Senin, 6 Oktober 2025

Martha Tilaar: Siapa Bilang Anak IQ Jongkok Tak Bisa Sukses, Saya Contohnya

Mengetahui anaknya tidak memiliki bakat di bidang akademis, sang ibu mencoba mengasah bakat kewirausahawan Martha.

Penulis: Daniel Ngantung
Editor: Dewi Agustina
Tribunnews.com/Daniel Ngantung
Martha Tilaar saat pembukaan Roemah Martha Tilaar di Gombong, Kebumen, Jawa Tengah. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Daniel Ngantung

TRIBUNNEWS.COM, KEBUMEN - Bagai kacang yang tidak lupa kulitnya, pengusaha kosmetik Dr (HC) Martha Tilaar ingin kembali mengabdi untuk kampung halamannya, Gombong, Kebumen, Jawa Tengah. Sumbangsihnya itu ia wujudkan melalui Roemah Martha Tilaar (RMT) yang diresmikan akhir pekan lalu.

Didirikan di rumah masa kecilnya, RMT merupakan semacam museum di mana pengunjung dapat melihat perjalanan hidupnya. Lebih dari itu, RMT turut membuka pintunya untuk berbagai kegiatan sosial dan budaya untuk mempromosikan Gombong. Kegiatan yang digelar di RMT juga difokuskan pada pemberdayaan perempuan.

Dalam pengembangan program-program untuk kegiatan dan aktivitasnya, RMT yang berada di bawah naungan Yayasan Warisan Budaya Gombong pimpinan Wulan Tilaar, putri Martha, mengambil inspirasi dari empat pilar Martha Tilaar Group. Keempatnya adalah Beauty Education, Beauty Green, Beauty Culture, dan Empowering Woman.

Kehadiran RMT turut menjadi bagian dari perayaan kesuksesan seorang Martha Tilaar sebagai pengusaha kosmetik.

Dalam sambutannya di acara peresmian, Martha sedikit menapak tilas kisah perjuangannya, dari anak kampung hingga akhirnya sukses sebagai pengusaha bahkan menjadi pembicara di forum PBB.

Martha kecil rupanya bukanlah anak yang berprestasi di sekolahnya. Perempuan yang kini berusia 77 tahun itu bahkan menyebut dirinya sebagai anak ber-IQ jongkok. Tidak seperti kedua adiknya yang kerap mendapatkan ranking dan kini sudah berprofesi sebagai dokter dan pengacara sukses.

Dikenal sebagai pasangan yang mapan dan berkecukupan tidak semerta-merta membuat orang tuanya membiarkan Martha tumbuh menjadi pribadi yang mengandalkan harta warisan ketika dewasa kelak.

Mengetahui anaknya tidak memiliki bakat di bidang akademis, sang ibu mencoba mengasah bakat kewirausahawan Martha.

"Saya diajari ibu berdagang apapun itu. Dari mangga yang saya petik sendiri dari pohon di halaman depan rumah sampai kalung yang saya ronce dari biji-bijian saga. Kalau orang lewat, saya memanjat pohon untuk melihat apakah barang dagangan ku dilirik orang atau tidak," kenang Martha sambil menunjuk pohon mangga yang masih berdiri tegak di halaman depan RMT.

Pengalamannya itulah yang melahirkan jiwa entrepreneur di dalam dirinya. Selain ibunya, ada sosok lain yang sangat berperan penting yakni Mak Oco, eyangnya. Berkat Mak Oco lah, Martha mengenal berbagai jenis tanaman herbal dan cara mengolahnya menjadi jamu.

Tanpa Mak Oco, mungkin tidak ada Martha Tilaar sebagai sebuah produk kecantikan terkemuka. Berbekal pengetahuan itulah, Martha ingin menjadikan tanaman herbal Indonesia sebagai tuan rumah di negeri sendiri dan dikenal hingga segala penjuru dunia. Misinya dirangkum menjadi "Local Wisdom Go Global".

Membangun sebuah bisnis kecantikan bukanlah tanpa lika-liku bagi Martha. Setelah sekian lama hijrah ke Amerika, mengikuti suaminya, Alex Tilaar, yang melanjutkan pendidikan di sana, Martha kembali ke Tanah Air. Bermodalkan garasi rumah ayahnya di kawasan Tosari, Jakarta, Martha membuka salon pertamanya pada 1969. Laris, Martha lalu membuka salon lainnya bersama Mooryati Soedibyo. Ketika keduanya sama-sama membangun Mustika Ratu, kerja sama putus di tengah jalan.

Dalam buku "Dari Gombong Desaku Berkumandang di United Nations, New York" (2014), diceritakan Martha yang memesan logo Mustika Ratu untuk dibuatkan oleh seniman di Yogyakarta.

Martha sempat terpuruk karena kegagalan kerja sama itu. Kala itu, Martha juga tengah berjuang mendapatkan momongan.

"Namun Tuhan itu baik. Selalu ada saja cara untuk membangkitkan semangat ku," katanya.

Di saat tiada lagi harapan, Martha dikejutkan oleh terhentinya siklus menstruasinya. Para ahli kandungan yang sempat memvonisnya mandul memastikan Martha tengah mengandung. Padahal saat itu ia sudah memasuki usia menopause. Martha mengaku ini juga berkat minuman herbal ramuan Mak Oco. Setelah 16 tahun menikah, lahirlah Wulan Tilaar.

Putrinya itu menjadi penyemangatnya untuk kembali berkarya dan mempercantik perempuan Indonesia.

Salah satu inovasinya adalah lipstik dua warna yang diluncurkan di akhir 90an. Saat itu Indonesia tengah dilanda krisis moneter, namun produk tersebut laris di pasaran.

"Bahkan penjualannya naik hingga 400 persen," katanya.

Inovasinya itu juga mendapat penghargaan The Best National Product 1998, lalu Crisis Product Award dari Mark Plus Inc.

Bisnisnya semakin berkembang. Pada 2010, PT Martina Berto, perusahaan keluarga yang didirikan 45 tahun silam, resmi menjadi perusahaan terbuka. Perusahaan itu kini menaungi 10 brand produk kecantikan yang menyasar segala segmentasi pasar.

Dalam berkarya, Martha berpegang teguh pada nilai hidup yang dirangkumnya dalam sebuah akronim: DJITU. Disiplin, Jujur, Iman/Inovatif, Tekun, dan Ulet.

Atas kerja keras dan komitmennya melestarikan warisan budaya Indonesia, Martha mendapat banyak apresiasi. Terbukti dari berbagai penghargaan sudah diraihnya. Beberapa di antaranya Upakarti (1991) dari Pemerintah Indonesia, The Most Admired Enterprisemin ASEAN for Innovation oleh ASEAN Business Council (2007), dan tokoh Tokoh Wanita Penggerak Kewirausahaan (2012) dari Kementerian Koperasi.

Sebagai pebisnis, ia juga pernah menjadi pembicara di forum bisnis internasional terkemuka seperti Davos di Swiss dan APEC Women & The Economy Forum (APEC WEF) di Bali.

Pada 2000, Martha menjadi satu-satunya perwakilan Indonesia yang diundang Sekjen PBB Kofi Annan menghadiri peluncuran United Nations Global Compact.

"Kalau kita mau berusaha, pasti Tuhan akan memberikan jalan. Jadi siapa bilang anak IQ jongkok tidak bisa sukses," katanya di bawah teriknya sinar matahari di podium terbuka di halaman RMT.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved