Pemukulan Sopir Angkot Versi Keluarga Korban: Pieter Ditodong Pistol dari Kiri dan Kanan
Begitu turun dari sedan, dua pelaku menodongkan dua pistol ke arah Pieter dari kanan dan kiri jendela depan angkot
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pihak keluarga Pieter Atmadjaya memberikan tangapan atas pemuatan berita berjudul 'Dua Pemuda Aniaya Sopir Angkot Dengan Airsoft Gun' yang tayang di Tribunnews.com pada Minggu, (13/10/2013) pukul 09:56 WIB silam.
Tanggapan berisi pelurusan kronologi peristiwa pemukulan Pieter yang dilakukan dua orang pelaku. Pieter diketahui berprofesi sebagai sopir angkutan kota (Angkot) K-26 jurusan Kampung Melayu Bekasi.
Oscar Ciptajaya, selaku perwakilan keluarga Pieter, menjelaskan kronologi peristiwa tersebut pada surat elektronik yang diterima Tribunnews.com, Sabtu (19/10/2013). Oscar menjelaskan, kronologi didasarkan keterangan saksi-saksi pada saat kejadian.
"Pada awalnya, Pieter Atmadjaya (korban) sedang mengendarai angkot K-26 Purimas Jaya dari arah Kampung melayu menuju Bekasi. Kemudian, mobil
angkot tersebut posisinya di jalan arah lurus di dekat pertigaan Jln Raya H Naman (depan Kantor Transito), Kelurahan Pondok Kelapa, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur. Sedangkan di depannya terdapat mobil sedan Honda Accord yang dikendarai Dimas dan Bagus yang keluar dari pertigaan tersebut. Saat itu pengemudi angkot sedang membunyikan klakson mobilnya untuk memanggil dua orang calon penumpang agar naik ke dalam angkot," tulis Pieter.
Bunyi klakson, tulis Oscar, rupanya ditanggapi secara salah oleh pengemudi sedan. Oscar menyebut, dua orang di dalam sedan itu mengira Pieter membunyikan klakson untuk sedan itu.
"Pengemudi mobil sedan tersebut, Bagus langsung turun dan berkata-kata emosional kepada Pieter. Pieter lalu secara tenang menjelaskan, klakson tersebut ditujukan kepada dua orang calon penumpang agar naik ke angkot dan bukan ditujukan kepada Bagus," kata Oscar.
Oscar menyebut, meskipun sudah diberi penjelaskan, Bagus tetap marah. Bagus disebutkan kembali ke dalam mobilnya lagi. Sementara, satu orang lain di mobil, Dimas memindahkan sedan tersebut. Rupanya, Bagus kembali turun dari mobil, kali ini dia datang menuju Angkot bersama Dimas.
"Mereka kembali menghampiri mobil Angkot tersebut (milik korban) sambil menodongkan dua buah pistol ke arah Pieter. Satu dari arah kanan sopir (jendela kanan) dan yang satu dari arah kiri sopir (jendela kiri). Bagus di sisi kanan memukul bagian leher kanan korban dengan gagang pistol," papar Oscar.
Pukulan itu, disebutkan membuat Pieter terhempas ke sisi kiri kursi depan penumpang. Disebutkan, saat itu ada dua penumpang yang ada di kursi depan dekat sopir. Saat Pieter terempas ke kiri, dilaporkan, ia disambut oleh pukulan Dimas menggunakan gagang psitol. Akibatnya, dahi Pieter mengeluarkan darah.
Itu membuat penumpang di dalam Angkot panik dan berteriak meminta tolong. Tak lama usai teriakan penumpang Angkot, warga sekitar datang ke TKP untuk melerai. Bagus disebutkan kabur. Sedangkan Dimas, ditahan warga.
"Warga memberikan pernyataan, Dimas tersebut terbukti bersalah. Warga juga memberi keterangan, Saudara Dimas sempat mengeluarkan pernyataan dirinya adalah keponakan salah seorang pejabat. Saat itu hampir saja Dimas mau melakukan tindak pemukulan lagi untuk yang kedua kalinya terhadap Pieter, namun akhirnya tidak berhasil karena ditahan warga," papar Oscar.
Adapun Pieter disebutkan tak sadarkan diri setelah dipukul. Ia dilarikan ke Rumah Sakit Harum, Duren Sawit, Jaktim. Di sana, ia mendapat 10 jahitan. Adapun, Dimas digiring ke kantor polisi.
Oscar menyiratkan, keluarga akan tetap membawa kasus ini hingga disidangkan di Pengadilan Negeri Jakarta Timur meski disebutkan terdapat intimidasi ke keluarga Pieter selaku korban untuk tidak meneruskan kasus pemukulan tersebut. Oscar tidak menyebut bentuk intimidasi yang dimaksud, namun ia mengatakan intimidasi berasal dari keluarga pelaku yang berstatus dalam daftar pencarian orang (DPO).
Belum ada klarifikasi lanjutan dari pihak kepolisian terkait alur kronologi yang disebutkan keluarga korban.