Ciria Jasa Mandiri dan kontraktor dari PT MAU, Selasa (21/2/2017).
Tim ahli memastikan cerucuk kayu berukuran 30 cm x 30 cm itu merupakan bagian dari sistem pintu air abad ke-18 yang pernah berdiri di sana.
Sehingga, diambil kesimpulan kayu-kayu balok peninggalan masa lalu itu mesti dipertahankan.
Chandrian mengatakan, temuan cerucuk kayu itu merupakan bagian penting dari sejarah pembangunan dan pengembangan Kota Jakarta.
"Temuan itu juga tak terpisahkan dari proses revitalisasi Kanal Kali Besar. Potensi nilainya juga harus ditingkatkan," kata Chandrian ketika dihubungi Wartakotalive.com, Selasa (21/2/2017) malam.
Baca: Ditemukan Pintu Air Kuno, Penghentian Proyek Revitalisasi Kali Besar Diperpanjang
Untuk melestarikan cerucuk kayu, tim ahli memberikan beberapa rekomendasi untuk konsultan proyek.
Ada tiga poin yang mesti dilakukan konsultan dan kontraktor untuk mempertahankan cerucuk kayu tersebut.
Pertama, cerucuk kayu tak boleh dipindah dari lokasi penemuan.
Kedua, temuan mesti selalu terendam air.
Rekomendasi terakhir, cerucuk kayu mesti terlihat dan menjadi bagian dari wisata air di Kanal Kali Besar, sebagai satu aspek pelestarian serta pemanfaatan di kawasan Kota Tua Jakarta.
Satria, Manajer Proyek PT Ciria Jasa Mandiri (konsultan proyek) mengatakan, pihaknya akan berkonsultasi dengan tim ahli konstruksi untuk mempertahankan temuan cagar budaya abad 18 itu.
Sebab, sejak perencanaan proyek revitalisasi, lokasi temuan memang mesti dicor beton.
Sama dengan area lainnya.
Proyek revitalisasi Kali Besar memang dilakukan dengan cara mengecor beton di bagian dasar kali.
Untuk memisahkan antara air kali yang kotor dan jernih.

"Jadi nanti bisa saja tetap dicor beton, tetapi bagian cerucuk kayu itu tetap diperlihatkan ujungnya," ujar Satria ketika dihubungi Wartakotalive.com, Rabu (22/2/2017) pagi.
Sehingga, nantinya cerucuk kayu bisa terlihat oleh pengunjung dari atas.
Namun, tambah Satria, tim ahli diperlukan untuk memakai teknik konstruksi terbaik agar tak terjadi kerusakan di lokasi temuan yang tak dicor utuh tersebut.
"Sebab bisa saja terjadi gap beberapa tahun kemudian. Itu yang perlu rekomendasi dari tim ahli konstruksi," ucap Satria.
Akibat temuan itu, pengerjaan di area temuan dihentikan sampai 28 Februari 2017. Memberi kesempatan kepada tim ahli cagar budaya Pemprov DKI Jakarta untuk mengkaji lebih dalam dan mendokumentasikan temuan tersebut.

Tim ahli cagar budaya sudah menemukan foto lama, di mana pintu air itu berada.
Sehingga, tim ahli perlu memetakan posisi sesungguhnya pintu air tersebut di abad 18.
Proyek revitalisasi Kali Besar dilakukan untuk menjernihkan air kali. Selanjutnya, lokasi kali bakal ditata sehingga jadi wisata air.
Proyek dikerjakan menggunakan dana kewajiban pelampauan koefisien lantai bangunan KLB dari Sampoerna Land. Dana yang digelontorkan sebesar Rp 270 milliar.
Pihak Sampoerna Land menunjuk PT Ciria Jasa Cipta Mandiri sebagai Konsultan Manajemen Konstruksi Dan PT MAU sebagai kontraktor proyek tersebut.
Penulis: Theo Yonathan Simon Laturiuw