Kasus Bayi Meninggal Setelah Demam Tinggi Seusai Imunisasi, Ini Kata Ahok
Bayi Razqa meninggal setelah demam tinggi seusai diimunisasi di Puskesmas Kalisari, Pasar Rebo, Jakarta Timur.
TRIBUNNEWS.COM - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok menyarankan kepada orangtua Razqa Alkhalifi Pamuji (5 bulan) untuk mengizinkan proses autopsi terhadap jenazah anak itu.
Ahok menilai, autopsi penting untuk mengetahui penyebab kematian Razqa.
Bayi itu meninggal setelah demam tinggi seusai diimunisasi di Puskesmas Kalisari, Pasar Rebo, Jakarta Timur.
"Ya saya sudah dengar (tentang kasus bayi itu). Tapi saya belum terima laporan teknis. Sayangnya ibunya tidak izinkan autopsi. "
"Memang itu sulit. Makanya susah kalau tidak mau diautopsi, kami tidak bisa menduga dan menuduh dokter malpraktik," kata Ahok di Balai Kota, Selasa (24/5/2016).
Ahok menilai kualitas dokter yang ada di Puskesmas Kalisari sudah memadai. Hal itu ditunjang dengan baiknya kualitas alat-alat yang digunakan.
"Kalau soal SDM kami relatif baik ya. Makanya kami enggak bisa menuduh," kata dia.
Suhu badan Razqa diketahui sempat panas usai diimunisasi DPT 3 di Puskesmas Kalisari.
Karena suhu badan panas, kedua orangtuanya, yaitu Agung Pamuji dan Ajeng Sri Septiani, membawa Razqa ke puskesmas yang sama untuk mendapatkan perawatan.
Bayi itu meninggal pada Rabu pekan lalu.
Dokter diperiksa
Seorang dokter di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur akan diperiksa terkait kematian bayi berusia lima bulan Razqa Al Khalifi Pamuji.
Selain sang dokter, vaksin imunisasi di puskesmas tersebut juga bakal diperiksa.
Hal ini diungkapkan Kepala Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo, Dr Maryati, saat dihubungi Kompas.com, Kamis (19/5/2016).
Maryati menjelaskan, pihaknya sudah melaporkan kejadian ini kepada Ikatan Dokter Indonesia (IDI). IDI nantinya yang akan melakukan pemeriksaan.
"Untuk dokter kan kita serahkan kepada majelis kehormatan IDI. Karena kan dokter itu berada di bawah IDI ya. Jadi kami pun sudah melapor kepada IDI," kata Maryati, Kamis malam.
Maryati mengatakan, untuk hasil pemeriksaan sementara olehnya, dokter yang menangani Razqa telah melakukan penanganan yang sesuai prosedur.
Namun, pihaknya tetap berkonsultasi dengan ahlinya, baik itu IDI, Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur dan Dinas Kesehatan DKI untuk menganalisis lebih lanjut.
"Jadi enggak bisa merujuk hasilnya begini begitu. Tetapi harus pakai analisis, harus ada dasarnya," ujar Maryati.
Setelah kejadian ini menurutnya dokter yang menangani Razqa masih bekerja.
Pihaknya belum memberhentikan sang dokter karena menunggu hasil pemeriksaan IDI.
"Kalau memang dia mau dikeluarkan ya setelah saya dapat rekomendasi dari IDI."
"Gimana mengevaluasi dokter itu, apa dia melakukan kesalahan atau tidak, karena sejauh yang saya periksa masih sesuai dengan prosedur," ujar Maryati.
Puskesmas siap diperiksa
Selain itu, pihaknya juga mengaku siap untuk diperiksa terkait kejadian ini.
"Kami Puskesmas Pasar Rebo dalam upaya peningkatan mutu tidak ada yang ditutupi, semuanya demi kebaikan," ujarnya.
Selain dokter, vaksin imunisasi jenis yang sama yang pernah diberikan kepada Razqa juga turut diperiksa.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menurutnya juga turun menginvestigasi kasus itu.
"Untuk kebenarannya kami bersama suku dinas dan BPOM mengecek apakah dari vaksin. "
"BPOM sudah datang untuk memeriksa vaksin yang sama. Kalau pun apakah vaksin itu jadi penyebab sedang diinvestigasi. Nanti hasilnya kita tunggu," ujar Maryati. (Alsadad Rudi/Robertus Belarminus)