Minggu, 5 Oktober 2025

Karakter Milenial yang Transaksional di Dunia Kerja Bikin Pemilik Perusahaan Was-was, Seperti Apa?

Top talent dalam perusahaan cenderung enggan apabila diminta mengisi jabatan-jabatan yang melaksanakan fungsi-fungsi manajerial

TRIBUNNEWS/SRIHANDI MALAU
Wakil Rektor Penjaminan Mutu Universitas Binawan Jakarta, Ayu Dwi Nindyati di acara Ngopi Kebangsaan di kantor PUSHEP, Pancoran, Jakarta Selatan, Jumat (24/1/2020) malam. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebuah penelitian mengungkap fakta, kelompok usia milenial cenderung transaksional dan cenderung tidak ada inisiatif kelompok usia milenial untuk mengerjakan pekerjaan yang berada di luar tanggung jawab dirinya.

Hal ini mengundang kekhawatiran sejumlah top leader dalam beberapa perusahaan terhadap proses regenerasi yang akan mengisi posisi manajemen dalam sebuah perusahaan.

Demikian disampaikan Wakil Rektor Penjaminan Mutu Universitas Binawan Jakarta, Ayu Dwi Nindyati di acara Ngopi Kebangsaan bertajuk “SDM Produktif dan Berdaya Saing Melalui Kolaborasi dan Penguatan Jejaring” yang digelar di kantor PUSHEP, Pancoran, Jakarta Selatan, Jumat (24/1/2020) malam.

Ayu Dwi Nindyati yang akrab disapa Ninin menyatakan, ada kekhawatiran beberapa pimpinan perusahaan terhadap proses regenerasi kepemimpinan di korporasinya karena tipikal sikap milenial yang demikian tersebut.

Mereka cenderung enggan menempati posisi manajerial hingga direksi.

Baca: Pola Asuh Organik Bantu Stimulai dan Bangun Rasa Percaya Diri Anak

“Top talent dalam perusahaan cenderung enggan apabila diminta mengisi jabatan-jabatan yang melaksanakan fungsi-fungsi manajerial,” ujar Ninin.

Baca: 4 Hal yang Sering Dilakukan Milenial Saat Liburan

Ninin menyatakan, hal ini merupakan salah satu problem kelompok milenial dalam dunia kerja. Proses belajar yang cenderung lebih mudah sedikit banyak berdampak pada karakter kelompok milenial dalam mengemban tanggung jawab pekerjaan.


Ninin yang merupakan alumni Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menilai, kelompok milenial hari ini cenderung membangun talenta mereka melalui proses belajar yang lebih instan dikarenakan banyaknya informasi yang mudah mereka akses dengan bantuan teknologi.

“Kapasitas kepakaran yang mereka miliki menjadikan mereka sebagai top talent di suatu bidang pekerjaan,” ujarnya.

Di lain sisi, hal ini tidak cukup menjadi bekal bagi mereka mengemban tugas-tugas manajerial di dalam perusahaan yang menuntut kemampuan lebih. Situasi ini akan semakin sulit jika kemudian dipaksakan kepada mereka untuk mengemban tugas-tugas di luar kemampuan mereka.

Merujuk riset yang Nin lakukan dengan responden sejumlah kaum milenial di Jakarta diketahui, pemimpin yang partisipatif yang membuat para milenial 'betah' dalam satu perusahaan.

Menurut Ninin, temuan ini menjawab tantangan mengapa para milenial cenderung mudah berpindah tempat kerja.

“Hal ini harus menjadi perhatian dari pimpinan-pimpinan perusahaan agar dalam proses regenerasi jabatan manajerial di perusahaan dapat dilakukan secara tepat,” imbuhnya.

Menurut Sekjen Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) Pusat ini, kemampuan manajerial ini biasanya dimiliki oleh SDM yang pernah terlibat dalam lingup aktivitas organisasi.

SDM dengan kualifikasi ini biasanya tidak hanya mampu berfikir mencari solusi, tapi juga mampu mengimplementasikan solusi tersebut sebagai jalan keluar sebuah masalah.

“Harusnya ini peluang bagi teman-teman yang dulunya semasa menjadi mahasiswa juga aktif dalam berorganisasi,” jelas Ninin.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved