Aksi Brutal Geng Motor
Aksi Premanisme Geng Motor yang Harus Dibasmi
Aksi kekerasan geng motor di sejumlah daerah, Bandung, Makassar, dan Ibu Kota Jakarta, terus mendapat kecaman.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Aksi kekerasan geng motor di sejumlah daerah, Bandung, Makassar, dan Ibu Kota Jakarta, terus mendapat kecaman. Aksi brutal yang dilakukan geng motor sudah mengusik kenyamanan dan membahayakan keselamatan warga.
Menyikapi aksi brutal geng motor, polisi berupaya meningkatkan pengamanan di ibu kota dan sejumlah daerah, termasuk rutin menggelar patroli menyisir para geng motor.
Terkait maraknya aksi brutal geng motor yang kemudian menewaskan warga, Kombes Pol Chrisnanda, menyatakan, akar masalahnya sebetulnya bukan pada geng motornya, tetapi pada tindak premanisme dan aksi anarkis yang menonjolkan kekerasan dan kekejaman.
"Kalau ada geng kuda lumping melakukan penganiayaan bahkan pembunuhan, apakah geng kuda lumping itu akar masalahnya?, tentu bukan. Melainkan aksi premanisme yang merusak peradaban, produktivitas, kreativitas, dan membunuh kehidupan," ungkap Chrisnanda.
Ia menyatakan, geng motor itu adalah sebuah wadah, cabang, di mana orang-orang di dalamnya punya potensi untuk berkreativitas secara positif dan menjunjung prinsip yang damai.
"Namun prinsip-prinsip yang mendasar dan berlaku umumnya justru premanisme tadi.," terang Chrisnanda.
Dikatakan, geng motor merupakan komunitas yang sebenarnya bisa menjadi soft power untuk membangun komunikasi yang positif atau mendukung penyelesaian pertikaian, atau sebagai wadah penyaluran ekspresi dan kreativitas.
"Di sinilah peran pemangku kepentingan, pemerintah, DPR, media, LSM, sektor bisnis, tokoh masyarakat, dan masyarakat bekerja sama untuk terus memberi pemahaman kepada generasi muda tentang pentingnya membangun persaudaraan, menjaga kedamaian, dan menjauhi pertikaian atau permusuhan."
Diharapkan, kata Chrisnanda, pemangku kepentingan ini bisa menemukan akar masalah dan menemukan solusi yang terbaik. Cara-cara pembangunan civil society ini yang perlu dikembangkan dalam mengatasi kelompok masyarakat yang bertindak kontra produktif sebagai soft power untuk membangun karakter bangsa.