Majalah Bobo dan JICAF 2025 Angkat Sosok Kak Yoyok, Sang Pencerita Lewat Gambar
Gambar dalam buku atau majalah kala itu dibuat presisi secara anatomi, namun terasa kering dari sisi imajinasi.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Di balik setiap halaman Majalah Bobo yang penuh warna dan imajinasi, ada tangan kreatif yang telah menemani masa kecil jutaan anak Indonesia.
Adalah Surono Subagio, atau yang sering disapa kak Yoyok.
Namanya mungkin tidak selalu disebut, namun karyanya begitu lekat di ingatan, menghidupkan dunia dongeng dan cerita anak Indonesia sejak awal 1980-an.
Tahun ini, perjalanan panjang sang maestro ilustrasi kembali mendapat sorotan.
Baca juga: Majalah Bobo Hadirkan Rangkaian Kegiatan Seru untuk Anak Indonesia di Hari Anak Nasional 2025
Majalah Bobo bersama Jakarta Illustration & Creative Arts Fair (JICAF) 2025 mempersembahkan acara “The Artist: Kak Yoyok”, sebuah perayaan dedikasi, kreativitas, dan warisan visual yang melintasi generasi.
Mengubah Cara Anak Melihat Dunia Lewat Gambar
Perjalanan karier Kak Yoyok dimulai di masa ketika ilustrasi anak masih cenderung kaku dan realis.
Gambar dalam buku atau majalah kala itu dibuat presisi secara anatomi, namun terasa kering dari sisi imajinasi.
Kak Yoyok datang membawa warna baru secara harfiah dan makna.
Dengan gaya dekoratif, dua dimensi, dan penuh kebebasan, ia mengubah cara anak-anak menikmati cerita.
“Anak-anak sebelum membaca, mereka melihat gambarnya dulu. Gambar itu seperti pintu untuk memahami kisahnya,” ujar Kak Yoyok pada saat podcast acara Jakarta Illustration & Creative Arts Fair (JICAF) 2025, Sabtu (4/10/2025).
Baginya, menggambar bukan hanya tentang teknik, tapi tentang memahami dunia anak-anak.
“Saya itu selain ingin menjadi ilustrator, saya juga ingin menjadi seorang bapak. Jadi saya senang sekali dengan mereka (anak-anak),” ujarnya.
Setiap garis yang ia buat bukan sekadar bentuk, tapi jembatan untuk menghubungkan imajinasi dan rasa ingin tahu.
Ia mengajak anak-anak masuk ke dunia penuh warna dan keajaiban yang lahir dari tangan sederhana namun penuh kasih.
Terinspirasi dari Sentuhan Bali dalam Membuat Ilustrasi
Gaya khas Kak Yoyok ternyata terinsipirasi dari pengamatannya terhadap seni tradisional Bali.
“Kalau saya perhatikan, saya terpengaruh dengan tradisional Bali. Karena Bali itu perspektifnya tidak menjulang ke atas, banyak detail dekoratif. Jadi saya lakukan, menggunakan garis, titik, atau kotak,” katanya.
Dari pengaruh itu, lahirlah ilustrasi khas Majalah Bobo yang akrab di mata banyak orang.
Ia percaya bahwa keindahan bukan soal kesempurnaan anatomi, tetapi keseimbangan antara bentuk, rasa, dan kejujuran.
Eksperimen Visual yang Tak Pernah Berhenti
Bagi Kak Yoyok, ilustrasi adalah ruang eksplorasi tanpa batas.
Ia bahkan pernah membuat ilustrasi menggunakan potongan kain sebagai pengganti cat air.
“Jadi kolase kain-kain untuk ilustrasi cerpen itu,” kenang David Togatorop, Editor In Chief Majalah Bobo pada kesempatan yang sama.
Eksperimen seperti itu memperlihatkan betapa ia selalu mencari cara baru untuk bercerita melalui gambar.
Menariknya, Kak Yoyok juga memiliki kebiasaan unik, menghitung jumlah kata dalam naskah sebelum menggambar.
Baginya, jumlah kata menentukan seberapa besar ruang visual yang bisa ia ciptakan.
Sebuah kedisiplinan yang lahir dari rasa hormat pada keseimbangan antara teks dan gambar.
Apresiasi dari JICAF 2025
Kini, karya-karya Kak Yoyok kembali mendapat panggung terhormat di Jakarta Illustration & Creative Arts Fair (JICAF) 2025.
Sebagai bentuk penghargaan, JICAF menampilkan pameran karya pilihan sang ilustrator legendaris, termasuk kolaborasi resmi dengan Majalah Bobo.
Pameran berlangsung sejak 18 September hingga 5 Oktober 2025 di The Space, Senayan City, Jakarta.
Acara puncaknya, “Meet The Artist: Kak Yoyok”, digelar pada Sabtu, 4 Oktober 2025 pukul 12.45–16.00 WIB.
Di mana pengunjung mendengar langsung kisah perjalanan kreatifnya, mengikuti sesi tanda tangan, hingga bertemu langsung dengan sang maestro.
“Banyak pembaca Bobo mengingat cerita yang mereka baca saat kecil dengan mengingat ilustrasi yang ada dalam cerita itu. Kehadiran Kak Yoyok di JICAF benar-benar mengobati kerinduan bernostalgia para pembaca,” ujar David Togatorop.
Menginspirasi Generasi Baru Ilustrator
Bagi penyelenggara JICAF, kehadiran Kak Yoyok memiliki makna lebih dari sekadar nostalgia.
“Kehadiran Kak Yoyok di JICAF 2025 adalah bentuk penghormatan terhadap sosok ilustrator yang karya-karyanya telah melekat kuat dalam ingatan banyak generasi. Beliau bukan hanya ilustrator, tetapi pengisah visual yang menanamkan imajinasi dan nilai bagi anak-anak Indonesia,” kata Sunny Gho, Co-Founder & Fair Director JICAF.
Dengan menghadirkan figur seperti Kak Yoyok, JICAF ingin menunjukkan bahwa karya visual bisa melintasi waktu dan tetap relevan, sekaligus menjadi inspirasi bagi generasi baru untuk terus berkarya.
Karya-karya Kak Yoyok seperti Pohon yang Terlupa dan Tuan Bo yang Curang kembali dipamerkan sebagai simbol penghargaan terhadap seni ilustrasi klasik Indonesia.
Ia sendiri melihat menggambar untuk anak-anak sebagai bentuk kasih yang sederhana.
“Saya suka sekali melihat anak-anak terinspirasi dari bentuk-bentuk sederhana,” katanya.
Sebelum Mengakhiri Sesi pada Topik Ini, Ekspresikan Pengalaman yang Bapak/Ibu Selama Menjadi Guru |
![]() |
---|
Ceritakan Bagaimana Prinsip UbD Dapat Membantu Bapak/Ibu Guru Dalam Merancang Pembelajaran |
![]() |
---|
Jawaban Latihan Pemahaman-Cerita Reflektif Materi Komitmen untuk Pendidikan Nilai Modul FPPN Topik 2 |
![]() |
---|
Jawaban Latihan Pemahaman-Cerita Reflektif Materi Peran Guru Pendidikan Nilai Modul FPPN Topik 2 |
![]() |
---|
Jawaban Latihan Pemahaman-Cerita Reflektif Materi Kebiasaan Anak Indonesia Hebat Modul FPPN Topik 2 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.