Kebakaran di Karet Bivak
Korban Kebakaran Ingin Pindah Jika Biaya Rusun Murah
Liah (42), warga RT 03/07, Kelurahan Karet Tengsin, korban kebakaran besar di Bendungan Hilir malam tadi menceritakan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Liah (42), warga RT 03/07, Kelurahan Karet Tengsin, korban kebakaran besar di Bendungan Hilir malam tadi menceritakan bagaimana momen menjelang kebakaran yang menghabiskan ratusan rumah.
"Semalem itu orang-orang lagi pada matiin lampu, lagi banyak laron, tiba-tiba ada yang teriak-teriak kebakaran di RT 01," terang Liah kepada Tribun di lokasi penampungan pengungsi, Masjid Muhajirin, Selasa (7/8/2012).
Mendengar teriakan tersebut, dan melihat api yang mulai besar di kejauhan, Liah dan tetangga-tetangganya langsung berlarian keluar dan mencoba menyelamatkan harta benda mereka yang bisa diselamatkan.
"Apinya cepet banget mas, dua jam setelah itu sudah habis semua," tutur Liah.
Liah dan warga lainnya dengan panik mencoba menyelamatkan harta benda mereka, namun karena kondisi rumah saat itu yang masih gelap akibat kebanyakan warga masih mematikan lampu mereka, proses penyelamatan barang menjadi memiliki kesulitan tersendiri.
Mereka hanya bisa meraba-raba barang yang akan mereka ambil, sambil berlarian membawanya menjauh dari rumah. Karena gelap, beberapa barang tidak berhasil diselamatkan dengan lengkap.
"Sepatu anak saya yang SD cuma dapet sebelah yang SMP juga cuma dapet sebelah. Apinya cepet banget, cuma dua jam udah abis semua terbakar," tutur Liah.
Liah dan warga lainnya langsung menyuruh anak mereka untuk pergi menyelamatkan diri, sementara mereka mencoba sebisa mungkin menyelamatkan harta benda mereka.
"Saya suruh anak saya ke masjid, cari tempat di sini, soalnya pasti di sini jadi tempat pengungsian," terang Liah.
Liah pun mengaku bersyukur anggota keluarganya tidak ada yang terluka dalam tragedi kebakaran tersebut, meskipun harta benda dan rumah habis dilahap api ia mengaku bersyukur keluarganya masih diberikan keselamatan.
"Saya sih bersyukur saja, cuma bisa pasrah. Semalam itu sampe di sini (masjid tempat pengungsian) panasnya terasa sekali, Mas, makanya saya sih pasrah saja, bersyukur nggak ada yang terluka," tutur Liah lirih.
Ketika ditanya apakah dirinya akan pindah mengingat lokasi rumahnya saat ini merupakan lokasi rawan kebakaran, Liah mengaku ia tidak berniat pindah dari tempat ia tinggal selama 30 tahun terakhir.
"Anak saya sekolah di sini, suami saya cari rezeki di sini, mau pindah ke mana lagi?," ujar Liah.
Mengenai kemungkinan dilakukannya relokasi tempat tinggal setelah terjadinya kebakaran besar ini, Liah mengaku dirinya dan sebagian besar warga kemungkinan tidak akan mampu untuk ikut program relokasi.
"Ini aja rumah susun kan awalnya buat kita, tetapi harganya mahal akhirnya orang sini tetep aja nggak bisa beli," lanjutanya.
Tetapi dirinya mengaku siap jika pemerintah akan merelokasi mereka ke rumah susun dengan biaya yang terjangkau, karena keluarganya merupakan keluarga yang berpenghasilan pas-pasan sehingga sulit jika harus pindah dengan biaya yang besar.
Untuk sekarang dirinya hanya berharap pemerintah bisa memberikan bantuan kepada para korban kebakaran untuk kembali membangun rumah mereka.
"Kita kan anak-anak sekolahnya di sini, rezeki bapaknya juga di sini, kita udah lama di sini. Kalo disuruh beli rumah susun mahal, kalau murah sih kita pasti mau," tandas Liah.
KLIK JUGA: