Selasa, 30 September 2025

Pilpres 2024

Kala PDIP Bersedih Ditinggalkan Jokowi, Ungkit Previlege hingga Rasa Sayang Megawati pada Presiden

Sejumlah politikus PDIP menyuarakan kekecewaan dan kesedihan setelah mengaku ditinggalkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan keluarga.

Penulis: Jayanti TriUtami
Editor: Daryono
YouTube PDI Perjuangan
Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri saat Puncak HUT PDIP ke-50 di JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat pada Selasa (10/1/2023). Terbaru, sejumlah politisi PDIP menyuarakan kesedihan setelah Jokowi diduga telah meninggalkan partai. 

"Ini situasinya rawan, goreng menggoreng. Orang sekarang seakan-akan memperhadapkan antara Pak Jokowi dengan keluarga Teuku Umar," tutup Masinton.

Ganjar: Banteng Tidak Boleh Cengeng

Ditemui terpisah, calon presiden (capres) Ganjar Pranowo turut mengakui adanya kesedihan yang dirasakan PDIP setelah ditinggalkan Jokowi.

Kendati demikian, Ganjar memastikan PDIP tidak akan cengeng menghadapi dinamika politik saat ini.

"Kesedihan itu pasti ada, tapi kita nggak akan cengeng, banteng ngga cengeng, Banteng Ketaton itu langsung bergerak. Gitu," kata Ganjar, dikutip dari Kompas.com, Minggu (29/10/2023).

Baca juga: 3 Isu yang Jadi Peluru PDIP Menyerang Jokowi: 3 Periode hingga Merasa Ditinggalkan sang Presiden

Ganjar menegaskan PDIP tidak ingin berlarut-larut dalam kesedihan.

Mantan gubernur Jawa Tengah itu kemudian mengungkit kembali perjuangan PDIP di masa Orde Baru.

Ia menyebut, PDIP telah berhasil melewati kesulitan ketika pemerintahan Orde Baru berusaha menggulingkan kepemimpinan Megawati Soekarnoputri.

"PDIP waktu PDI dihajar habis-habisan, dibakar itu (Kantor DPP), bahkan ada yang mati, jangan lupa dengan Kudatuli loh ya," jelas Ganjar.

"Dan kita coba fight terus, kita enggak cengeng dengan segala apa yang terjadi, dan sampai detik ini saat ini saya menghormati Pak Jokowi, menghormati Mas Gibran sebagai suatu pilihan-pilihan politik."

Sindiran PDIP untuk Gibran

Tak hanya pada Jokowi, PDIP turut merasakan kecewa atas manuver Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka.

Ketua DPP PDIP, Ahmad Basarah mendesak Gibran untuk mengembalikan Kartu Tanda Anggota (KTA) setelah memilih menjadi cawapres Prabowo Subianto.

"Maka etika politik itu kami tunggu untuk kita menerima KTA PDIP. Kalau meminjam istilah Mas Rudy (FX Hadi Rudyatmo), Solo, kalau orang timur itu datang tampak muka, kembali tampak punggungnya," ujar Basarah, ditemui di Kantor Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta, Sabtu (28/10/2023).

Baca juga: Profil Masinton Pasaribu, Politikus PDIP yang Sebut Gibran Bukan Lagi Kader PDIP

Menurut Basarah, Gibran dianggap telah keluar dari PDIP setelah dideklarasikan sebagai cawapres Prabowo.

Karena itu, Basarah menilai PDIP tidak perlu mengeluarkan surat resmi untuk memberhentikan putra sulung Jokowi tersebut.

"Rakyat banyak pun telah menilai bahwa Mas Gibran dengan sengaja ingin keluar dan atau bahkan telah keluar dari keanggotaan PDIP sendiri," ujarnya.

"Jadi tanpa adanya surat resmi pemberhentian Mas Gibran dari DPP, maka sesungguhnya secara etika politik dari dalam hatinya dan dari penilaian publik, Mas Gibran sudah keluar dari PDIP itu sendiri."

(Tribunnews.com/Jayanti Tri Utami/Fransiskus Adhiyuda Prasetia/Erik S, Kompas.com/Fitria Chusna Carisa)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved