Pilpres 2024
Sikap Politik Guntur Soekarnoputra Dulu dan Sekarang, Jadi Sorotan Sebut Nama Jokowi
Guntur Soekarnoputra, sulung Proklamator Soekarno atau Bung Karno menjadi sorotan setelah menyebut nama Jokowi saat acara pemenangan Ganjar-Mahfud
Bahkan saat menjalani pendidikan sekolah menengah atas (SMA), Guntur meminta ke Bung Karno agar tak perlu dikawal-kawal lagi.
"Saya bilang sama Bapak waktu saya lulus SMA. Saya enggak berani saya bilang sama Bapak pasti marah. Saya bilang ke Ibu, Bu aku sudah SMA, aku udah nggak mau dikawal-kawal lagi. Tolong sampaikan ke Bapak, Ibu sampaikan," ucapnya.
Permintaan Guntur pun tak serta merta dikabulkan sang proklamator kemerdekaan Indonesia itu.
"Bapak jawabannya waktu itu, 'nanti akan dipikirkan'," ungkapnya.
Guntur menuturkan melalui proses yang panjang hingga akhirnya Bung Karno mengabulkan permintaannya agar tak dikawal.
Akhirnya, Guntur tak dikawal lagi sejak menempuh pendidikan tinggi di Institut Teknologi Bandung (ITB).
"Saya di Bandung sudah enggak ada yang ngawal," imbuhnya.
Alasan Tak Masuk Parpol

Sementara di sebuah podcast YouTube channel B1 Plus, Guntur pernah menjelaskan alasannya tak ingin menjadi anggota partai politik.
Video Apa Adanya Podcast yang tayang pada 28 Oktober 2021 ini berisi wawancara dengan Guntur, termasuk ,membahas soal partai politik.
Guntur mengaku, kebijakan fusi partai yang dilakukan oleh Presiden Soeharto saat itu yang menjadi penyebab dirinya mundur dari kegiatan partai politik.
Ia bercerita, mengalami pergolakan dengan internal partai saat menjabat Juru Kampanye Nasional Partai Nasional Indonesia - Front Marhaenis (PNI-FM) waktu itu.
Lantaran internal partai tetap ingin mematuhi aturan dengan menyetujui fusi partai seperti yang telah diatur era Soeharto, Guntur memilih mundur.
Dirinya dengan tegas tak ingin bergabung dengan partai manapun, termasuk Partai Demokrasi Indonesia (PDI).
Berikut pernyataan lengkap Guntur dalam Podcast Apa Adanya:
Baca juga: Pengamat Soroti Pernyataan Guntur soal Jokowi, Sebut Sebagai Serangan PDIP: Presiden Bisa Marah
"Saya ini sejak dulu waktu era orde baru, waktu ada rencana akan ada fusi partai, saya kebetulan waktu itu jurkamnas PNI- Front Marhaenis, saya tidak setuju dengan adanya fusi, jadi sebaiknya PNI-Front Marhaenis tidak usah ikut-ikut fusi lahm" jelasnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.