Pilpres 2024
Apa Peluang dan Tantangan PDIP Jika Bergabung dengan KIB? Ini Kata Pengamat
Analis politik berbicara mengenai peluang dan tantangan, jika PDI Perjuangan (PDIP) bergabung dengan KIB.
Penulis:
Chaerul Umam
Editor:
Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Analis politik dan Direktur Eksekutif Aljabar Strategic Arifki Chaniago berbicara mengenai peluang dan tantangan, jika PDI Perjuangan (PDIP) bergabung dengan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).
KIB yang terdiri dari PAN, Golkar, dan PPP hingga saat ini belum mendeklarasikan capres dan cawapresnya.
Dari peta partai politik yang belum berkoalisi, PDIP satu-satu partai yang belum diasumsikan bergabung dengan koalisi manapun.
Peluang pertama, PDIP memiliki mesin koalisi yang kuat jika bergabung dengan KIB.
Baca juga: Ketua DPP PDIP: Presiden Jokowi Harus Konsultasi ke Megawati Jika Minta FX Rudy Masuk Kabinet
Selain PDIP memiliki figur potensial yang jago di survei, Ganjar Pranowo, kader PDIP ini juga diindikasikan dekat dengan KIB, sehingga komunikasi koalisi lebih cepat cair.
Kedua, bergabungnya PDIP dengan KIB tentu memberikan keuntungan bagi Jokowi karena bersatunya partai pendukung pemerintah melanjutkan agendanya pasca 2024.
"KIB bersatu dengan KIB bakal memperkecil jumlah koalisi politik di Pilpres 2024. Dua atau tiga pasang masih mungkin terbentuk. Tetapi koalisi KIB dengan PDI-P lebih mudah menggoyahkan partai lain," kata Arifki dalam keterangannya, Kamis (29/12/2022).
Sementara itu, PDIP juga memiliki tantangan jika bergabung dengan KIB.
Pertama, PDIP sebenarnya bisa mengusung capres dan cawapresnya sendiri tanpa harus berkoalisi dengan partai lain.
Pemilu 2024 mendatang adalah momentum bagi PDIP untuk mengusung kader terbaik (ideologis) berada di pentas nasional.
"Kesempatan ini juga bisa dimanfaatkan oleh PDI-P untuk mencari cawapres non-parpol untuk berpasangan dengan kadernya," ucapnya.
Kedua, ini saatnya bagi PDIP melakukan eksperimen politik untuk mengusung kader ideologis tanpa harus khawatir kalah di Pemilu 2024.
Dengan begitu, PDIP bisa membantah teori efek ekor jas dengan memaksimalkan tokoh-tokoh terbaik yang bakal maju sebagai caleg.
Baca juga: Catatan Akhir Tahun, Membaca Arah Koalisi Pilpres di Tahun Politik 2023: Semua Masih Saling Intip
Ketiga, saatnya bagi PDIP untuk memenangkan Pilpres tanpa harus berkoalisi dengan partai lain.
Pemilu serentak 2024 juga bakal mengalihkan fokus partai lain yang sedang mempersiapkan proses caleg.
"Peluang ini berkemungkinan bisa dimaksimalkan oleh PDIP karena posisinya sebagai pemenang pemilu dua kali berturut-turut," kata Arifki.
Arifki menyatakan, sebagai partai pemenang pemilu di tahun 2014 dan 2019, cukup menyulitkan PDIP melaksanakan misi ideologis karena harus berbagi kekuasaan dengan partai lain, jika di Pemilu 2024 PDIP kembali mengambil kesempatan bergabung dengan KIB, padahal memiliki kesempatan membangun kekuatan politik sendiri.
Peluang-peluang seperti ini bakal sulit didapatkan dan datang untuk kedua kalinya.
"PDIP ini udah bisa usung capres dan cawapres sendiri. Tentu sangat rugi secara ideologis jika masih berkompromi dengan partai lain. Kesempatan ini tidak hanya ditunggu oleh kader-kader ideologis PDIP, tetapi juga publik yang berharap partai mengusung kader-kader terbaiknya dan figur non-parpol tanpa harus ada kompromi lintas partai," kata Arifki.