Traveling
Asrinya Jalur Pejalan Kaki di Pemukiman Singapura, Semua Koridor Tertutup Tanaman
Ini cerita soal asrinya jalur pejalan kaki di pemukiman Singapura yang selalu tertutup hijaunya tanaman.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nurfahmi Budi
Ini cerita tentang Treelodge, simbol rusun bersubsidi ramah lingkungan di Singapura yang semua koridor tertutup tanaman.
SAAT kali pertama mendapat ajakan Tay Hsu Chern, Corporate Communication Manager Singapore International Foundation (SIF) untuk melihat kawasan hunian yang tetap sejuk meski berada di pinggir pantai dan pelabuhan komersiil, saya nyaris tak percaya.
Logika sederhananya, apakah mungkin daerah yang biasanya panas tersebut, tak ada satupun ruang tinggal yang menggunakan pendingin udara alias air contioner?
Karena rasa penasaran dan keunikan itulah, akhirnya saya luluh juga. Padahal, seabreg agenda sudah ada di depan mata kala mengikuti ajang World Cities Summit 2014, di Marina Bay Sands. Pengorbanan sebenarnya cukup besar, karena saya harus meninggalkan momen wawancara khusus dengan beberapa walikota dari Indonesia yang berstatus peserta, seperti Walikota Bandung Ridwal Kamil, Walikota Tangerang Arief Wismansyah, lalu teman lama yang kini menjadi Wakil Bupati Kabupaten Bintan, Khazalik, sampai rekan diskusi yang selama ini hanya bertemu via dunia maya, Han Fook Kwang, seorang Editor Senior sekaligus mantan Pemimpin Redaksi The Strait Times.
Namun, kemungkinan menemukan aneka hal unik selama di tempat tujuan, saya harus menunda semua itu. Harapannya satu, saya bisa menemukan sesuatu yang berharga. Keluar dari kawasan Sands Expo and Convention Center, Marina Bay, hujan mengiringi perjalanan menuju Punggol 21. Butuh waktu sekitar 40 menit untuk sampai di kawasan yang berada di Timur Laut Singapura itu.
Sembari terkagum-kagum dengan model terowongan bawah tanah sepanjang 48 kilometer, itu menurut rekan baru yang asli Singapura, pemandangan berbeda terlihat begitu keluar dari terowongan tersebut. Di kiri dan kanan jalan di kawasan Paya Lebar, Tampines sampai Serangoon, aneka pembangunan fisik masih berlangsung. Ternyata, meski dengan keterbatasan lahan, tak membuat Singapura berhenti menambah bangunan fisik.
Tanpa terasa, perjalanan sekitar 40 menit berakhir di sebuah kawasan baru. Hal ini bisa terlihat dari sederet bangunan rumah susun dan apartemen yang segar, dengan penataan yang sangat rapi, plus tanaman-tanaman yang masih pendek. Penanda lainnya, di beberapa titik masih terdapat pekerjaan alat-alat berat dengan rangka-rangka gedung bertingkat yang belum tertutup semen alias belum memiliki tembok.
Namun diam-diam rasa kagum itu muncul. Pertama, kota baru ini sudah memiliki jalanan yang sangat rapi, halus dan tak berlubang meski sudah berusia empat tahun, karena memang kali pertama beroperasi terjadi pada 2010. Lalu dari sisi fasilitas publik seperti taman bermain anak, taman berkumpul bagi masyarakat sampai sararan transportasi seperti Mass Rapid Transit dan Light Rail Transit (LRT), sudah beroperasi. Konsep rel di atas jalan raya tersusun teratur tanpa ada tautan kabel, sehingga sangat enak dipandang.
Mandi Keringat
Prediksi saya tentang suasana panas benar terjadi. Terletak di sisi pantai Punggol, dan berseberangan langsung dengan Malaysia, suhu di papan penghitungan menunjukkan angka 31 derajad Celcius. Tak heran kalau begitu turun dari kendaraan, badan sudah bermandikan keringat hanya beberapa menit jalan menuju lokasi.
Rasa lelah dan panas langsung terbayar setelah sampai di sebuah bangunan dengan tujuh tower bernama Treelodge Punggol. Ternyata, bangunan inilah yang menjadi ikon baru pengaplikasian teknologi ramah lingkungan di semua aspek, baik fisik maupun non-fisik.
Menurut Briant Tan, dari Badan Pengembangan Perumahan Kementerian Perumahan Singapura, Treelodge adalah bangunan terbaru milik mereka yang didirikan dengan mengunakan aneka perhitungan, mulai dari posisi bangunan, desain sampai penanganan limbah.
Ucapan Brian tergolong masuk akal. Begitu berada di depan gerbang Treelodge, sambutan pohon besar dengan tambahan tanaman rendah seperti bunga dan rerumputan, langsung menyambut. Setelah tangga pertama, pengunjung atau penghuni langsung berhadapan dengan ruang public, yang disediakan untuk menggelar aneka kegiatan di akhir pekan. Di area itu juga `penuh sesak' dengan aneka pepohonan yang sangat rindah. Walhasil, ucapan teman kala merujuk tempat ini sebagai ruang sejuk, mulai mendekati kebenaran.
Suasana semakin hijau dan sejuk ketika memasuki lorong menuju masing-masing blok. Bangunan lorong bagi pejalan kaki tersebut memang dirancang dengan menggunakan bahan kayu secara keseluruhan. Di sisi kiri dan kanan, terdapat tanaman varian rambat. Alhasil, lorong ini seolah tertutup dengan aneka tanaman, yang sudah pasti membuat siapa saja yang lewat terasa `adem'.
Sekitar 50 meter dari lorong awal, terdapat taman yang sangat rindang dengan ruang terbuka di bagian tengah. Usut punya usut, bagian ini merupakan saran yang diciptakan pemerintah agar penghuni bisa melakukan gotong royong dalam menanam pohon. "Kami mengajak semua penghuni, terutama anak-anak untuk menanam pohon, serta merawatnya bersama-sama. Mereka bisa bersosialisasi, sekaligus mendapatkan pelajaran berharga tentang alam," jelas Briant.
Ia mengungkapkan, pihaknya memang sengaja membuat model seolah-olah kompleks tersebut tertutup total dengan aneka pepohonan, baik yang berukuran kecil, sedang sampai besar. "Jadi itulah yang membuat suasana di sini masih nyaman, meski berada di zona yang sebenarnya panas karena ada di sekitar pantai," imbuhnya.
Karena itu pula, kebanggaan dari TreeLodge Punggol adalah taka da satupun tower yang penghuninya memiliki air conditioner (AC). Penyebabnya adalah pengaturan aliran udara yang masuk dan keluar. Menurut Chairman Pusat Pengembangan Kota, Liu Thai Ker, pihaknya mengadopsi apapun hasil yang dikeluarkan dari sisi riset ilmu pengetahuan. "Semuanya berdasar pada riset, jadi apa yang kami bangun sesuai dengan perhitungan yang rinci," ucapnya.
Bentuk bangunan tujuh blok sengaja dibuat seperti huruf `U'. Lalu sisi jendela sebagai sumber sirkulasi utama juga sengaja dihadpkan ke arah laut, dengan bentuk saringan khusus di masing-masing jendela. Walhasil, udara yang masuk tergolong bersih, dengan kecepatan yang normal.
Begitu mencoba, aplikasi teknologi itu memang terasa. Tak butuh waktu lama untuk segera merasakan kenyamanan, bahkan lebih segar disbanding teknologi AC.