Jumat, 3 Oktober 2025

Kerusuhan Tol Jatibening

Ini Alasan Warga Tolak Penutupan Terminal Bayangan

Warga kelurahan Jatibening, Pondok Gede, Kota Bekasi, Jawa Barat, merasa keberatan atas ditutupnya akses naik turun penumpang

Penulis: Mochamad Faizal Rizki
zoom-inlihat foto Ini Alasan Warga Tolak Penutupan Terminal Bayangan
TRIBUNNEWS.COM/THERESIA FELISIANI
Terminal bayangan di tol Jatibening masih beroperasi pascakerusuhan warga, Jumat(27/7/2012) yang menolak penutupan.

Laporan Wartawan Tribun Jakarta Mochamad Faizal Rizki

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Warga kelurahan Jatibening, Pondok Gede, Kota Bekasi, Jawa Barat, merasa keberatan atas ditutupnya akses naik turun penumpang di KM 8 Tol Jatibening, baik arah ke Jakarta maupun ke Cikampek.

Keberatan warga tersebut disampaikan melalui  tuntutan kepada PT Jasa Marga dalam aksi demonstrasi menutup pintu tol dan membakar mobil.

"Kami warga Jatibening menuntut pihak PT Jasa Marga untuk membatalkan penutupan terminal bayangan eks Gerbang Tol Pondok Gede Timur karena akan memutus nadi perekonomian masyarakat,"kata Koordinator Aksi masyarakat Jatibening, Marsan, Jumat, (27/7/2012).

Menurut Marsan, masyarakat menolak keras penutupan akses turun dan naik penumpang di lokasi tersebut karena warga telah puluhan tahun menggunakan akses adanya kantong parkir bus di jalan tol Jakarta-Cikampek dekat eks gerbang tol Pondok Gede Timur.

Tak hanya warga yang biasa memanfaatkan akses kantong parkir bus untuk berpergian, namun juga berbagai profesi seperti tukang ojek, pengamen, tempat penitipan motor dan warga lain yang menggantungkan hidupnya di area tersebut.

Dalam sehari saja misalnya Soni bisa mengantongi Rp150.000 sampai Rp200.000 dari pekerjaannya sebagai tukang ojek.

"Setiap hari, ada ribuan penumpang naik turun dari terminal bayangan ini, jelas penghasilan kami akan turun drastis, akibat ditutupnya terminal bayangan tersebut, kita mau makan apa?"kata Soni.

Senada dengan Soni, Ahmad seorang pemilik tempat penitipan motor mengaku ratusan motor dititipkan di tempatnya setiap hari.

"Kebanyakan karyawan dari Bekasi yang bekerja di Jakarta biasa menitipkan motornya untuk kemudian melanjutkan memakai bus,"kata Ahmad.

Ahmad menuturkan omset dari usaha jasa penitipan motor miliknya, bisa mencapai belasan juta rupiah setiap bulannya.

Karena akses terminal bayangan yang sudah ada sejak beberapa tahun lalu di KM 8 Jatibening ini ekonomi warga sekitar menjadi bergerak.

"Bayangkan apabila akses turun-naik penumpang ditutup, mata pencaharian warga bagaimana?, sekarang mencari rejeki halal susah, apa kami harus mencuri?"kata Ahmad.

Sementara warga lain bernama Budi mengaku anaknya yang kuliah di Bandung pun menggunakan akses terminal bayang ini.

"Anak saya dari awal kuliah pulang pergi ke Bandung ya lewat sini, sampai sekarang kerja pun ya tetap lewat sini, sepuluh tahun yang lalu, di sini aman-aman saja, yang terpenting adalah kepentingan warga jangan sampai dihilangkan dan juga tidak menggangu arus lalu lintas jalan tol, saya kira perlu ada penataan kembali,"ujar Budi.

Halaman
12
Sumber: TribunJakarta
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved