Jumat, 3 Oktober 2025

Kisah Pelajar Piatu yang Nyambi Jualan Angkringan di Banjarnegara Juara Karya Tulis Provinsi

Hidup tanpa orang tua lengkap tentu cobaan hidup yang berat. Siapa pun tak menginginkan kondisi itu terjadi. Tetapi kondisi itu harus dijalani Didi Kh

Editor: Content Writer
Ist
Didi Khomsa Prasetyana saat terima bantuan dari Yayasan Jumat Barokah Banjarnegara. 

TRIBUNNEWS.COM, BANJARNEGARA - Hidup tanpa orang tua lengkap tentu cobaan hidup yang berat. Siapa pun tak menginginkan kondisi itu terjadi. Tetapi kondisi itu harus dijalani Didi Khomsa Prasetyana.

Ketika beranjak remaja, ibundanya meninggal dunia. Jadi piatu lah dia.    

Di perantauan, Kalimatan Selatan, Didi tinggal bersama ayahnya. Tanpa kasih sayang ibu tak membuat Didi putus asa menjalani kehidupan.

Ia nyatanya tetap tumbuh menjadi siswa berprestasi. Saat SMP ia pernah, dia didapuk sebagai kontingen Jambore Nasional Kalimantan Selatan.

Hingga menginjak SMA, ia memutuskan pulang ke Jawa, Desa Sijenggung Kecamatan Banjarmangu Banjarnegara untuk melanjutkan pendidikannya di SMAN 1 Sigaluh.

Sementara sang ayah, memilih bertahan di Kalimantan Selatan untuk mencari nafkah.

Dia tinggal bersama kakak laki-lakinya yang telah menikah. Meski mendapatkan kiriman uang dari sang ayah di Kalimantan, Didi tetap berusaha untuk mandiri. Ia menjadi relawan Palang Merah Indonesia (PMI) untuk membantu mencukupi kebutuhan hidupnya.

"Setiap hari, Didi mencoba memenuhi kebutuhan hidup dengan menjadi Relawan PMI Banjarnegara," katanya

Tetapi hanya pada kegiatan tertentu relawan sepertinya menerima honor. Didi harus putar otak agar bisa mandiri tanpa bergantung kiriman orang tua. Anak itu tak malu berjualan angkringan demi
mencukupi kebutuhan harian.

Didi harus pandai membagi waktu untuk belajar dan usahanya. Karena itu, ia berjualan saat malam setelah jam belajar usai. Saat teman-temannya bisa istirahat dan bersantai bersama keluarga di rumah, Didi masih harus berjuang mencari uang hingga larut malam.

Beruntung soal biaya pendidikan, Didi tak terlalu mengkhawatirkannya. SMAN 1 Sigaluh menggratiskan biaya pendidikannya. Terlebih Didi adalah siswa berprestasi.

Ya, kesibukan Didi berwirausaha tak menurunkan semangat belajar anak itu. Ibarat besi, semakin ditempa dan terbakar, ia akan semakin kuat dan tajam. Kerasnya kehidupan yang menempa membuat Didi tumbuh jadi anak mandiri dan berprestasi.

Didi nyatanya mampu mempertahankan prestasinya di sekolah. Kemampuannya dalam membuat karya tulis bahkan telah diakui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Tahun 2019 lalu, ia berhasil menyabet Juara 2 Karya Tulis Lawatan Sejarah. Di tahun sama, ia juga berhasil meraih Juara Penyajian Terbaik Karya Tulis Cagar Budaya.

Lomba itu diselenggarakan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved