Ini Cara Pelaku Penipuan Bermodus 'Anak Anda Dirawat'
Setelah modus "Mama Minta Pulsa," dan modus "Anak Ibu Ditangkap Polisi," kini adalagi modus "Anak Anda Dirawat."
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Berbagai macam modus digunakan oleh pelaku penipuan. Setelah modus "Mama Minta Pulsa," dan modus "Anak Ibu Ditangkap Polisi," kini adalagi modus "Anak Anda Dirawat."
Ditreskrimum Polda Metro Jaya berhasil mengungkap kelompok pelaku dengan modus "Anak Anda Dirawat," dan mengamankan sembilan orang asal Sidrap, Sulawesi Selatan, yang diduga sebagai pelaku penipuan.
Kasubdit Resmob, Ditreksimum Polda Metro Jaya, AKBP Budi Hermanto, mengatakan pelaku dengan modal data orangtua murid di sejumlah sekolah, menghubungi mereka dan memberitahukan bahwa anak korban sakit.
"Mereka ini ada yang berperan sebagai pihak sekolah, dokter dari rumah sakit, ada juga yang berperan sebagai petuas apotek," ujarnya, dalam konferensi pers di Mapolda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Minggu (6/11/2016).
Dalam konferensi pers itu Polisi mempersilakan para pelaku, untuk memperagakan bagaimana mereka menggasak uang orangtua murid yang ketakutan.
Adegan tersebut bermula dari seorang pelaku bernama Landaidi (20) alias Edi, memperagakan bagaimana ia berpura-pura sebagai seorang guru perempuan yang menangis, memberitahukan kabar buruk ke orangtua murid.
"Ini siapa ini, ini saya, ini keluarga korbankah," ujar Edi sembari menirukan suara perempuan yang menangis sembari memegang handphone.
Setelahnya Edi laku mengubah suaranya menjadi suara seorang laki-laki, dengan tata bahasa yang teratur. Dalam kesempatan itu Edi mengaku sebagai seorang dokter bernama Gunawan.
"Halo selamat siang, dengan siapa ini, oh iya dengan keluarga pasien ya, ini saya dokter Gunawan kebetulan sekarang saya merawat anak anda di rumah sakit, iya ini dokter Gunawan, ini saya berusaha melakukan pemeriksaan medis melalui citi scaner rontgen, saya lihat ini ada benturan keras di bagian kepala. Sehingga sirkulasi darah antara otak kecil dan otak besar aliran darahnya terputus, makanya pendarahan terus di bagian telinga, dalam jangka waktu lima menit dari sekarang kalau kita tidak melakukan tindakan medis dipastikan berakibat fatal," ujar Edi.
"Oke tindakan satu-satunya yang kita ambil saat ini, kita mau lakukan operasi tapi risikonya sangat tinggi, dan satu-satunya cara untuk menyelamatkan nyawanya kita harus pasangkan alat sensor terapi kepala, cuma masalahnya di rumah sakit ukuran kepala pasiennya kebetulan lagi kosong, harus ke apotik," ujarnya.
"Ibu tolong bantu saya dulu ya karena harus pihak keluarga yang menghubungi baru alatnya bisa dikeluarkan, tolong telepon ke apotik sekarang minta alatnya diantar sekarang ke apotik, nomornya 088112277, nama alatnya X2B, extra dua bravo," katanya.
Setelahnya di peragaan tersebut handphone diserahkan ke Amril (31), yang merupakan pimpinan kelompok tersebut. Dalam peragaan itu Amril berperan sebagai petugas apotek.
"Sudah kita siapkan tapi belum bisa ditransfer, harganya delapan ratus (atau) delapan ratus (ribu) pak, harus dibayar dulu baru diantar, ini kan peraturan pak, apa mau ke sini atau via transfer pak, nggak bisa kalau nggak dibayar dulu pak, oke via transfer, saya kasih nomor rekening, bapak punya nomor rekening di bank mana pak supaya saya bisa kasih nomor rekening dari bank yang sama," kata Amril.
"Oh iya bank mandiri, saya kasih nomor rekening Bank Mandiri, 110000221278, iya, atas nama farmasi jaya, dalam kurung Joko, iya betul, nanti dikonfirmasi kalau sudah bayar supaya kita bisa langsung antar pak," ujarnya.
Dalam aksinya itu para pelaku berhasil mengeruk uang Rp 50-100 juta per bulannya.
AKBP Budi Hermanto mengatakan pihaknya masih terus mendalami, berapa banyak uang yang berhasil mereka keruk dari para korban.