Jumat, 3 Oktober 2025

Petaka Nikel di Konawe Utara

Ekosistem Laut Pulau Labengki Konawe Utara Terancam Ikut Musnah

Ekosistem laut Taman Nasional Lasolo di Pulau Labengki Konawe Utara Sulawesi Tenggara dikhawatirkan ikut musnah akibat ekses penambangan ore nikel.

TRIBUN SULTRA/DESI TRIANA
Panorama dari udara Desa Boedingi di pesisir pantai dan bukit-bukit nikel di belakangnya yang dikeruk pertambangan di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara. Situasi ini diabadikan emdio Februari 2023 oleh jurnalis Tribun Sultra Tribun Network. 

Berdasarkan  baku  mutu air laut untuk biota laut standar  kandungan  Ni  dalam  air  laut  sebesar  0,05 mg/L,  sehingga  pada  T2,  T3,  T4,  dan  T5  dinyatakan telah  melebihi  ambang  batas.

Tingginya  konsentrasi logam  Ni  dalam  lingkungan  perairan  Teluk  Kendari disebabkan  berbagai   factor, mulai limbah  rumah tangga,  penggerusan  batuan  atau  lapisan  tanah  dari aktivitas pembukaan lahan baru dan pertambangan  di sekitaran Kota Kendari.

Menurut pria yang sedang menemupuh pendidikan Doktoral Ilmu Lingkungan, Sekolah Ilmu Lingkungan, di Universitas Indonesia, kondisi lingkungan yang sudah berubah ini salah satunya diakibatkan dari air hujan yang membawa sedimen dari hulu ke hilir.

Misalkan ada aktivitas (pertambangan) di atas gunung yang nantinya ketika kondisi hujan, sebagian air hujan mengalir di atas permukaan tanah dan membawa sejumlah partikel yang akan tertampung di sekitar bibir pantai.

“Tentunya itu yang bisa mengakibatkan apa yang disebut dengan pencemaran lingkungan. Sehingga kita mengambil lima titik lokasi sampel di area Teluk Kendari, mulai dari di dekat Masjid Al Alam, Pelabuhan   Perikanan Samudera, Wisata   Agribisnis   Kendari, Kendari Beach, hingga Pelabuhan Nusantara,” tuturnya saat dihubungi TribunnewsSultra beberapa waktu lalu.

Setelah diuji laboratorium ternyata, berdasarkan standar Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut, ada sebagian yang tinggi.

Ia juga menjelaskan dampak limpasan lumpur sedimentasi dari hasil penelitiannya pada 2019 di Teluk Kendari itu, sangat berpengaruh dengan kondisi laut yang ada. Khususnya di wilayah Masjid Al Alam. Ia juga memastikan, ekosistem ikan di wilayah tersebut sudah berkurang.

Dwiprayogo Wibowo menjelaskan kandungan nikel ini bisa berpotensi mencemari lingkungan karena mudah terionisasi dan mengendap bentuk sedimen.

Tak hanya nikel, namun berbagai ion-ion logam bisa larut di air laut. Pasalnya air laut bisa saja dalam kondisi asam atau basa.

Ia lantas mengambil contoh saat bekerja di area pertambangan Desa Marombo, Konawe Utara yang jaraknya 20,6 kilometer dari Boedingi.

Berdasarkan pengalamannya, saat hujan turun sedimentasi juga banyak turun ke laut karena aktivitas tambang yang ada di bukit.

Sebagai peneliti, ia mencurigai jika wilayah pesisir yang ada di Konawe Utara memiliki kandungan logam dari sedimentasi.

“Hanya saja secara fisik, identifikasi saya adalah jika ada aktivitas tambang boleh jadi (terjadi pencemaran). Kebolehjadian dapat membuat parah kondisi lingkungan atau berdampak minim pencemaran lingkungan,” tuturnya.

Saat melihat dokumentasi jurnalis Tribun Sultra Tribun Network terkait sedimentasi area terumbu karang di perairan Desa Boedingi, Dwiprayogo terkejut.

Gambar yang didokumentasi dari kedalaman 10 meter itu, terlihat kondisi terumbu karang Desa Boedingi diselimuti sedimentasi yang tingginya mencapai satu hingga dua meter.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Sultra
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved