Kerusuhan Tol Jatibening
Sanin Hidupi Empat Anaknya dari Mengojek di Tol Jatibening
Sanin (43), warga Jatibening yang bekerja sebagai tukang ojek, sudah enam tahun mengais rezeki di terminal bayangan pintu Tol Jatibening KM 8.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sanin (43), warga Jatibening yang bekerja sebagai tukang ojek, sudah enam tahun mengais rezeki di terminal bayangan pintu Tol Jatibening KM 8.
Saat ditemui di lokasi, Sanin mengaku bisa menghidupi keempat anaknya, dari hasil mengojek di Jatibening, Bekasi.
"Alhamdulilah lah, bisa sekolahkan empat anak saya, ada yang STM ada yang SMA. Lumayan, pendapatan Rp 150 ribu sampai Rp 200 ribu," ujarnya, Jumat (27/7/2012).
Saat ditanya terkait penutupan terminal bayangan, Sanin mengaku sangat keberatan. Sebab, ia sebagai kepala keluarga sudah pasti kehilangan penghasilan.
"Kalau ditutup, anak istri saya makan apa. Lagian, kami tukang ojek di sini juga cari makan halal, daripada pejabat negara yang korupsi itu," tutur Sanin.
Sanin memaparkan, bila terminal bayangan ditutup, mengapa tidak sejak dulu pada 1990.
"Awalnya mereka yang buka, sampai membangun pos untuk kami para tukang ojek. Lalu, sekarang mereka yang menutup. Kalau emang mau tutup, dari dulu lah. Sekarang pengurus Jasa Marganya baru. Tadi waktu pemblokiran juga tidak berani keluar," jelas Sanin. (*)
BACA JUGA
- Warga: Penutupan Tol Jatibening, Itu Urusan Perut
- DPR: Seharusnya Polisi Tidak Bengong
- DPR Minta Penutupan Terminal di Tol Jatibening Ditunda
- Warga dan Jasa Marga Tandatangani Kesepakatan Sementara