Jumat, 3 Oktober 2025

Pemilu 2024

Survei Terbaru New Indonesia Catat Persaingan Ketat Elektabilitas PDIP dan Gerindra

Survei New Indonesia Research & Consulting mencatat elektabilitas PDIP masih yang teratas dan bersaing ketat dengan Gerindra.

Penulis: Reza Deni
Editor: Endra Kurniawan
Kolase Tribunnews.com
Logo PDI-Perjuangan dan Gerindra - Berikut hasil survei terbaru New Indonesia soal elektabilitas partai politik jelang Pemilu 2024 dimana PDI-Perjuangan bersaing ketat dengan Gerindra. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lembaga survei New Indonesia Research & Consulting merilis soal elektabilitas partai politik jelang Pemilu 2024.

Temuannya, elektabilitas PDIP masih yang teratas dengan 17,3 persen, lalu ada Gerindra dengan 16,6 persen, kemudian Golkar dengan 8,7 persen, PKB 7,2 persen, Demokrat 6,5 persen, PSI 6,1 persen, dan PKS dengan 4,2 persen.

Sementara itu, sejumlah partai yang kini berada di parlemen terancam tak lolos ambang batas, di antaranya NasDem (2,8 persen), PPP (2,6 persen), dan PAN (2 persen).

Direktur Eksekutif New Indonesia Research & Consulting Andreas Nuryono mengatakan bahwa terjadi kenaikan elektabilitas Gerindra terjadi sejak Mei 2023, semula hanya berkisar 12-13 persen melonjak menjadi 15,4 persen, dan terus naik mendekati PDIP.

"Sebaliknya dengan PDIP, anjlok dari 18-19 persen menjadi 16,7 persen, kini naik tipis menjadi 17,3 persen," kata Andreas kepada wartawan, Senin (24/7/2023).

Baca juga: Elektabilitas Prabowo Melesat Ungguli Ganjar dan Anies dalam Survei Terbaru New Indonesia

Andras menambahkan peningkatan secara signifikan elektabilitas Gerindar berpotensi mengancam upaya PDIP untuk mencetak hattrick atau menang tiga kali berturut-turut dalam pemilu.

Menurut Andreas, kenaikan elektabilitas Gerindra berbanding lurus dengan menguatnya Prabowo Subianto dalam bursa calon presiden.

"Gerindra mendapatkan coattail effect (efek ekor jas) dari naiknya elektabilitas Prabowo,” tandas Andreas.

Selama ini, dikatakan Andras, Gerindra selalu berada pada posisi runner-up, atau di bawah bayang-bayang keunggulan PDIP.

"Anjloknya elektabilitas Ganjar Pranowo saat menolak timnas Israel dalam ajang Piala Dunia U20 turut menyeret jebloknya PDIP,” Andreas menjelaskan.

Baca juga: Pengamat Sebut Elektabilitas Erick yang Meningkat Akan Mampu Antar Ganjar Raih Kemenangan Tertinggi

Andreas mengambil contoh gagalnya Piala Dunia U20 di Indonesia yang merupakan bagian dari program Jokowi untuk menaikkan kiprah sepakbola Indonesia di pentas global.

"Manuver Ganjar dan elite PDIP yang menyebabkan Indonesia batal menjadi tuan rumah menuai sentimen negatif, terutama di kalangan publik penggila bola," kata dia

Jokowi yang tampak kecewa dengan batalnya gelaran Piala Dunia U20 itu mulai mengalihkan dukungan kepada Prabowo. Hasilnya, elektabilitas Prabowo bergerak naik, dan efeknya terasa pada lonjakan elektabilitas Gerindra.

“Endorsement Jokowi terhadap Prabowo memberikan efek elektoral yang signifikan baik kepada figur Prabowo sebagai capres maupun Gerindra sebagai partai politik yang mengusung Prabowo,” tegas Andreas.

Sebagai kader PDIP, memang Jokowi secara formal tetap memberikan dukungan kepada Ganjar.

"Jokowi juga tetap menjaga hubungan dengan Ganjar dan PDIP, bahkan berupaya untuk menduetkan dengan Prabowo atau berkoalisi dengan Gerindra,” jelas Andreas.

Langkah Jokowi tersebut didasarkan pada upaya menjaga keberlanjutan program, di mana baik Prabowo maupun Gerindra sama-sama menyatakan dukungan. Kalangan oposisi yang menyerukan perubahan masih berjuang agar bisa mengusung Anies Baswedan.

Bagi Jokowi, capres yang paling bisa memberikan jaminan atas keberlanjutan program akan mendapatkan endorsement yang lebih besar.

"Prabowo tampak memberikan komitmen yang lebih tegas, diperkuat dengan posisinya sebagai ketua umum Gerindra,” lanjut Andreas.

Baca juga: Survei Indikator: Bakal Capres Prabowo Subianto Sukses Raih Elektabilitas Tertinggi

Berikut hasil survei terbaru New Indonesia soal elektabilitas partai politik jelang Pemilu 2024.
Berikut hasil survei terbaru New Indonesia soal elektabilitas partai politik jelang Pemilu 2024. (Tribunnews.com/Istimewa)

Ganjar, sebagaimana Jokowi, hanya dianggap sebatas “petugas partai” oleh elite pimpinan PDIP.

"Berbeda dengan Jokowi yang telah menjelma sebagai kingmaker, Ganjar masih harus tunduk pada keputusan partai dalam menentukan arah kebijakan pemerintahan," kata Andreas

“Sebagai satu-satunya partai yang berhak mengusung capres-cawapres tanpa perlu berkoalisi, PDIP juga tampak belum secara serius membangun koalisi yang lebih luas untuk mendukung pencapresan Ganjar,” ujar Andreas.

Sebagai informasi, survei New Indonesia Research & Consulting dilakukan pada 5-12 Juli 2023 terhadap 1.200 orang mewakili seluruh provinsi.

Metode survei yakni multi stage random sampling, dengan margin of error ±2,89 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved