Aetra Punya Teknologi Pengolahan Limbah Produksi Air Bersih Jadi Lumpur
Dikatakannya dalam satu jam sistem tersebut bisa menghasilkan 1,6 ton lumpur kering
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Aetra Air Jakarta memiliki teknologi pengolahan limbah hasil produksi air bersih berupa alat untuk memisahkan air dan lumpur.
Selama ini di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Buaran dan Pulo Gadung, Aetra mengelola lumpur limbah produksi air bersih tersebut dengan metode konvensional berupa sludge drying bed atau bak pengering lumpur yang mengandalkan sinar matahari.
Setelah bertahun-tahun menggunakan cara konvensional, kemudian Aetra melalui Direktorat Planning dan Development menciptakan sistem pengolah lumpur decanter.
Dengan memakan dana Rp 22 miliar lebih teknologi tersebut akhirnya bisa dirasakan manfaatnya baik di IPA Buaran maupun Pulo Gadung.
"Perlu kita ketahui decanter ini awalnya tidak dipakai untuk PDAM, umumnya digunakan pengolahan perminyakan sawit untuk memisahkan minyak bagus dan jelek menggunakan sistem ini," ujar Presiden Direktur Aetra Mohamad Selim dalam peresmian Gedung Pengolahan Lumpur (Decanter) di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Pulo Gadung, Jakarta Timur, Selasa (12/5/2015).
Kemudian sistem yang biasa digunakan untuk pengolahan minyak sawit tersebut dikembangkan sehingga bisa mengolah lumpur tanpa memakan lahan yang besar
"Akhirnya kita nekat, bisa, pertama kali kita pasang dibuaran dan ternyata bisa," ujarnya.
Dikatakannya dalam satu jam sistem tersebut bisa menghasilkan 1,6 ton lumpur kering.
Lumpur tersebut setelah diteliti dengan menambah campuran tertentu bisa dimanfaatkan untuk pembuatan batubata dan conblok.
Sementara airnya bisa dimanfaatkan kembali untuk tambahan pasokan air baku.
Sehingga ke depan untuk pengolahan lumpur akan dikerjasamakan dengan pihak lain untuk dimanfaatkan menjadi barang-barang yang memiliki nilai ekonomi.
"Kalau tidak dimanfaatkan kami tidak punya lokasi buat menampung lumpur tersebut. Sementara yang kita lakukan kerja sama antara koperasi kami dengan developer untuk pengurukan permukaan tanah," ujarnya.
Lumpur yang sudah diolah memang begitu banyak, bila dalam satu jam saja bisa menghasilkan 1,6 ton lumpur, maka dalam 24 jam atau satu hari penuh alat tersebut bisa menghasilkan 38,4 ton lumpur.
Selim yakin lumpur tersebut bisa dimanfaatkan.
"Saat ini (sistem ini) baru 60 persen dan masih ada 40 persen lagi. Jadi alat itu kita beli sedang dalam pelayaran dari Turki akan dipasang kembali di Buaran, tahun depan di Pulo Gadung. 2016 diharapkan kami bisa apply ISO 14 000," ungkapnya.
Sistem pengolahan lumpur Decanter tersebut merupakan yang pertama dan terbesar di lingkungan PDAM Indonesia serta terbesar di Asia Tenggara untuk mesin pengolahan lumpur dengan kapasitas besar 60 meter kubik per jam.
Gedung Pengolahan Lumpur (Decanter) tersebut diresmikan langsung Gubernur DKI Jakarta yang secara simbolis dilakukan di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Pulo Gadung.