Misteri Harta Karun Emas Wonoboyo
Resmi Diumumkan Hanya 16,9 Kilogram, Penemu Duga Capai 100 Kilogram
Harta karun Wonoboyo ditemukan 17 Oktober 1990 terdiri sejumlah guci besar berisi perhiasan emas diduga milik kerajaan Mataram.
"Totalnya terima 500 juta, dibagi dua untuk pemilik sawah dan penemu," katanya. "Kami masing- masing dapat bagian 38 juta rupiah, dan pemilik sawah 239 juta rupiah. Itu jumlah yang sangat fantastis," urai Marno.
"Nilai segitu, pada masa 90an, bagi saya, juga mungkin bagi umum, luar biasa banyak. Waktu itu saya sampai berpikir uang ini mungkin tidak akan habis," lanjut Marno yang menerima tanda penyerahan uang di kantor BNI Cabang Yogya di kawasan Titik Nol Kilometer.
Sesudah itu uang ditransfer ke BPD Jateng. sebelum dia pindahkan ke BRI Kraguman Klaten.
"Saya ambil tunai di BPD, ada tiga kantong kresek besar, lalu saya setor ke BRI," katanya sembari menyebut pecahan terbesar waktu itu Rp 20 ribu.
Dari nilai penghargaan yang spektakuler itulah Marno lantas mengingat taksirannya bahwa bobot emas temuan bisa sampai dua kuintal.
"Pokoknya banyak lah, saya liat ada butiran emas seperti jagung, koin, stempel, dan aneka rupa benda lain, termasuk tas emas dan talinya. Yang besar yang baskom dan bokor," ujarnya.
Lantas ke mana jika memang ada ratusan kilogram? Marno hanya tertawa.
"Ya, entahlah. Tahu sendiri situasi waktu itu," kata Marno yang berjabat tangan dengan Presiden Soeharto dan Ibu Tien saat mereka diundang ke Candi Prambanan beberapa waktu sesudah penemuan.
Apakah ada warga yang menemukan dan menyembunyikan?
"Mana berani lah. Kalau sesudah penelitian berakhir dan lokasi temuan dibuka, memang warga beramai-ramai mencari temuan lain. Ada yang dapat juga, dijual ke pengepul emas," unggkapnya.

Keanehan lain, warga yang dalam waktu berikutnya menemukan aneka artefak kuno di Wonoboyo dan sekitarnya, juga mendapatkan imbalan, meski tak sedahsyat yang diterima Marno dan kawan- kawan.
Sebagian tokoh-tokoh desa, termasuk Kepala Desa Wonoboyo, Sri Harto, yang menjabat saat penemuan, kini sudah meninggal dunia.
Begitu juga Cipto Suwarno, pemilik sawah dan penerima imbalan terbesar, yaitu Rp 238 juta, sudah meninggal dunia.
Menurut Marno, anak-anak almarhum Cipto Suwarno sukses semua. Sawah milik keluarga mereka tempat penemuan harta karun, kini diurus penggarap.
Lantas uang puluhan juta yang diterima Marno dipakai apa? "Ini, jadi rumah, yang kami tempati sekarang. Sisanya sudah habis untuk berbagai keperluan," jelas Marno.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.