Pilgub DKI Jakarta
Ini Sosok dan Sepakterjang Gubernur Legendaris DKI yang Berjasa Mengubah Jadi Kota Metropolitan
Hari ini, Rabu (15/2/2017), Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta menggelar pemilihan kepala daerah (Pilkada) menentukan gubernur dan wakil gubernur

TRIBUNNEWS.COM - Hari ini, Rabu (15/2/2017), Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta menggelar pemilihan kepala daerah (Pilkada) menentukan gubernur dan wakil gubernur yang akan memimpin Jakarta 5 tahun ke depan.
Berbicara tentang DKI Jakarta, ada sosok tokoh yang tidak pernah lepas dari perkembangan Jakarta hingga menjadi kota metropolitan.
Dia adalah Letnan Jenderal KKO AL (Purn.) Ali Sadikin, kelahiran Sumedang.
Dia ditunjuk oleh Presiden Soekarno menjadi Gubernur Jakarta pada tahun 1966 yang kemudian diduetkan dengan tokoh Sunda lainnya Raden H. Atje Wiriadinata untuk membangun Ibu Kota Republik.
Sebelumnya, ia pernah menjabat sebagai Deputi Kepala Staf Angkatan Laut, Menteri Perhubungan Laut Kabinet Kerja, Menteri Koordinator Kompartemen Maritim/Menteri Perhubungan Laut Kabinet Dwikora dan Kabinet Dwikora yang disempurnakan di bawah pimpinan Presiden Soekarno.
Presiden pertama RI, Soekarno pernah berpesan, "Buatlah Jakarta ini kebanggaan seluruh rakyat Indonesia, jadi kekaguman seluruh umat manusia di dunia".
Sang penerima pesan, Ali Sadikin berusaha mengamalkan pesan Soekarno saat ia menjabat menjadi Gubernur Jakarta selama dua periode dari tahun 1966-1977.
Bang Ali, sebutan akrab Ali Sadikin sampai saat ini masih dikenang sebagai gubernur yang paling sukses membangun Jakarta.
Pada zamannya kebijakan Ali Sadikin banyak ditentang, lantaran terbilang kontroversi. Bang Ali juga terkenal sebagai sosok yang tegas dan berani bertindak ketika melihat ketidakadilan.
Ali Sadikin menjadi gubernur yang sangat merakyat dan dicintai rakyatnya.
Karena itu ia disapa akrab oleh penduduk kota Jakarta dengan panggilan Bang Ali, sementara istrinya, Ny. Nani Sadikin, seorang dokter gigi yang disapa Mpok Nani.
Ali Sadikin adalah gubernur yang sangat berjasa dalam mengembangkan Jakarta menjadi sebuah kota metropolitan yang modern.
Di bawah kepemimpinannya Jakarta mengalami banyak perubahan karena proyek-proyek pembangunan buah pikiran Bang Ali, seperti Taman Ismail Marzuki, Kebun Binatang Ragunan, Proyek Senen, Taman Impian Jaya Ancol, Taman Ria Monas, Taman Ria Remaja, kota satelit Pluit di Jakarta Utara, pelestarian budaya Betawi di kawasan Condet, dll.
Bang Ali juga mencetuskan pesta rakyat setiap tahun pada hari jadi kota Jakarta, 22 Juni.
Bersamaan dengan itu berbagai aspek budaya Betawi dihidupkan kembali, seperti kerak telor, ondel-ondel, lenong dan topeng Betawi, dsb.
Ia juga sempat memberikan perhatian kepada kehidupan para artis lanjut usia di kota Jakarta yang saat itu banyak bermukim di daerah Tangki, sehingga daerah tersebut dinamai Tangkiwood.
Selain itu, Bang Ali juga menyelenggarakan Pekan Raya Jakarta yang saat ini lebih dikenal dengan nama Jakarta Fair, sebagai sarana hiburan dan promosi dagang industri barang dan jasa dari seluruh tanah air, bahkan juga dari luar negeri.
Ali Sadikin berhasil memperbaiki sarana transportasi di Jakarta dengan mendatangkan banyak bus kota dan menata trayeknya, serta membangun halte (tempat menunggu) bus yang nyaman.
Di bawah pimpinan Bang Ali, Jakarta berkali-kali menjadi tuan rumah Pekan Olahraga Nasional (PON) yang mengantarkan kontingen DKI Jakarta menjadi juara umum selama berkali-kali.
Ali Saeikin juga tercatat sebagai Gubernur pertama Indonesia yang dilantik di Istana Negara.
Dia dilantik secara langsung oleh Presiden Soekarno menjadi Gubernur DKI Jakarta pada Kamis, 28 April 1966 pukul 10.00 di Istana Negara.
Pelantikan Ali Sadikin tersebut berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 82 Tahun 1966.
Dalam keputusan tersebut, Ali Sadikin yang juga merupakan anggota staf Waperdam Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan dipandang cakap dan memenuhi syarat-syarat menjadi Gubernur DKI Jakarta.
Salah satu kebijakan Bang Ali yang kontroversial adalah mengembangkan hiburan malam dengan berbagai klab malam, mengizinkan diselenggarakannya perjudian di kota Jakarta dengan memungut pajaknya untuk pembangunan kota, serta membangun kompleks Kramat Tunggak sebagai lokalisasi pelacuran.
Di bawah kepemimpinannya pula diselenggarakan pemilihan Abang dan None Jakarta.
Masa jabatan Ali Sadikin berakhir pada tahun 1977, dan ia digantikan oleh Letjen Tjokropranolo.
Setelah berhenti dari jabatannya sebagai gubernur, Ali Sadikin tetap aktif dalam menyumbangkan pikiran-pikirannya untuk pembangunan kota Jakarta dan negara Indonesia.
Hal ini membawanya kepada posisi kritis sebagai anggota Petisi 50, sebuah kelompok yang terdiri dari tokoh-tokoh militer dan swasta yang kritis terhadap pemerintahan mantan Presiden Soeharto.
Bang Ali meninggal di Singapura pada hari Selasa, 20 Mei 2008.
Dia meninggalkan lima orang anak lelaki dan istri keduanya yang ia nikahi setelah Nani terlebih dahulu meninggal mendahuluinya.
Letnan Jenderal TNI KKO AL (Purn) H Ali Sadikin (Bang Ali) menerima tanda kehormatan Bintang Mahaputera Adipradana karena dinilai berjasa luar biasa terhadap negara dan bangsa, khususnya mengembangkan Kota Jakarta sebagai Kota Metropolitan.
Presiden Soekarno mengangkat putera bangsa kelahiran Sumedang, 7 Juli 1927 ini sebagai Gubernur Jakarta lantaran dianggap kopig alias keras kepala. Dia berhasil sebagai pemimpin justru karena pembawaannya yang keras itu. (Wikipedia/kompas/berbagai sumber)