Virus Corona
Kebiasaan Baru di Masa Pandemi Covid-19, Upaya Berdamai dengan Keadaan
Pandemi covid-19 menuntut seluruh masyarakat saat ini hidup "berdamai" dengan keadaan. Mau tak mau harus beradaptasi.
Editor:
Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM - Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Sri Rohyanti Zulaikha mengatakan, pandemi covid-19 mengubah segala aspek kesehatan dan sosial ekonomi.
Pandemi covid-19 menuntut seluruh masyarakat saat ini hidup "berdamai" dengan keadaan.
"Pola kebiasaan masyarakat berbasis lokalitas sesuai khazanah kebudayaan daerah bisa menjadi pilihan untuk menyelesaikan pandemi ini," kata Sri Rohyanti dalam dialog Forum Solidaritas Kemanusiaan (FSK) bertajuk 'Gerakan Kebiasaan Baru, Berbasis Lokalitas' secara virtual, Sabtu (28/8/2021).
Gerakan kebiasaan baru berbasis kearifan lokal, tiap daerah berbeda dan perubahan kebiasaan dari sebelum.
Misalnya, kebiasaan pakai masker, cuci tangan pakai disinfektan, hingga menghindari kerumunan.
Baca juga: Rutin Membersihkan Tubuh dan Cuci Tangan Kurangi Potensi Tertular Covid-19
Baca juga: Pandemi Covid-19 Membawa Tren Baru Pesta Pernikahan
Kebiasaan baru juga merambah ke pendidikan. Sekarang mahasiswa belajar daring, apalagi yang semester satu.
"Mereka belum melihat kampusnya tetapi harus belajar secara virtual," katanya.
Tak hanya itu, kebiasaan berbelanja juga berubah. Dulu datang ke pasar atau pusat belanja untuk berbelanja. Kini sebagian besar serba online.
Baca juga: Daftar Online Vaksin Covid-19 di PeduliLindungi dan Vaksin Loket, Ini Linknya
Keluar rumah merasa wajib menggunakan masker. Sebab, tidak pakai masker rasanya akan digebuk. Vaksin covid-19 juga disepakati menjadi sangat penting.
"Ke mal saja sekarang menunjukkan surat vaksin. Maka penampilan mindset dulu kita enggak bisa dibayangkan, sekarang jadi kebiasaan baru," katanya.
Sri Rohyanti menyebut mengatasi pandemi harus berbasis masyarakat dan keluarga sehingga timbul kesadaran kolektif dari protokol covid-19.