Monas Dicuci
Nasionalisme Ahok dan Pencucian Monumen Nasional
Keterlibatan perusahaan asing dalam agenda pemerintahan di Indonesia, kerap dinilai sebagai kebijakan yang tidak mencerminkan rasa nasionalisme.
Laporan Wartawan Tribun Abraham Utama
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Keterlibatan perusahaan asing dalam agenda pemerintahan di Indonesia, kerap dinilai sebagai kebijakan yang tidak mencerminkan rasa nasionalisme.
Impresi itu lah, yang digunakan sejumlah pihak untuk mengecam Wakil Wali Kota DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau tenar disapa Ahok, awal April 2014.
Ahok, dianggap tak nasionalis lantaran menyerahkan pencucian Tugu Monumen Nasional (Monas) kepada cabang perusahaan asal Jerman, PT Karcher Indonesia.
Kecaman itu, datang dari Federasi Olahraga Aksi Seluruh Indonesia (Foraksi), Indorope, dan Asosiasi Perusahaan Klining Servis Indonesia (Apklindo).
"Bagaimana putra Indonesia bisa berpengalaman membersihkan monumen jika ada kesempatan tapi diberikan kepada pihak asing," ujar Direktur Utama Indorope Revilino.
Namun, Ahok berkukuh tidak menyerahkan pembersihan monumen yang dibangun atas prakarsa Presiden Soekarno, 17 August 1961, itu kepada perusahaan atau organisasi pribumi.
Alasan Ahok sangat pragmatis tapi sekaligus tampak satire untuk perusahaan atau pihak pribumi yang ingin terlibat dalam pencucian Monas: PT Karcher Indonesia mau membersihkan Monas tanpa mendapat bayaran sepeser pun.
PT Karcher Indonesia, mau menggelontorkan dana dan mengerjakan pembersihan Monas tersebut sebagai program tanggungjawab sosial perusahaannya (corporate social responsibility; CSR).
Sementara bagi Ahok, tampaknya rasa nasionalisme bukan sekadar melibatkan warga pribumi dalam setiap proyek pemerintahan. Ideologinya tersebut, bisa diwujudkan melalui cara menghemat dana APBD DKI Jakarta dengan "memperalat" perusahaan asing.
Selanjutnya, meski mendapat restu dari Pemda DKI Jakarta, PT Karcher Indonesia tampaknya tak serta merta menegasikan kritik pelbagai pihak tersebut.
Mereka, tetap melibatkan "orang pribumi" dalam pencucian tugu yang menjadi lambang pembebasan nasional dan penghancuran proyek kolonialisme di Indonesia tersebut.
Siapakah warga Indonesia yang terlibat dalam pencucian Monas? Bagaimana sepak terjang para "manusia laba-laba" asal Jerman saat membersihkan monumen setinggi 132 meter itu? Berikut laporannya disajikan berseri.