Pilgub DKI Jakarta
'Stage Diving', Agus Yudhoyono Dinilai Melompat dari Kampanye Tradisional
Agus Harimurti Yudhoyono kembali melakukan aksi stage dive (loncat dari panggung), saat berkampanye di Pondok Pinang
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Calon Gubernur DKI Jakarta, Agus Harimurti Yudhoyono kembali melakukan aksi stage dive (loncat dari panggung), saat berkampanye di Pondok Pinang, Jakarta Selatan, Sabtu (24/12/2016). Aksi ini merupakan kali ketiga dilakukannya.
Pengamat digital marketing, Abah Raditya, menilai apa yang dilakukan Agus adalah keluar dari tradisi kampanye politik mainstream. Menurutnya, Agus mengombinasikan kampanye konvensional, gimmick kreatif dan substansi.
"Sepintas Agus tetap lakukan-lakukan kampanye politik mainstream, tapi ia lakukan modifikasi, kreativitas dan terobosan-terobosan dalam konteks menemui kantong-kantong massa. Agus lakukan gerilya lapangan. Prinsipnya adalah serap aspirasi lalu ada modifikasi dengan ritual selfie dan sebagainya. Justru bergerilya dengan mendengarkan aspirasi rakyat dan diakhiri dengan berfoto bersama, Agus jadi makin tahu masalah di Jakarta," kata Abah dalam keterangan tertulisnya, Senin (26/12/2016).
Menurut Abah, Agus dan tim juga mengemas konsep gerilya lapangan ini menjadi sesuatu yang asik dan kekinian, mengikuti era baru. Dimana, lanjutnya, putra Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu, melakukan stage dive, yang tak dilakukan calon lainnya.
"Meski dihina, stage dive ini sebenarnya gabungkan konsep uji kepercayaan dan libatkan massa atau audiensi. Stage dive hanya bisa dilakukan jika yang melompat percaya sama massa, juga massa percaya kepada yang melompat," tuturnya.
Pasalnya, dengan melakukan stage dive, lanjut Abah, massa yang menangkap Agus, akan mendapatkan pengalaman yang selalu diingat. Sehingga menjadi bekal untuk pemilihan nanti.
"Menyambut Agus lompat dari panggung akan jadi pengalaman tersendiri buat massa. Dimana massa itu akan ceritakan ke saudara di rumah dan tetangganya. Kemudian menjadi perbincangan atau viral di lingkungannya," ujar Abah.
Karenanya, masih kata Agus, masyarakat yang ikut saat gerilya lapangan Agus, menunjukkan mempunyai dan magnet, membuat orang-orang terpesona.
"Jadi, sebelum percaya pada ide dan visi, masyarakat perlu melihat sosok dan didengar aspirasinya. Ini melompat dari tradisi kampanye politik tradisional," tandasnya.