Minggu, 5 Oktober 2025

Pedagang Blok G Tanah Abang Akan Kembali Jualan di Jalan

Tiga bulan pascadiresmikan Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, kondisi Pasar Tanah Abang Blok G

Editor: Hendra Gunawan
kompas.com
Suasana Pasar Blok G Tanah Abang 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Tiga bulan pascadiresmikan Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, kondisi Pasar Tanah Abang Blok G, Jakarta Pusat, masih sangat sepi pengunjung.

Hal ini yang menyebabkan pedagang kaki lima (PKL) yang direlokasi ke Pasar Blok G Tanahabang berencana kembali ke jalanan.

Pasalnya, semenjak dari direlokasi dari jalanan sekitar Pasar Tanahabang, pendapatan pedagang sangat jauh dari sebelumnya. Pantauan Warta Kota, kondisi perdagangan di Pasar Blok G, transaksi jual beli tidak tampak.

Berbeda dengan di Jalan Jati Baru X, Tanahabang, Jakarta Pusat. Sebagian Kios berukuran 2 meter x 2 meter di Pasar Blok G, sudah mulai dibuka dan barang dagangannya dirapihkan. Namun, beberapa kios di lantai 3 tampak tutup.

Lalu lintas pengunjung terlihat di Pasar Blok G, namun jarang sekali membeli barang dagangan di Pasar Blok G Tanahabang. Buntutnya, pedagang merugi cukup besar karena jarang mendapatkan pemasukan. Padahal ketika menjadi PKL, pendapatan mereka bisa dibilang cukup membiayai kehidupan sehari-hari.

Namun, kini mereka merugi karena tidak pembeli dan hanya habis untuk ongkos serta makan ketika sedang menunggu menjual berjualan. Terlihat pedagang sudah sangat pesimis dengan penjualan di Pasar Blok G Tanahabang.

Mereka kebanyakan hanya berbicara berbincang-bincang antar pedagang menunggu pembeli datang dan berkunjung ke kios dagangannya. Menurut Yusnita (50), pedagang pakaian wanita di lantai 3 Pasar Blok G mengaku sudah tidak tahan dan ingin kembali lagi turun menjadi pedagang kaki lima.

Sebab, selama tiga bulan berjualan di Pasar Blok G dagangannya tidak laku. "Mendingan nanti turun ke bawah dan kembali kucing-kucingan sama Satpol. Soalnya ini urusan perut. Pedagang banyak yang pulangin kunci karena ga laku," keluh Yusnita kepada Warta Kota di kiosnya Pasar Blok G Tanahabang, Jakarta Pusat, Selasa (12/11).

Yusnita menjelaskan bahwa saat ini modal untuk dia berjualan sudah habis. Alhasil, dia harus meminjam modal dari kampung halamannya. Padahal, ketika menjadi PKL di Pasar Tanahabang, dirinya sedikitnya mengantongi uang sebesar Rp1 juta per hari. Sedangkan saat ini dalam tiga bulan barang dagangannya hanya laku tiga potong.

"Kita lebih enakan di bawah. Minimal sehari dapat Rp1 juta. Kalau disini seratus saja ga dapat. Walaupun, disini dagang nyaman dan tidak keujanan. Tapi mending keujanan sama kepanasan tapi dapat uang," kata Yusnita.

Kemudian, Yusnita juga mempertanyakan janji-janji Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo yang mau mendirikan eskalator dan jembatan penghubung agar Pasar Blok G sendiri ramai dikunjungi oleh pembeli. Pasalnya, selama ini pengunjung untuk naik ke atas agak kecapean.

Tak hanya itu, masih banyak PKL di Jalan Jati Baru X membuat para pengunjung lebih memilih berbelanja di bawah. "Keatas juga susah. Katanya mau buat eskalator, dan jembatan penghubung dan akan rampung Desember. Tapi, sampai sekarang pengerjaannya belum dilakukan. Kebanyakan janji-janji doang," tuntasnya.

Dalam kesempatan itu, dia juga mengeluhkan biaya retribusi sebesar Rp4.000 dari pihak pengelola Pasar Blok G. Padahal, saat ini pendapatan dia sangat tidak bisa ditentukan. Dia mengatakan menjual celana wanita sebesar Rp75 ribu sampai Rp80 ribu. Sedangkan baju sebesar Rp35 ribu.

"Saya ga mau bayar biaya retribusi harian karena memang belum ada pemasukan. Biaya retribusi itu baru berlaku sejak 1 November 2013 kemarin. Kan seharusnya gratis enam bulan. Ini untuk pemasangan lampu dan listrik sebesar Rp200 ribu," kata Yusnita. (Bintang Pradewo)

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved