Banjir Jakarta
Soal Banjir, Haji Lulung: Ahok Jangan Terus Colok Matanya PLN
Sebagai gubernur, imbuh Lulung, Ahok harusnya berbicara normatif yang bersifat memberikan ketenangan di tengah masyarakat.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua DPRD DKI Abraham Lunggana atau yang akrab disapa Haji Lulung ingin Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama sebagai pejabat publik lebih mengkedepankan etika saat bicara.
Ia mengkritisi pernyataan Ahok yang menyerang PLN setelah Jakarta kebanjiran, Senin (8/2/2015). Seharusnya, menurut Lulung, Pernyataan Ahok tidak perlu menyalahkan PLN.
Sebagai gubernur, imbuh Lulung, Ahok harusnya berbicara normatif yang bersifat memberikan ketenangan di tengah masyarakat.
"Saya inginya begini, bicaranya normatif, kalau sekarang banjir kewajiban kita bersama-sama mengevalusi, ya dong. Kenapa depan istana banjir, ada genangan air, kita evaluasi, jangan terus nyolok matanya PLN, kan dari nenek moyang kita aja, kalau hujan gede listrik mati betul nggak?" ungkap Lulung di Gedung DPRD DKI, Jumat (13/2/2015).
Dikatakannya bila listrik mati, memang harusnya genset yang difungsikan. Ahok dinilai tidak perlu bilang dengan menggunakan genset justru pemborosan karena harus membeli solar.
"Jangan dibilang gini, 'uh pemborosan', lebih boros mana kita-kita beli genset ada rumaj pompa kita gak gunain? boros kan? boros dong, buang-buang energi, kalau nggak difungsikan, anggaran belanja buat beli itu sudah ada, nah harusnya ngomonmgnya buat lebih kondusif, kita evaluasi hei PLN, yuk terintegrasi yuk, kita bikin gardu khusus pompa yang tidak terintegrasi dengan layanan warga. gitu kan lebih manis ngomongnya," ungkap Lulung.
Pernyataan Ahok yang menyalahkan PLN justru dipandang orang sebagai orang sombong, selain itu Ahok seolah-olah menyalahkan orang lain karena mengkambinghitampan pihak lain atas bajir yang melanda Jakarta.
"Kagak boleh dong nunjuk mata orang, harus baik-baik, harus senyum, melaksanakan mempercepat bangunan ini harus seluruhnya berartisipasi penuh, baik rakyat, yang apa? yang bayar pajak, maupun instansi-instansi terkait, harus sama membangun ini. jangan terus nyolok mata orang," ungkapnya.
Sebagai kawan, Lulung hanya bisa mengingatkan Ahok. Hanya ada dua P untuk Ahok dari Lulung. "P pertama tentang prestasi dan P kedua perilaku," terang Lulung.
"Orang Jakarta cuma lihat perilakunya Ahok, bukan prestasinya, kalau prestasi ngapain, soal prestasi paling CSR, sombong dia nggak pakai anggaran belanja katanya, yang CSR siapa? Ada nggak di situ persoalan hukum? Ada gak persoalan manipulasi di situ? Nggak tahu rakyat," ungkapnya.