Selasa, 30 September 2025

Relokasi di Pulau Rempang

Tanggapan Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan Soal Konflik Pulau Rempang

Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan telah memberikan tanggapan terkait konflik agraria yang tengah terjadi di Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Riau.

Kolase Tribunnews
Bakal calon presiden (Capres) Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan telah memberikan tanggapan terkait konflik agraria yang tengah terjadi di Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Riau. 

TRIBUNNEWS.COM - Bakal calon presiden (Capres) Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan telah memberikan tanggapan terkait konflik agraria yang tengah terjadi di Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Riau.

Tanggapan Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan sama-sama menitikberatkan pada evaluasi dan pentingnya pendekatan secara humanis dan dialogis.

Untuk diketahui, warga Rempang menolak untuk direlokasi terkait proyek Rempang Eco-City.

Penolakan itu bahkan sampai berujung bentrok dengan aparat keamanan.

Baca juga: Pascakisruh Rempang Aparat Bersenjata Lengkap Masih Berkeliaran, Masyarakat Ketakutan

Kata Ganjar Pranowo Soal Rempang

Ganjar Pranowo menilai pemerintah daerah tidak melakukan upaya dialog dengan masyarakat, melainkan hanya melaksanakan perintah pusat.

Baca juga: Siapa Abang Long? Pembela Pulau Rempang yang Berani Lawan Aparat, Begini Nasibnya Usai Ditangkap

Itu disampaikan Ganjar saat menjadi pembicara dalam Kuliah Kebangsaan FISIP UI, Senin (19/9/2023).

"Dulu, ketika kebijakan pemerintah akan dilakukan dan kemudian pekerjaan harus dilaksanakan, pokoknya iya aja deh. Ini tanahnya nggak ada sertifikatnya, hayo di mana sertifikatnya, belum," kata Ganjar, dikutip dari YouTube FISIP UI.

Bakal calon presiden (capres) Ganjar Pranowo menghadiri acara Kuliah Kebangsaan di Universitas Indonesia (UI) Depok, Jawa Barat, Senin (18/9/2023).
Bakal calon presiden (capres) Ganjar Pranowo menghadiri acara Kuliah Kebangsaan di Universitas Indonesia (UI) Depok, Jawa Barat, Senin (18/9/2023). (Tangkap layar kanal YouTube FISIP Universitas Indonesia)

Ganjar mengusulkan kepada kementerian terkait seperti Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) untuk tidak hanya merekrut karyawan berlatarbelakang pendidikan insinyur.

Namun, juga orang dengan latar belakang ilmu humaniora seperti antropologi hingga psikologi.

"Saya sampaikan kepada Menteri PU atau Menteri Investasi, coba Anda rekrut karyawan yang tidak semua insinyur. Tolonglah antropolog, tolonglah sosiolog, tolonglah psikolog agar kemudian tahu menjelaskan terlebih dahulu (kepada warga)," ujarnya.

"Dan kadang-kadang pemerintah tidak mau, capek menjelaskan udahlah pakai Undang-Undang Pengadaan Tanah saja, jadi jeglek. Begitu (warga) nggak mau, hukumnya nggak jalan. Ketika hukumnya nggak jalan, tampilannya kekerasan," sambung Ganjar.

Selain itu, Ganjar menilai dalam pembebasan lahan, perlu juga pelibatan tokoh masyarakat (tomas) setempat maupun tokoh agama (toga).

"Tomas-toga tokoh masyarakat-tokoh agama yang jauh dia sangat bisa dipercaya. Uniqueness ini sering kali tidak dilihat oleh pemerintah seolah hanya bisa dilakukan lewat pintu depan," pungkasnya.

Kata Anies Baswedan Soal Rempang

Sementara itu bakal Capres Anies Baswedan menilai prinsip keadilan harus digunakan dalam berbagai hal, termasuk proyek-proyek yang akan dikerjakan.

Hal itu disampaikan oleh Anies di DPP PKS, Jakarta Selatan, Selasa (12/9/2023).

Dikutip dari WartakotaLive.com, Anies mengatakan kebijakan investasi yang memicu penderitaan perlu dikoreksi.

"Kalau kegiatan investasi justru memicu penderitaan justru memicu kondisi yang tidak sehat di dalam kesejahteraan rakyat ini perlu ada langkah-langkah koreksi," tutur Anies.

Anies Baswedan bicara terkait konflik Pulau Rempang.
Anies Baswedan bicara terkait konflik Pulau Rempang. (WartaKota/Alfian Firmansyah)

Anies juga mengajak kepada semua pihak untuk menahan diri.

"Jadi kami melihat penting sekali untuk mengedepankan proses yang damai, proses yang melibatkan semua dan beri waktu ekstra sehingga proses dialog itu berjalan dengan baik," jelas Anies.

Selain itu, Anies pun menyinggung proses relokasi yang di Jakarta. 

"Kampung-kampung digeser itu lukanya lama, saya datang ke tempat-tempat yang  saya bangunkan rumah misalkan masyarakat di Bukit Duri. Sekarang kita bangunkan rumah susun disana, itu kalau datang mereka tidak pernah lupa, anak-anak itu atas pengalaman traumatik atas yang mereka lewati kekerasan yang terjadi," papar Anies. 

"Kampung aquarium kita datang kesana kita ketemu mereka yang memiliki luka yang amat dalam," ucap Anies. 

Dengan demikian, menurut Anies, adanya relokasi pentingnya adalah pendekatan dialog dengan secara baik-baik meski membutuhkan waktu yang lebih panjang.

"Jadi lebih baik dilakukan dibicarakan dengan rumit, panjang, ribet tapi melibatkan semua, dan sampai pada kesimpulan yang diterima, baru kemudian eksekusi dengan cara seperti itu, maka kita kan merasakan pembangunan yang prosesnya dirasakan sebagai proses yang  baik dan benar," pungkasnya. 

(Tribunnews.com/Gilang Putranto, Yohanes Liestyo Poerwoto) (WartaKotalive.com/Alfian Firmansyah)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved