Jumat, 3 Oktober 2025

Cocorot Kuliner Khas Pangandaran Kembaran Clorot dari Purworejo

Cocorot Pangandaran identik dengan jajanan khas Purworejo Clorot. Jajanan unik ini terbuat dari tepung beras, gula kelapa, dibungkus daun kelapa.

TRIBUN JABAR/PADNA
Cocorot khas Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat. Hidangan camilan ini identik dengan Clorot khas Purworejo, Jawa Tengah. 

TRIBUNNEWS.COM, PANGANDARAN – Masyarakat Kabupaten Pangandaran mengenal jajanan dan kuliner khas unik. Mereka menyebutnya Cocorot.

Dilihat dari bentuk dan bahan kulinernya, Cocorot ini seperti kembaran Clorot, camilan khas Purworejo, Jawa Tengah.

Nama Clorot, jika di Purworejo disematkan karena identik dari cara membuka kemasan makanan ini yang ditarik bungkusnya lalu clorot isinya nongol tiba-tiba.

Kusdi (65) dan Tuti (60), pasangan suami istri di Dusun Girisetra RT 05/02 Desa/ Kecamatan Kalipucang, Kabupaten Pangandaran, saat ini masih eksis membuat kuliner Cocorot tersebut.

Cocorot yang merupakan makanan khas tradisional Pangandaran ini dibuat dari bahan alami.

Satu di antaranya, janur atau daun kelapa yang dibuat menyerupai terompet untuk membungkus Cocorot tersebut.

Selain itu, ada bahan dasar adonan untuk membuat hidangan Cocorot, di antaranya tepung beras, santan dan gula merah.

"Untuk pengawi, kita bisa tambahkan daun pandan secukupnya," ujar Kusdi (65) ditemui jurnalis Tribun Jabar Tribun Network di rumahnya, Senin (27/3/2023) siang.

Ia mengatakan, Cocorot ini dulunya biasa disebut kue tradisional yang sudah ada sejak tahun 1980.

"Sejak dulu, Cocorot ini sudah terkenal di daerah Pangandaran sebagai jajanan yang sering ada pasar," katanya.

Untuk membuat Cocorot, Ia menyebut tidak banyak bahan baku yang digunakan. Hanya, prosesnya saja yang cukup lama.

Bahan bakunya cuma janur kelapa, tepung beras, santan dan gula merah, itu cukup. Hanya, prosesnya membutuhkan waktu sekitar 6 jam.

Misalnya, untuk membuat 150 Cocorot itu jika dimulai dari persiapan menganyam janur jam 6 pagi sampai mengukus Cocorot bisa selesai jam 12 siang.

"Kalau jualnya itu cepat, apalagi sekarang bulan ramadan, 2 jam juga jualan langsung habis. Karena, kebanyakan pembelinya pesan duluan," ujarnya.

Kalau hari-hari biasa, kata Ia, biasanya dijual di pasar tradisional Kalipucang dan tempat orang yang hajatan.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved