Jumat, 3 Oktober 2025

'Jessica Banyak Perlihatkan Drama di Persidangan'

Tidak ada sebuah metode dan perangkat pun yang bisa 100 persen menentukan seseorang berbohong atau bersalah

Penulis: Wahyu Aji
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Terdakwa Jessica Kumala Wongso saat menjawab pertanyaan dari Jaksa Penuntut Umum (JPU) dalam sidang lanjutan kasus kematian Wayan Mirna Salihin di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jakarta, Rabu (28/9/2016). Dalam sidang yang ke 26 beragendakan pemeriksaan terdakwa tersebut, JPU memberikan pertanyaan kepada Jessica terkait saksi-saksi yang telah dihadirkan pada sidang-sidang sebelumnya. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Wahyu Aji

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Professional hypnotherapist, Kirdi Putra‎ menilai banyak drama-drama yang diperlihatkan Jessica Kumala Wongso, saat diperiksa menjadi terdakwa kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin (27) di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada Rabu (28/9/2016).

"Saya melihat sidang Jessica semalam seperti drama untuk menghibur publik, kalau disebut bohong kita menzolimi Jessica," kata Kirdi saat dihubungi wartawan di Jakarta, Kamis (29/9/2016).

Menurutnya, jika diberikan waktu mengobservasi jalannya sidang Jessica, banyak sekali pola-pola kebetulan yang ditampilkan oleh Jessica dari awal persidangan sampai sekarang. ‎Menurut dia, tidak ada sebuah metode dan perangkat pun yang bisa 100 persen menentukan seseorang berbohong atau bersalah (lie detecting).

"Seperti halnya tidak ada pola bahasa tubuh tertentu yang kemudian bisa menjustifikasi seseorang bersalah atau tidak, jika hanya berdiri sendiri-sendiri," katanya.

Kirdi menjelaskan, dari bahasa tubuh, cara bicara, ekspresi, semua dilihat dari keselarasan pola yang ditampilkan oleh seseorang yang bisa digunakan untuk observasi kebetulan-kebetulan dan ketidakselarasan antar pola-pola yang ada (termasuk content keterangan yang diberikan Jessica dihadapan pengadilan).

"Beberapa kebetulan itu misalnya, kebetulan Jessica yang memilih tempat di Cafe Olivier, kebetulan Jessica pesan minum dan langsung membayar duluan, kebetulan celana Jessica sobek dan dibuang, kebetulan tas-tas ditaruh di atas meja, kebetulan keluar dari group WA setelah Mirna meninggal, dan lainnya," katanya.

Lebih lanjut Kirdi menambahkan ada juga pola-pola lain yang ditampilkan semasa penyidikan sampai persidangan, ekspresi yang ditampilkan Jessica relatif (terlihat) datar.

Namun, di beberapa titik justru menampilkan adegan-adegan yang sifatnya emosional (kebetulan ditampilkan di televisi).

"Lalu penggunaan kacamata yang dipakai ketika memberikan keterangan (yang kebetulan hampir tidak pernah dipakai sebelum-belumnya), kemudian meneteskan air mata," katanya.

Kemudian, Kirdi mengatakan kebetulan-kebetulan yang ditampilkan Jessica memang bukan serta merta menentukan bahwa Jessica bersalah atau tidak bersalah, tapi tentu saja bisa menjadi salah satu petunjuk dalam proses penyidikan.

"Berbagai kebetulan yang berdiri sendiri-sendiri mungkin tidak ada artinya, karena semua orang mengalami kebetulan. Tapi kebetulan-kebetulan yang terkumpul sebagai satu kesatuan, tidak bisa tidak, membuat kita bertanya-tanya, bagaimana bisa sejumlah besar kebetulan terjadi dalam waktu yang bersamaan?" Katanya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved