Romantisme Bollywood di Koleksi Ikat India Karya Didiet Maulana
Bollywood menjadi inspirasi Didiet Maulana untuk koleksi purnama (fall-winter) 2013 IKAT Indonesia by Didiet Maulana
Laporan Wartawan Tribun Jakarta, Daniel Ngantung
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bollywood menjadi inspirasi Didiet Maulana untuk koleksi purnama (fall-winter) 2013 IKAT Indonesia by Didiet Maulana.
Koleksi busana pria dan wanita yang terdiri dari 60 look itu ditampilkan dalam sebuah perhelatan bertajuk "Weave of Friendship" yang dibarengi dengan perayaan ulang tahun ke-100 sinema India di Ballroom Hotel Four Seasons, Jakarta, Senin (23/9/2013) malam.
Adalah Duta Besar India untuk Indonesia Gurjit Singh yang mengajak Didiet untuk membuat sebuah koleksi busana yang terinspirasi Bollywood. Tak hanya dengan ikat Indonesia, material yang menjadi identitas brand Didiet, melainkan dengan ikat India sebagai lambang hubungan bilateral Indonesia dan India.
"Saya sudah mengenal Didiet hampir tiga tahun. Saya dan istri mengagumi karyanya, konsistensinya dalam mengolah bahan tradisional, dan keterbukaannya terhadap hal baru. Maka itu saya mengajaknya. Koleksi yang kita lihat nanti berbahan dasar namun diolah berdasarkan pikiran seorang Indonesia," ujar Singh saat jumpa pers sebelum perhelatan.
Didiet menuturkan tidak ada kendala yang signifikan dalam mengolah tenun ikat India mengingat materialnya hampir serupa dengan ikat Indonesia. Misal motifnya yang sama-sama berbentuk geometris.
"Hanya saja teksturnya yang lebih halus, motif lebih besar, dan warna lebih terang dan vibrant," ujar alumnus teknik arsitektur Universitas Parahyangan Bandung itu.
Yang menjadi tantangan adalah pengiriman material dari India ke Indonesia yang cukup memakan waktu.
"Saya tipikal desainer yang konsep desainnya muncul setelah melihat dan merasakan dulu bahannya," ujar Didiet.
Namun sedikit gambaran tentang ikat India sudah didapatkannya dari presentasi pihak Kedutaan India sebelum proyek ini berjalan.
Untuk memperkaya pengetahuannya tentang ikat Indonesia dan Bollywood, Didiet banyak membaca buku dan menonton film kiriman Kedutaan India sebagai referensinya.
Peragaan busana diawali dulu dengan pemutaran film Raja Harishchandra, film bisu pertama produksi Bollywood pada tahun 1913. Tak lama, muncul sang first face yaitu senior Izabel Jahja yang tak lain adalah muse dan sahabat Didiet.
Izabel tampil dalam balutan ensemble kemben dan celana panjang pensil ikat India nuansa merah dan abu-abu, yang dibungkus dengan lilitan sifon coklat yang jatuh menjuntai hingga menyapu lantai.
Lilitan itu merupakan interpretasi Didiet dari gaya berbusana perempuan India yang hanya dengan melilit satu kain dapat menghasilkan ragam model pakaian.
Lilitan kembali dijumpai pada sebuah tube dress panjang merah. Kali ini lilitan dihadirkan dalam teknik draperi, membuat gaun ber-cutting minimalis terasa lebih feminin.