Pilpres 2024
Panda Nababan Pertanyakan Etika Anak dan Mantu Jokowi: Datang Tampak Muka, Pulang Tampak Punggung.
Jika Gibran dan Bobby punya jiwa ksatria, maka seharusnya mereka lantang menyatakan sikapnya secara terbuka.
Penulis:
Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor:
Seno Tri Sulistiyono
‘Eh Pratik, panggil dulu Panda, undang dulu. Pram undang dulu Panda’, ya apa kabar Mas sudah lama tidak ketemu. ‘Mas Panda, sekarang saya sudah berubah, aku bukan Ganjar lagi, aku sekarang Prabowo’.
Bayangin itu, tata kramanya seperti itu, toto kromonya.
Sebelumnya, membahas nama Pak Ganjar itu berapa kali pertemuan?
Oo banyak, banyak kali. Lebih (5 kali), karena dalam kurun berapa tahun.
Artinya sudah konfirm kepada Ganjar?
Iya, dia yang mempengaruhi aku supaya Ganjar. Ganjar sendiri tak terpikir.
Bukan Opung Panda yang menyodorkan Ganjar?
Tidak, makannya karena itu Ganjar datang ke rumahku, karena waktu itu sensitif kalau terbuka dengan Ganjar, seperti mendahuli Ibu, mengapakan Ibu, anggota DPR juga ga ada yang mau ketemu dia. Betul-betul dijaga, perasaan ibu di jaga, perasan ini dijaga. Begitu juga aku wanti-wanti ‘aku ngomong berdua sama Mas Jokowi’
Konfirm disitu, lebih dari 10 kali pertemuan dengan Pak Jokowi, memikirkan supaya Ganjar jadi Capres di Istana?
Di Istana lebih dari itu.
Belakangan kan berubah, dan cukup cepat, apa kira-kira yang cepat berubah?
Aku belum dengar dari dia.
Apa kepentingan politik atau investor asing?
Aku nggak mau berteka-teki, kayanya biasa kok kita ketemu. Bagus juga kalau ketemu langsung. Aku menahan diri agar tidak mengambil kesimpulan-kesimpulan.
Apa ada niat ingin bertemu dengan beliau?
Ada, dua minggu lalu aku sudah melalui ajudan minta waktu, tapi belum ada jawaban.
Ini sudah banyak berubah, tidak bisa ditebak, nasib-nasiban bertemu Jokowi.
Ini terus terang aja, kelihatannya sederhana tapi menyangkut moral, etika, kehormatan terhadap demokrasi, pendidikan bangsa, berpolitik, saya tidak bisa bayangkan, capres kita Ganjar Pranowo, itu ribuan manusia di GBK. Tugas kita menang-menang-menang. Diucapkan di hadapan ribuan orang. Waktu Bulan Bung Karno.
Lalu, Rakernas, tadi saya bisik-bisik dengan Pak Ganjar, kemudian sata bilang, begitu selesai di lantik, langsung bekerja. Frame kita yakin betul terpilih. Tambah kagum kita sama Jokowi.
Itu nggak sembarang loh, bisik-bisik dibocorin. Kalau ga konfiden. Tadi kami dua bisik-bisik, itu masalah pribadi. Trus saya katakan, tidak ada kata jika.
Apa sih yang memicu konflik Ibu Mega dan Pak Jokowi?
Jadi begini, sakit hati kepada PDIP tidak ada, tidak ada. Coba tunjukan ke saya satu, dari PDIP tidak menghormati dia, tidak ada. Sangat menghormati dia, terukur dan terbukti, mantunya anaknya.
Mau maju anaknya, dikorbankan orang lain. Di Medan, Ahiar Nasution itu wakil saya selama 10 tahun di sana, kualitas dan dedikasinya bukan main, pas walikota, minggir itu demi mantu. Di Solo, Purnomo minggir demi Gibran.
Di mana, partai tidak menghargai, saya cuman berdoa memohon jangan sampai ada tinggi hati, jangan lah ada kesombongan, jauhkanlah. Merasa sombong, semua bisa diatur. Kepongaan, ‘tenang aku ada disini’.
Ya Allah, jadi drama apa yang begini, kita sesama bersaudara harus berani bertegur sapa, berani mengingatkan, atau menjilat supaya lebih terjerumus. (Tribun Network/ Yuda).
Pilpres 2024
PTUN Tunda Pembacaan Putusan PDIP soal Penetapan Gibran Cawapres, Mahfud Pesimis Bakal Dikabulkan |
---|
VIDEO Pembacaan Putusan Gugatan PDIP Soal Pencalonan Gibran di PTUN Ditunda Jadi 24 Oktober 2024 |
---|
Jubir PTUN: Penundaan Pembacaan Putusan Gugatan PDIP soal Gibran Tak Terkait Pelantikan Presiden |
---|
Hakim Sakit, PTUN Tunda Baca Putusan Gugatan PDIP hingga Setelah Pelantikan Prabowo-Gibran |
---|
BREAKING NEWS PTUN Tunda Pembacaan Putusan PDIP Gugat KPU soal Penetapan Gibran jadi Cawapres |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.