Senin, 29 September 2025
Tujuan Terkait

Dari Laut ke Industri, Begini Strategi Pemerintah Percepat Hilirisasi Rumput Laut

Indonesia memiliki potensi besar dalam industri rumput laut, namun mayoritas masih diekspor mentah. Hilirisasi dinilai mampu meningkatkan nilai tambah

Editor: Content Writer
Dok. Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Indonesia
HILIRISASI RUMPUT LAUT - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut B. Pandjaitan dalam agenda “Showcase Piloting Budidaya Rumput Laut Skala Besar” pada Kamis (29/2/2025) di Teluk Ekas, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. 

TRIBUNNEWS.COM - Rumput laut merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia yang memiliki manfaat besar bagi ekonomi, kesejahteraan masyarakat, terutama di pesisir dan lingkungan.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut B. Pandjaitan mengatakan bahwa potensi hilirisasi dari rumput laut sangat besar. 

“Dari rumput laut kita dapat memproduksi biostimulant atau pupuk organik yang dapat membantu masalah subsidi pupuk dan ketahanan pangan. Biodegradable plastic yang dapat mengatasi masalah sampah plastic Indonesia. Bahan pangan, seperti pengganti gandum pada mie, yang dapat mengurangi impor gandum. Biofuel yang dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, dan masih banyak lagi,” jelas Menko Luhut pada sambutannya dalam acara “Showcase Piloting Budidaya Rumput Laut Skala Besar” pada Kamis (29/2/2025) di Teluk Ekas, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.

Untuk diketahui, acara ini turut dihadiri Duta Besar India, Duta Besa Uni Emirat Arab, Bupati dan Walikota se-Lombok, Pj. Bupati Halmahera Tengah, Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Rektor Universitas Mataram, dan FAO Country Representative.

Hadir pula Presdir Sea 6 Energy Indonesia, UNIDO Representative for Indonesia and Timor Leste, Kepala Organisasi Riset Kebumian dan Maritim, BRI, CEO Sea 6 Energy dan Direktur Utama Pupuk Indonesia, Pejabat lingkup KKP, Kemenperin, dan Pejabat Daerah NTB.

Indonesia sendiri juga memiliki keunggulan alami sebagai produsen rumput laut karena berada di daerah katulistiwa di mana matahari bersinar sepanjang tahun, sehingga budidaya rumput laut dapat dilakukan sepanjang tahun. 

Selain itu, laut Indonesia juga relatif tenang dan tidak ada topan atau tornado yang dapat merusak budidaya rumput laut.

Lebih dari 70 persen luas Indonesia adalah laut dengan 12 juta ha dialokasikan untuk budidaya. Namun dengan segala keunggulan yang dimiliki, produksi rumput laut Indonesia masih belum optimal.

Baca juga: Program TEKAD Dorong Transformasi Ekonomi di Papua Barat Daya

Upaya hilirisasi rumput laut

Menko Luhut menjelaskan, saat ini budidaya rumput laut baru mencapai 102 ribu ha atau 0,8%-nya saja. Lebih dari 60% ekspor rumput laut masih dalam bentuk mentah atau rumput laut kering, dengan hilirisasi yang terbatas. 

“Untuk bisa melakukan hilirisasi, salah satu kunci yang harus dilakukan adalah perbaikan di sisi hulu. Sama halnya dengan pertanian di darat, produktivitas dan efisiensi budidaya rumput laut harus terus ditingkatkan. Hari ini kita menyaksikan target peningkatan produktivitas bukan hal yang mustahil dicapai. Melalui karya anak bangsa, berbagai inovasi berupa mekanisasi dan penggunaan teknologi dilakukan untuk peningkatan produktivitas dalam skala yang besar,” jelas Menko Luhut.

Melalui budidaya skala besar seluas 100 ha dengan mekanisasi dan teknologi, banyak manfaat ekonomi yang dapat diraih yakni investasi sebesar USD 2-2.5 juta, penciptaan tenaga kerja langsung sebanyak 100-150 orang, produksi rumput laut basah 10-15 ribu ton per tahun, dan setara produksi biostimulant yang dapat mencakup 1-2 juta lahan pertanian.

“Bukan hanya nelayan lombok saja yang akan mendapat manfaat tapi nelayan di mana saja akan dapat manfaatnya. Saya sampaikan ini sudah sekitar 100 hektar sudah jalan bukan hanya coba-coba saja. Kami ingin teknologi ini berkembang karena akan menciptakan lapangan kerja untuk 1 juta dan mengurangi kemiskinan dan memberikan dampak pada masuatakat pesisir untuk lenih berkembang,” tambah Menko Luhut.

Pemerintah akan mengakselerasi pengembangan industri laut secara komprehensif dan terukur. Dalam pilot project ini, kami bekerja sama dengan BRIN, KKP, Sea6, Prospera, MTCRC, Konservasi Indonesia, Universitas Mataram untuk mengevaluasi dampak proyek ini terhadap kondisi social ekonomi masyarakat, kualitas air, ekosistem lingkungan, dan potensi penyerapan karbon.

“Dengan begitu kami akan memperoleh data yang akurat untuk penyempuranaan kebijakan ke depan. Berbagai program akan dilaksanakan untuk mendukung akselerasi yang terintegrasi baik di hulu maupun sisi hilir,” ungkap Menko Luhut.

Sinergi pemerintah dan industri dalam mendorong hilirisasi

Percepatan industri rumput laut melibatkan kementerian dan lembaga lainnya, diantaranya Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian BUMN, Kementerian Investasi, Badan Riset dan Inovasi Nasional, pemerintah daerah, universitas maupun mitra pembangunan.

Halaman
123

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

asia sustainability impact consortium

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan