Cerita Tatang, Tunanetra yang Berhasil Membangun SLB ABCD Caringin, Relakan Rumah Jadi Sekolah
Menyandang tunanetra tak membuat tekad Tatang (50) untuk menjadi seorang pendidik berhenti. Meski dalam keterbatasan, ia mendirikan sekolah luar biasa
Editor:
Content Writer
Tribunjabar.id/Syarif Pulloh Anwari
Menyandang tunanetra tak membuat tekad Tatang (50) untuk menjadi seorang pendidik berhenti. Meski dalam keterbatasan, ia mendirikan sekolah luar biasa (SLB). Sudah 16 tahun sekolah itu berdiri.
"Saya juga masih honor, padahal usia saya sudah 50 tahun," ujarnya.
Untuk mengoperasikan sekolah, Tatang mengandalkan dana bantuan operasional sekolah (BOS) dari pemerintah. Selain itu, operasional sekolah juga didukung dari dana patungan orang tua siswa.
"SPP-nya kita diberikan kebebasan. Ada yang bayar Rp 10 ribu, Rp 20 ribu, ada juga Rp 50 ribu. Namun, ada juga yang gratis. Kami tidak pernah memaksa, apalagi kepada yang kurang mampu. Semua anak berhak mendapatkan pendidikan yang layak," ujarnya. (*)