Selasa, 30 September 2025

Pilpres 2024

Hitung-hitungan Suara Menuju Pilpres 2024: PDI-P Bisa Usung Capres Sendiri, NasDem Butuh Parpol Lain

Berikut hitung-hitungan suara antaran PDI-P dan NasDem terkait Pilpres 2024 di mana perbedaan nasib dialami kedua partai.

Kolase Tribunnews
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri (kiri) dan Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (NasDem) Surya Paloh (kiri). Berikut hitung-hitungan suara antaran PDI-P dan NasDem terkait Pilpres 2024 di mana perbedaan nasib dialami kedua partai. 

Adanya aturan ini pun menghilangkan kemungkinan adanya capres dan cawapres perseorangan.

Lantas, pada Pilpres 2024 yang akan digelar serentak, maka ketika mengacu pada aturan tersebut, presidential treshold, yang digunakan adalah berdasarkan perolehan jumlah kursi DPR atau suara sah nasional partai pada Pileg 2019.

Kemudian ketika mengacu pada hasil Pileg 2019, maka PDIP dapat mengusung capres dan cawapresnya sendiri.

Baca juga: PDIP Enggan Mencalonkan Ganjar Pranowo Jika Hanya Berelektabilitas Tinggi

Hal tersebut lantaran partai berlambang banteng itu meraih kursi DPR RI terbanyak pada Pileg 2019, yaitu sejumlah 128 kursi.

Hitung-hitungan tersebut setelah adanya pengonversian dari raihan 27.503.961 atau 19,33 persen suara di Pileg 2019.

Namun, nasib berbeda dialami oleh Partai NasDem.

Parpol yang diketuai oleh Surya Paloh ini hanya meraih 12.661.792 atau 9,05 persen pada Pileg 2019.

Raihan suara tersebut ketika dikonversikan ke jumlah kursi DPR RI hanya berjumlah 59 kursi.

Dengan hasil tersebut, maka secara otomatis Partai NasDem harus mengusung capres dan cawapres bersama dengan parpol lain untuk memenuhi ambang batas pencalonan, yakni 20 persen kursi DPR dan 25 persen total raihan suara sah nasional pada Pemilu 2019.

Pengamat: Lawatan Anies ke Parpol Lain Pasca-Diusung Jadi Capres NasDem adalah Keharusan

Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono bersama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyapa pendukung sebelum pertemuan tertutup di Kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta, Jumat (7/10/2022). Kedatangan Anies Baswedan ke Partai Demokrat tersebut sebagai ajang silaturhami dan safari politik. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono bersama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyapa pendukung sebelum pertemuan tertutup di Kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta, Jumat (7/10/2022). Kedatangan Anies Baswedan ke Partai Demokrat tersebut sebagai ajang silaturhami dan safari politik. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar, Ujang Komarudin, menilai lawatan Anies ke parpol lain memang harus dilakukan pasca-dirinya diusung menjadi capres dari Partai NasDem.

Hal tersebut berdasarkan fakta Partai NasDem tidak memenuhi syarat presidential treshold atau ambang batas pencalonan presiden.

"Anies kan butuh partai pendukung, perlu koalisi partai lain sehingga menggenapkan dukungan persyaratan (mencalonkan) capres-cawapres."

"Oleh karena itu Anies harus roadshow, ini menjadi sebuah keharusan, keniscayaan," ujarnya saat dihubungi Tribunnews, Jumat (7/10/2022).

Baca juga: AHY Mesra dengan Anies Baswedan, NasDem: Pertegas ke Publik Bahwa Kami Tak Sendiri Mendukung

Kemudian ketika mengomentari pertemuan Anies-AHY, Ujang menganggap hal itu adalah bentuk komunikasi politik untuk menyamakan visi-misi antara mereka.

"Ya ini penting. Komunikasi, mencari titik temu, kesamaan visi, dan lain sebagainya. Tentu ini perlu bagi Anies agar bisa maju ke Pilpres (2024)," jelasnya.

(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto/Chaerul Umam)

Artikel lain terkait Pilpres 2024

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved