Senin, 6 Oktober 2025

Pilpres 2024

Sepertiga Pendukung Jokowi Diprediksi akan Pilih Tokoh Ini di Pilpres: Prabowo atau Ganjar Pranowo?

Muncul pertanyaan baru, jika Ganjar Pranowo dan Prabowo menjadi pasangan, siapakah di antara keduanya yang pantas menjadi capres?

Kolase Tribunnews
Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto. Ke manakah suara pendukung Jokowi akan berlabuh di Pilpres 2024 mendatang? Ke Prabowo Subianto atau untuk Ganjar Pranowo. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ke manakah suara pendukung Jokowi akan berlabuh di Pilpres 2024 mendatang? Ke Prabowo atau untuk Ganjar Pranowo?

Belakangan, nama Prabowo dan Ganjar Pranowo menjadi pembicaraan setelah keduanya diajak Jokowi dalam kunjungan kerja ke Jawa Tengah, baru-baru ini.

Ganjar Pranowo dan Prabowo dinilai akan menjadi pasangan capres ideal pada 2024, lantaran kedunya memiliki elektoral yang sangat baik, berdasarkan semua hasil lembaga survei.

Namun muncul pertanyaan baru, jika Ganjar Pranowo dan Prabowo menjadi pasangan, siapakah di antara keduanya yang pantas menjadi capres?

Jokowi dalam beberapa kesempatan kerap "mengendorse" Ganjar Pranowo dan Prabowo sebagai capres ideal di 2024.

Sejumlah pengamat menilai Presiden Joko Widodo (Jokowi) berpeluang menjadi "kingmaker" dalam Pemilu 2024.

Pasalnya, tingkat kepercayaan publik (approval rating) terhadap Jokowi masih tinggi selama dua tahun terakhir.

Burhan menyebutkan Jokowi sengaja menjaga tingkat kepercayaan publik agar dapat menjadi "kingmaker".

Bagaimana dengan pemilih Jokowi nanti. Ke mana suara mereka akan berlabuh?

Hasil survei Litbang kompas pada Januari 2023 memperlihatkan kecenderungan pemilih Jokowi pada Pilpres 2024.

Baca juga: Presiden Jokowi Bantah Jodohkan Prabowo dengan Ganjar Pranowo di Pilpres

Dari hasil survei itu terungkap sepertiga lebih responden pemilih Presiden Joko Widodo (Jokowi) dekat dengan sosok Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, secara elektoral.

"Nama Ganjar Pranowo rata-rata mendapatkan dukungan sepertiga lebih dari kelompok pendukung Jokowi tersebut," tulis peneliti Kajian Politik Litbang Kompas, Yohan Wahyu, Senin (13/3/2023) di Harian Kompas.

Pola kecenderungan ini disebut relatif bukan hal baru.

Sebab, tiga survei sebelumnya juga menemukan bahwa nama Ganjar Pranowo rata-rata mendapatkan dukungan sepertiga lebih dari kelompok pendukung Jokowi dalam konteks Pemilu 2024.

Besarnya kecenderungan dukungan tersebut lebih tinggi daripada persentase besaran kecenderungan dukungan terhadap Menteri Pertahanan Prabowo.

"Meskipun rata-rata dukungan pemilih Jokowi ke Prabowo ini tidak sebesar kepada Ganjar Pranowo, yakni hanya 15 persen, angka dukungan ini relatif stabil di bawah Ganjar," ungkap Yohan.

"Artinya, preferensi pilihan politik dari simpatisan Jokowi relatif lebih banyak tertuju pada Ganjar Pranowo dan Prabowo," ujarnya.

Hasil survei ini makin terkonfirmasi dengan pertemuan Jokowi, Ganjar, dan Prabowo saat panen raya di Kebumen, Jawa Tengah.

Banyak pihak yang menyatakan pertemuan tersebut merupakan sinyal politik Jokowi untuk mendukung pasangan Ganjar-Prabowo pada Pilpres 2024.

"Arah dukungan Jokowi ke Ganjar dan Prabowo memang lebih dekat dengan arah preferensi dari para pendukung Jokowi yang memang lebih banyak memberikan dukungan kepada Ganjar dan Prabowo," ujarnya.

Meski kelompok pemilih Jokowi menunjukkan pola yang relatif stabil soal arah pilihan mereka pada Pilpres 2024 mendatang, peluang tokoh-tokoh lain merebut simpati dari kelompok pemilih Jokowi tetap terbuka lebar.

"Pada survei Januari 2023 tercatat masih ada 22 persen dari pemilih Jokowi ini yang masih belum menentukan siapa sosok presiden pilihannya," katanya.

"Menariknya, angka 22 persen dari kelompok simpatisan Jokowi yang cenderung belum menentukan pilihan atau pemilih yang masih mengambang (undecided voters) ini tercatat mengalami kenaikan jika dibandingkan survei sebelumnya," ujarnya.

Survei sebelumnya pada Januari 2022 menunjukkan, angka undecided voters atau pemilih bimbang dari kelompok simpatisan Jokowi sebesar 12,9 persen.

Angka tersebut meningkat pada Juni 2022 menjadi 16,2 persen. Lalu, angka itu kembali meningkat pada survei Oktober 2022 sebesar 17,1 persen.

Selain itu, kelompok yang belum memutuskan pilihannya melonjak pada Januari 2023.

Sebelumnya, pada Januari 2022 persentase kelompok ini ada sebesar 3,9 persen. Angka itu melonjak drastis pada Januari 2023 menjadi 14,4 persen.

"Adanya kecenderungan makin tingginya jumlah pemilih yang belum menentukan pilihan, hal ini bisa memberikan sinyal bahwa pemilih masih menimbang-nimbang dengan penuh kalkulatif dan rasional, terutama kepada siapa suaranya akan diberikan pada pemilihan presiden nanti," kata Yohan.

Ia menyebut, meski kelompok responden pendukung Jokowi lebih berpotensi mengikuti pilihan politik Jokowi, sosok akan tetap jadi tumpuan pertimbangan pemilih dalam menentukan calon presiden yang diinginkan dalam Pilpres 2024 mendatang.

Duet Prabowo-Ganjar di Pilpres 2024 Bisa Menang 1 Putaran

Direktur IndoStrategi Research and Consulting Arif Nurul Imam mengatakan hal itu saat berbincang diacara TribunTalks yang tayang di Youtube TribunJakarta.com, Kamis (9/3/2023).

Arif menilai Jokowi hendak secara terang-terangan meng-endorse pasangan Prabowo-Ganjar.

"Kalau kita lacak sebelumnya bahwa Jokowi selalu memberikan kode-kode dukungan politik yang diberikan pda Ganjar Pranowo maupun Prabowo Subianto. Saya kira ini juga semacam sikap Jokmowi, endorsement Jokowi di hadapan publik bahwa Jokowi akan meng-endorse atau merestui Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo maju dalam pilpres," papar Arif.

Menurut Arif, setidaknya ada dua alasan yang mendukung Prabowo-Ganjar layak mendapat restu orang nomor satu di Indonesia itu.

Pertama adalah soal loyalitas.

Ketua Umum Gerindra yang kini berada dalam kabinet dinilai tidak akan mengkhianati program pembangunan yang sudah dicanangkan Jokowi selama dua periode.

Begitupun Ganjar yang dinilai satu garis lurus dengan Jokowi, sesama kader PDIP.

Selain itu, faktor elektoral kedua nama tersebut sangat tinggi dan selalu menduduki posisi tiga besar capres paling berpotensi di Pilpres 2024.

Jika Prabowo-Ganjar bersatu, Arif sampai menjamin peluang besar duet maut itu akan memenangkan Pilpres 2024 hanya dalam satu putaran.

"Secara politik, Presiden Jokowi saya kira juga selain mempertimbangkan loyalitas dua sosok tersebut, bagaimana ketika terpilih menjalankan agenda-agenda yang telah dikerjakan Jokowi, juga berkalkulasi secara politik. Di mana, dari berbagai survei, pasangan Prabowo Subianto Ganjar Pranowo jika bertarung berhadapan dengan paslon lain akan menang dalam satu putaran."

"Termasuk saya yang melakukan survei pada November 2022, bahwa ketika Prabowo dan Ganjar Pranowo berpasangan, maka potensi untuk menang satu putaran cukup besar," papar Arif.

"Iya jaminan menang, kalau hari ini dilakukan pilpres, Prabowo-Ganjar bersatu maka pilpres dimenangkan Prabowo-Ganjar dan kemungkinan besar satu putaran," tegasnya.

Di sisi lain Ganjar masih harus menjalani keputusan Ketua Umum PDIP yang akan memutuskan sosok capres dan cawapres untuk Pilpres 2024 mendatang.

Pasangan Prabowo-Ganjar akan berjalan mulus jika PDIP bergabung Koalisi Indonesia Raya bersama Gerindra dan PDIP.

Namun, bagi Arif, jika tak diusung PDIP, Ganjar bisa tetap maju tanpa dukungan partai berlogo banteng itu.

"Ketika Prabowo berpasangan dengan Ganjar Pranowo, bisa jadi Ganjar juga diusung PDIP sehingga Koalisi Indonesia Raya berisi tiga partai, PKS dan PDIP. atau bisa jadi, Ganjar Pranowo bisa maju tanpa diusung PDIP, misalnya ketika PDIP mengusung Puan Maharani," pungkasnya.

King Maker

Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanudin Muhtadi menilai Presiden Joko Widodo (Jokowi) berpeluang menjadi "kingmaker" dalam Pemilu 2024.

Pasalnya, tingkat kepercayaan publik (approval rating) terhadap Jokowi masih tinggi selama dua tahun terakhir.

Burhan menyebutkan Jokowi sengaja menjaga tingkat kepercayaan publik agar dapat menjadi "kingmaker".

“Karena ada batasan konstitusional untuk maju di kali ketiga, maka bacaan para analis terhadap langkah presiden Jokowi periode kedua yang selalu kencang mempertahankan popularitasnya, tiada lain untuk menjadi kingmaker yang menentukan siapa capres di 2024,” kata Burhan dalam Sapa Indonesia Malam KOMPAS TV, Minggu (12/3/2023).

Burhan berpendapat sejak dilantik sebagai Presiden RI pada periode kedua, Jokowi ingin memainkan peran yang krusial untuk menentukan peta pencapresan.

Namun, masih ada tiga hal yang harus dipenuhi agar Jokowi benar-benar bisa menjadi "kingmaker" pada kontestasi Pemilu 2024.

Pertama, kata Burhan, mempertahankan tingkat kepercayaan publik hingga akhir masa jabatan. Selama dua tahun terakhir, tingkat kepercayaan publik terhadap Jokowi masih cukup tinggi.

“Kalau approval rating-nya drop, jangankan orang terdekatnya, orang sekitarnya akan lari karena takut terkena getahnya, jika approval rating-nya drop,” papar Burhan.

Kedua, terkait konstelasi capres atau ada tidaknya capres yang dominan. Menilik survei politik yang dilakukan sebelumnya, menurut Burhan, tidak ditemukan capres yang dominan.

Dia bilang, ketiadaan capres yang dominan, membuat peluang Jokowi menjadi "kingmaker" semakin besar.

Ketiga, kata Burhan, tergantung pada putusan Mahkamah Agung terkait presidential threshold atau ambang batas pencalonan presiden yang berada di angka 20-25 persen.

“Kalau misalnya, skema aturan kaitannya dengan pencanangan presidential threshold ini masih ditetapkan yang sangat tinggi, maka presiden Jokowi sebagai presiden yang mewadahi tujuh partai koalisi pemerintah, itu menjadi menentukan. Tapi kalau diturunkan, maka dua partai oposisi sudah cukup,” jelas Burhan.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved